KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.selawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW beserta alsahbat.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Untuk itu kepada dosen pembimbing saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Matang Glumpang Dua, 11 Oktober 2015,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebelum
membahas tentang pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu kita akan bahas beberapa
teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan beberapa ahli. Pada abad-19 banyak
ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta mengemukakan teori-teori
tentang tingkat-tingkat pertumbuhan ekonomi. Antara lain Retrich List,
Brunohilder Brand, dan Walt Whitman Rostow.
Retrich List adalah penganut paham laisser-vaire dan berpendapat bahwa sistim ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri tetap diperlukan.
Brunohilder Brand adalah pengkritik Retrich List, mereka mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi yang digunakan.
Retrich List adalah penganut paham laisser-vaire dan berpendapat bahwa sistim ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri tetap diperlukan.
Brunohilder Brand adalah pengkritik Retrich List, mereka mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi yang digunakan.
Walt
Whitman Rostow dalam bukunya : De Stages of Economic Growth mengemukakan bahwa
proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam 5 tahap dan setiap negara di
dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari 5 tahap pertumbuhan
ekonomi tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja teori pertumbuhan ekonomi
dari 3 ahli?
BAB 1I
PEMBAHASAN
2.1.FRIEDRICH LIST (1844)
Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin
alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi
hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi
politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi
ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih
lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya
industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan
dengan di Inggris.Dengan demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi
yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan
lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich
List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau
perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah
(1) Mengembara
(2) Beternak
(3) Pertanian
(4) Pertanian
dan industri rumah tangga (manufaktur)
(5) Pertanian,
industri manufaktur dan perdagangan
Dalam
masyarakat yang berada pada tahap kelima tingkat kemajuan teknik produksi
tersebut saling tumpang tindih (overlapping),
sehingga sulit menentukan batas diantara tahap-tahap tersebut secara tegas.
2.1.1 Mengembara
Ini
adalah bentuk kegiatan manusia yang paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (berproduksi).Produk
yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah bahan makanan, yang jelas
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi suatu kehidupan. Bahan
pangan ini dapat dibagi dua, yaitu:
(i) yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
(ii) yang
berasal dari hewan.
2.1.2 Beternak
Dalam
perkembangan selanjutnya hewan yang mereka pelihara semakin banyak, baik karena
berkembang biak maupun karena hasil tangkapan baru. Pengalaman dan kebiasaan
ini secara perlahan pada akhirnya menumbuhkan usaha peternakan.
2.1.3 Bertani
Seiring
dengan berjalannya waktu jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu
kebutuhannya, khususnya kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga
diperlukan jumlah bahan pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah
bahan pangan di suatu lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan
periode sebelumnya.Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya
masyarakat tersebut memerlukan route pengembaraan yang
semakin jauh dan dengan frekuensi yang semakin besar. Hal ini sudah jelas
memerlukan tenaga dan energi yang semakin besar pula, sementara daya tahan
tubuh masyarakat pada waktu itu belum berkembang dengan memadai terutama karena
pengetahuan tentang kesehatan dapat dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh
karena itu pola hidup mengembara menemukan titik jenuhnya dan masyarakat
tradisional tersebut terdorong untuk memikirkan cara produksi alternatif. Maka
lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha
peternakan, maka tahap ketiga ini disebut pertanian.
2.1.4 Pertanian dan Industri Rumah
Tangga
Seiring
dengan perjalanan waktu sektor pertanian berkembang dari pola perladangan
berpindah-pindah kepada pertanian menetap dengan teknik produksi yang semakin
maju. Perkembangan ini terutama sebagai hasil dari dinamika interaksi antara demand dan supplybarang kebutuhan pokok
khususnya pangan. Dari sisi demand kebutuhan terhadap pangan terus meningkat terutama karena peningkatan
jumlah penduduk. Dari sisi supply lahan pertanian adalah tetap, kalaupun meningkat maka peningkatannya akan
relatif kecil khususnya dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk. Maka
satu-satunya peluang penting untuk menyeimbangkan demand dan supply produk pertanian ini adalah dengan memperbaiki
teknologi pertanian sehingga menghemat pemakaian lahan.
Dengan demikian, lama kelamaan berkembanglah apa yang
disebut dengan industri rumah tangga (home industry).
Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
(a)
Barang
anyaman seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b)
Barang
keramik/ tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan
tempayan,
(c)
Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d)
Peralatan pertanian dan/atau
transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau, parang, pedang, bajak, gerobak,
bendi dan pedati.
Pada
tahap-tahap awal dari perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat
sambilan, berskala keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu
produksinya juga hanya untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu
dibuat. Perkembangan industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong
kemajuan di sektor pertanian yaitu melalui perbaikan teknik produksi,
2.1.5 Pertanian, Industri Manufaktur
dan Perdagangan
Dalam
jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya,
sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah
tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan
semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan cara yang
semakin efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu dengan
dikenalkannya sistem persaingan yang mendorong berkembangnya spesialisasi baik
antar pekerja maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat
interpendensi antar pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong
pertumbuhan sektor perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang
perkembangan unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik
dalam sektor pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
Siklus
ini terus berlangsung sehingga skala produksi, perdagangan dan konsumsi kian
meningkat yang sekaligus mengantar masyarakat tersebut kepada fase III dalam
perekonomian yang bercirikan: pertanian maju, industri skala besar dan perdagangan.
2.2 BRUNO HILDEBRAND (1864)
Bruno
Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman Inggris dia
mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat
produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan dalam metoda
distribusi yang digunakan.Dia
menganalisis proses pertumbuhan ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar,
yaitu:
(1) Perekonomian
barter
(2) Perekonomian
uang, dan
(3) Kredit
2.2.1 Perekonomian Pasar
Perekonomian barter (ditukarkan dengan barang), adalah
bentuk perekonomian pertukaran yang paling awal. Meskipun demikian dalam
perekonomian modern dewasa ini masih dijumpai barter tetapi terwujudnya sudah
lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam perekonomian barter, khususnya barter yang tradisional
barang-barang (atau jasa-jasa) dipertukarkan secara langsung oleh kedua fihak.
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jelas
perekonomian barter ini lebih maju karena pada peridoe sebelumnya seseorang,
suatu keluarga atau kelompok masyarakat hanya dapat mengkonsumsi produk-produk
yang mereka produksi sendiri. Dalam perekonomian barter disamping produk
sendiri seseorang dapat pula mengkonsumsi produk-produk lain yang tidak dapat
mereka produksi, yaitu melalui kegiatan pertukaran dengan produsen lain tersebut.
Salah satu keterbatasan ssitem barter adalah bahwa
perdagangan diantara kedua belah pihak hanya mungkin terjadi apabila keduanya
saling membutuhkan barang yang dipertukarkan tersebut. Hal ini mengakibatkan
jumlah dan ragam produk yang dipertukarkan menjadi sangat terbatas, sementara
waktu dan biaya yang diperlukan untuk kegiatan pertukaran tersebut relatif
besar.
2.2.2 Perekonomian Uang
Dalam perekonomian ini, pertukaran dilakukan dengan
menggunakan suatu media yang disbut uang. Namun demikian kegunaan
uang lama-kelamaan juga mengalami perkembangan sehingga tidak hanya lagi
sekedar alat tukar. Dalam kepustakaan teori ekonomi moneter dikenal 4 kegunaan
uang berikut, dua yang pertama diantaranya sangat mendasar sedang dua lainnya
merupakan tambahan, yaitu:
(a)
alat tukar,
(b)
alat penyimpan nilai/ daya beli,
(c)
Satuan hitung,
(d)
Ukuran pembayaran masa depan (hutang piutang)
Berkaitan
dengan itu dan karena tuntutan kemajuan ekonomi secara makro, pengertian uang
dari waktu ke waktu juga mengalami kemajuan yang berarti.Hal ini diindikasikan dengan berkembangnya
instrumen-instrumen keuangan (financial
instrument). Sebagai ilustrasi berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian uang beredar (M) dalam masyarakat, mulai dari yang paling sederhana
(sempit) sampai kepada yang paling luas.
(1) Currency (uang tunai) yang ada di tangan umum (di luar
lembaga-lembaga keuangan dan kas negara). Currency (C) ini disebut juga uang
kartal dan terdiri dari uang logam dan uang kertas.
(2) Narrow money (uang dalam arti sempit, disingkat M1) meliputi C dan uang giral
atau demand deposit (DD) masyarakat yang ada di bank.
Oleh
karena itu dalam perkembangannya kita melihat bahwa mula-mula yang dijadikan
uang oleh masyarakat adalah barang-barang yang pada umumnya disukai banyak
orang atau anggota masyarakat.Beberapa sifat barang yang umumnya disenangi oleh
masyarakat adalah indah, mudah dibawa dan disimpan praktis dan menarik.
Kemudian syarat lain yang penting adalah bahwa uang tersebut harus mudah dibawa
dan disimpan, dan harus tahan lama. Berdasarkan kriteria tersebut kiranya dapat
dipahami kenapa dalam jangka waktu relatif lama kita mengenal uang logam yang
umumnya terdiri dari emas/perak berfungsi sebagai alat tukar.
Dibandingkan
dengan perekonomian barter sederhana jelas perekonomian uang ini jauh lebih
efisien karena disini orang tak perlu susah payah membuang energi dan waktu
untuk menukar produk yang dia miliki dengan produk lain yang dia inginkan.
Perkembangan
uang sebagai alat tukar, yang demikian berarti perkembangan perekonomian uang,
jelas mempengaruhi perekonomian secara makro sehingga membentuk suatu
lingkungan ekonomi yang sangat jauh berbeda dari lingkungan perekonomian
barter. Salah satu dampak penting dari meluasnya penggunaan uang adalah
pesatnya perkembangan lembaga-lembaga keuangan khususnya perbankan.Sebaliknya
perkembangan lembaga-lembaga keuangan juga memacu perkembangan uang sebagai
alat tukar seperti berbagai macam bentuk uang seperti yang disebutkan di
atas.Dengan demikian antara uang dan bank terdapat suatu symbiosis yang
akhirnya melahirkan suatu bentuk atau sistem pertukaran yang lebih canggih
yaitu kredit.Perkembangan ini selanjutnya menurut persepsi Bruno Hildebrand
mengarah kepada tahap ketiga yaitu, perekonomian kredit.
2.2.3 Perekonomian
Kredit
Dalam
setiap transaksi selalu dijumpai tiga fenomena berikut:
(a)
Negosiasi,
(b)Penyerahan barang dan jasa yang ditransaksikan, dan
(c) Pembayaran
(dalam perekonomian uang lazim dengan menggunakan satuan mata uang tersebut).
Apabila antara penyerahan barang/jasa dengan pembayaran terdapat perbedaan
waktu yang cukup berarti (sesuai dengan perjanjian kedua pihak yang terlibat
dalam perdagangan tersebut), maka proses pertukaran itu dikatakan berlangsung
secara kredit. Bila proses pertukaran semacam ini sudah umum terjadi dalam
suatu pertukaran, maka perekonomian itu dapat disebut “perekonomian kredit”.
Dalam
setiap transaksi selalu diperlukan sejumlah uang yang dalam kenyataan jumlahnya
selalu terbatas.Sementara itu kebutuhan manusia tidak terbatas yang
berimplikasi kepada tidak terbatas pula kebutuhan terhadap uang.Dengan kata-kata lain uang merupakan kendala dalam
memaksimumkan kegiatan transaksi. Dalam hubungan ini, maka kredit jelas merupakan suatu
terobosan dalam mengatasi kelangkaan persediaan uang untuk transaksi.
Pengenalan kredit akan memperlancar kegiatan transaksi, yang selanjutnya
mendorong perkembangan produksi dan konsumsi yang dengan demikian berarti bagi
pertumbuhan ekonomi.
2.3. W.W ROSTOW
Teori
tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai reaksi terhadap
teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow yang berjudul: The Stages of Economic Growth: A Non-Communist
Manifesto.[7]Seperti
analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih berpengaruh kepada
para politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau sejarawan
profesional.
Rostow
yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
(1) Masyarakat
Tradisional
(2) Prakondisi
untuk Take-off
(3) Periode Take-off
(4) Dorongan
menuju kematangan (Drive to Maturity)
(5) Konsumsi
tinggi dan besar-besaran (High-mass
consumption)
Dari
kelima tahap tersebut, Take off (lepas
landas) merupakan tahap kunci yang didorong oleh satu atau lebih leading growth sector.
2.3.1 Masyarakat
Tradisional
Tahap
ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang menurut
Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(a)
Kebiasaan-kebiasaan
lama menentukan organisasi dan metoda produksi.
(b)
Dampak
sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil.
(c)
Masyarakat
merasa tidak memerlukan perubahan.
Ketiga karakteristik utama ini satu sama lain saling berkaitan sehingga
yang satu sering merupakan akibat bagi yang lain.
Organisasi
dan Metode Produksi
Pada
tahap ini organisasi dan metoda produksi banyak ditentukan oleh kebiasaan lama,
misalnya cara hidup yang sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang tidak
rasional dan hanya didasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.
Sebagai
contoh dapat dikemukakan pandangan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Pandangan
hidup ini menyebabkan suatu rumah tangga tidak perlu merasa khawatir untuk
beranak banyak, sehingga jumlah anak yang mereka miliki relatif banyak dan
melampaui kemampuan mereka untuk memelihara dan mendidiknya.Akibatnya tingkat
kesehatan (baik tingkat kesehatan anak maupun tingkat kesehatan anak) dan
pendidikan masyarakat tradisional ini relatif rendah yang selanjutnya
menghasilkan tenaga kerja yang berproduktivitas rendah pula.Disamping rendahnya
produktivitas jumlah anak yang banyak ini juga memperbesar rasio ketergantungan
(dependency ratio).Rendahnya
tingkat produktivitas serta tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan
rendahnya pendapatan.Kemudian jumlah anak yang banyak ini menyerap sebagian
besar pendapatan yang rendah tersebut terutama untuk memenuhi barang-barang
kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif. Bahkan itupun sering tidak mencukupi (dissaving) sehingga peluang untuk
investasi menjadi sangat terbatas, kalau tidak dapat dikatakan tidak ada sama
sekali. Pola hidup yang semacam inilah yang sering menyebabkan masyarakat
tradisional ini terjebak di dalam lingkaran setan kemiskinan (Visicious Circle).
Rasionalitas
merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi, oleh karena itu
masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir ekonomis, yaitu
berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan (pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien serta tidak
mempunyai tradisi menabung yang kuat.
Sains
dan Teknologi
Sikap rasional berkorelasi positif dengan kemajuan sains
dan teknologi. Semakin rasional masyarakat semakin cepat kemajuan sains dan
teknologi di dalam masyarakat tersebut, sebaliknya semakin tidak rasional
masyarakat, semakin sulit sains dan teknologi berkembang di dalam masyarakat
tersebut. Jadi rasionalitas merupakan tanah tempat tumbuh tanaman sains dan
teknologi. Masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang rasional merupakan ladang
yang subur bagi tanaman sains dan teknologi.
Rendahnya tingkat penguasaan sains dan teknologi juga
menyebabkan struktur perekonomian tetap agraris, karena sektor pertanian
tradisional ini belum menuntut teknologi yang begitu tinggi. Sekitar 75 persen
dari penduduk yang bekerja melakukan pekerjaan di sektor pertanian dengan
sebagian besar pendapatan mereka berasal dari sektor ini.
Masyarakat
Merasa Tidak Memerlukan Perubahan
Masyarakat
tradisional adalah suatu masyarakat yang statis, karena mereka merasa
tidak memerlukan perubahan.Sehubungan dengan itu masyarakat ini ditandai pula
oleh relatif lambannya mobilitas sosial, dalam arti kedudukan seseorang dalam
masyarakat tidak banyak berbeda dengan kedudukan orang tuanya. Jadi, misalnya
bagi anak seorang buruh tani kecil sekali kemungkinannya untuk menjadi tuan
tanah.
Struktur
masyarakat tradisional cenderung bersifat hierarkis (bertingkat), dimana
hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan.Kekuasaan politik
terpusat di daerah, ditangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok
serdadu dan pegawai negeri. Bahkan di negara dengan sistem pemerintahan
sentralisasipun di daerah-daerah juga terdapat pusat kekuasaan politik sehingga
para tuan tanah di daerah, misalnya, dapat mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintah pusat.
2.3.2
Prakondisi untuk Take-off
Tahap
kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off. Pada tahap ini
prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun
atau atau tercipta. Di negara-negara Eropa Barat prasyarat-prasyarat ini
diciptakan secara perlahan-lahan, yaitu sekitar akhir abad XV dan awal abad
XVI, yaitu pada waktu abad pertengahan berakhir dan abad modern dimulai.
Dari
segi prasyarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke tahap ini Rostow membedakan
dua kategori negara berdasarkan sistem masyarakatnya:
a. Negara
yang harus merombak sistem masyarakatnya yang tradisional. Tipe ini dialami
oleh kebanyakan negara-negara Asia, Timur Tengah dan Afrika
b. Negara-negara
yang tidak perlu merombak sistem masyarakatnya, yaitu Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan Selandia Baru. Negara-negara ini tidak perlu merombak sistem
masyarakatnya, karena sebagian besar penduduk negara-negara ini berasal dari
Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang, dan oleh karena itu sudah
memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk berada pada tahap “Prakondisi untuk
Take off”. Perhatikan bahwa negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris dan
hingga kini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.
Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada
pada tahap ini antara lain adalah sebagai berikut:
(a) Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan
mulai berkurang
(b) Saving dan investasi meningkat secara teratur dan
mendasar serta melampaui laju pertumbuhan penduduk
(c) Introduksi teknologi maju
(d) Munculnya
pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan dominasi asing
Keempat karakteristik ini satu sama lain saling
berkaitan, namun untuk lebih jelaskannya akan dibahas satu persatu.
Berkurangnya Sikap Mental Tradisional
Pada tahap ini sikap mental tradisional secara
perlahan-lahan mulai berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya
kelompok elit baru yang mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah
sesuatu yang mungkin dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan ekonomi merupakan
syarat penting untuk mencapai tujuan lain yang dianggap terbaik, misalnya
kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan umum, atau kehidupan
yang lebih baik bagi anak cucu. Kelompok elit baru ini mau bekerja keras,
meningkatkan tabungan dan mengambil resiko dalam mengejar keuntungan
modernisasi.
Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional
menyusul semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi beberapa orang
tertentu. Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk memenuhi berbagai
kebutuhan dalam kehidupan modern.
Peningkatan Saving dan Investasi
Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan
bermunculan seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara teratur dan
mendasar hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving,
investasi dan pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor
perbankan/ lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
menabung dan memperoleh dana yang diperlukan untuk invetasi sehingga memacu
peningkatan saving, investasi dan pendapatan masyarakat..
Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan
kepada perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama untuk membangun jaringan transportasi.
Pengembangan jaringan transportasi ini sangat besar peranannya dalam memperluas
pasar, menggarap sumber daya alam secara lebih produktif, dan untuk
memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif. Kebijaksanaan ini juga
membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi nasional, yang merupakan
prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Pengenalan Teknologi Maju
Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam
bidang pendidikan serta peningkatan saving dan investasi merangsang
berkembangnya usaha-usaha untuk memperbaiki serta memperkembangkan lebih lanjut
alat-alat dan metode produksi. Penyebaran teknologi maju ini diiringi oleh
berbagai rupa kegiatan pelatihan atau training untuk menggunakannya. Akibatnya,
bermunculanlah berbagai rupa lembaga-lembaga pendidikan nonformal/
kursus-kursus keterampilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta. Adapun tujuannya adalah untuk mengenalkan teknologi baru kepada para
pekerja melalui paket kegiatan pelatihan dan penataran. Dengan demikian
lembaga-lembaga pendidikan nonformal ini merupakan pelopor penyebaran teknologi
maju ke dalam masyarakat.
Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan yang biasanya muncul sebagai reaksi
terhadap intervensi dan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan potensial
dalam melahirkan masa transisi tersebut.
Di Jepang, misalnya bukan hasrat untuk mendapatkan
keuntungan besar atau barang-barang pabrik baru yang mendorong diambilnya
keputusan melakukan modernisasi, tetapi karena pengaruh Perang Candu di Cina
pada awal 1940-an dan kehadiran 7 kapal perang komodor Perry sepuluh tahun
kemudian.
Di Indonesia yang sejak awal abad XVII mulai dijajah oleh
Belanda, pada abad ke XIX mulai muncul berbagai gerakan kebangsaan untuk
menentang kekuasaan Belanda. Pada awal abad XX gerakan kemerdekaan tersebut
semakin terorganisir dan terarah dan semakin intensif masa penjajahan Jepang
(1942-1945) berakhir. Cita-cita perjuangan kemerdekaan itu kemudian dirumuskan
sedemikian rupa dengan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur.
2.3.3 Periode Take-off
Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini
berkisar antara 20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus memenuhi tiga syarat (karakteristik) berikut.
(a) Investasi
Netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas 10 persen dari GNP
atau pendapatan nasional
(b) Berkembangnya
satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur penting dengan laju pertumbuhan
yang tinggi
(c) Hadirnya
secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung
hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan daya dorong kepada pertumbuhan
Ketiga
syarat tersebut satu sama lainnya saling berkaitan dan selanjutnya akan dibahas
satu per satu.
Tingkat Investasi Netto melebihi 10 persen dari GNP
Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang relatif tinggi yaitu
minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional (Net National Income = NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini
memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju pertumbuhan
penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan meningkat.
(1) Investasi yang Investasi yang diperlukan untuk
mempertahankan Pendapatan Per-kapita
Bila pendapatan per kapita
hendak dipertahankan, maka NNI negara tersebut harus meningkat secepat laju
pertumbuhan penduduk, yang berarti y = n.
(2) Investasi yang diperlukan untuk
meningkatkan Pendapatan Per-kapita
Bila tingkat kemakmuran hendak ditingkatkan, maka laju
pertumbuhan ekonomi harus melampaui laju pertumbuhan jumlah penduduk (y >
n), seingga investasi yang diperlukan lebih besar lagi.
Laju
pertumbuhan investasi yang relatif tinggi itu antara lain dapat dicapai dengan
seperangkat langkah-langkah berikut:
Pertama, menginvestasikan kembali secara
terus menerus keuntungan yang didapat oleh unit-unit usaha atau sektor-sektor
ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kedua, meningkatkan tabungan masyarakat melalui
pengembangan sistem keuangan, moneter dan perbankan.
Ketiga, merangsang
berkembangnya inovasi.
Perkembangan Sektor-sektor Penting
Syarat take off yang
kedua adalah perkembangan salah satu atau beberapa sektor penting (leading sectors) di dalam
perekonomian. Rostow menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang
punggung analitis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada era take off Rostow membagi
suatu perekonomian menjadi 3 sektor, yaitu:
Pertama,
sektor pertumbuhan utama (leading
growth sector) yaitu kegiatan perekonomian yang menciptakan pertumbuhan
yang pesat dan dapat berekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian
itu. Pertumbuhan yang pesat ini dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading growth sector ini
di berbagai negara berbeda-beda. Di Inggris, misalnya tekstil, katun, sementara
di Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jerman dan Kanada adalah jaringan jalan
kereta api. Di Swedia industri perkayuan dan di Jepang industri sutra. Di Indonesia
minyak dan gas bumi.
Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth sector), yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat
langsung dari pertumbuhan sektor primer. Misalnya pembangunan sistem
perkereta-apian (sektor primer) merangsang perluasan industri di bidang besi,
batu bara dan baja. Dalam kasus ini industri besi, batu bara dan baja adalah
sektor suplementer.
Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth sector), yaitu
sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk dan
produksi sektor industri atau beberapa variabel lain yang secara keseluruhan
meningkat agak cepat. Misalnya industri makanan dan perumahan yang erat
kaitannya dengan penduduk.
Menurut Rostow, laju pertumbuhan leading sector ini tergantung kepada 4 dasar.
Pertama, harus ada pengenalan fungsi produksi baru dan
perluasan kapasitas di sektor-sektor tersebut.
Ketiga, harus ada keuntungan investasi dan modal lebih
dulu yang memadai untuk take-off pada sektor-sektor penting ini.
Keempat, sektor-sektor penting harus mendorong perluasan
output di sektor lain melalui transformasi teknik.
Manfaat eksternal yang ditimbulkan oleh leading growth sector ini selanjutnya mendorong sisi permintaan pada sektor-sektor lainnya
yang terkait dengan leadingsector ini. Akibatnya, terdapat kenaikan laju pertumbuhan output yang
berkelanjutan (sustainable growth),
yang oleh Rostow disebut self-sustaining. Sustainable Growth adalah suatu transisi permanen dari laju pertumbuhan yang rendah atau tidak
ada pertumbuhan sama sekali kepada laju pertumbuhan yang sehat sebagaimana
halnya di NM. Transisi permanen ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang
berasal dari dalam negeri sendiri, yang terlihat dalam interaksi antara satu
atau beberapa leading growth sectors dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian yang bersangkutan
Kerangka Budaya yang
Mendorong Ekspansi
Persyaratan take off yang
terakhir adalah hadir atau munculnya kerangka budaya yang mendorong perluasan
sektor modern. Syarat penting untuk itu adalah kemampuan perekonomian untuk
meningkatkan tabungan dari pendapatan yang semakin meningkat.Hal ini diperlukan
untuk meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang manufaktur, dan
kemampuan untuk menciptakan manfaat eksternal melalui ekspansi leading growth sector Menurut Rostow
untuktake off suatu
masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran, sampai ke jantung
ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
Dalam
tahap ini, orang-orang yang ingin mempermodernkan perekonomian (kelompok elit)
biasanya meraih kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan
budaya dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara keseluruhan, kelompok
elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan rahasia teknologi modern ke
luar sektor yang telah dipermodernkan selama masa take-off tersebut.[15]
Proses Take-off
Semula,
pada masa pra-take-off masyarakat
mempunyai kurva saving yang mendatar dan kurva COR yang sangat curam.Kurva
saving yang landai menandaikan bahwa orang yang hanya menyisihkan sebagian
kecil dari pendapatannya untuk saving, sedangkan kurva COR yang curam
menunjukkan angka COR yang sangat tinggi. COR yang tinggi mencerminkan
keterbelakangan dan kurang efisiennya investasi. Pada periode waktu 0, begitu
investasi netto 0I0 dilakukan
investasi ini akan meningkatkan stok modal yang menjadi produktif dalam jangka
waktu 1 dan menaikkan Y menjadi 0Y1. Kemudian pada tahap take-off, pada saat investasi
0I1 (=Y1T1)
terjadi, ransangan terhadap pertumbuhan modal produktif tersebut lebih cepat
lagi sehingga COR turun menjadi T1Y1/Y1Y2.
Sebagai akiabtnya, pola investasi berubah dan kurva COR yaitu T1Y2menjadi
lebih datar. Y naik menjadi 0Y2 yang
selanjutnya menaikkan investasi menjadi0I2(=Y2T2).
Dengan kenaikan ini berarti perekonomian telah take-off, dan jika pertumbuhan
demikian berlanjut ia menjadi swadaya (self
sustained).
Jadi take-off itu
didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan kuat, seperti misalnya
perkembangan suatu sektor penting atau revolusi politik yang membawa perubahan
mendasar dalam proses produksi, atau kenaikan proporsi investasi netto menjadi
lebih dari 10,0 persen dari GNP yang melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Perkiraan
Rostow mengenai jangka waktu take-off yang
dilalui oleh beberapa negara Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal
berdirinya ilmu ekonomi. Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat
lahirnya revolusi industri dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di
Inggris, disamping lahirnya ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang
sangat mendasar dalam bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya mesin
uap, kapal api, kereta api, mesin pintal benang serta beberapa kemajuan teknik
produksi terutama dalam industri tekstil.
Pada
saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi ekonomi), di
Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih dikenalkan dengan sebutan
revolusi Prancis.Revolusi Perancis memberikan perubahan-perubahan yang sangat
besar terhadap sikap mental masyarakat serta institusi-institusi yang ada di
negara itu.Seperti diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini
merupakan prasyarat atau prakondisi yang diperlukan dalam tahap take-off.
2.3.4
Periode Menuju Kematangan (Drive to Maturity)
Periode
ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik suatu perekonomian
yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:
(a)
Teknologi produksi sudah matang
(b)
Rentangan produksi semakin meluas
(c)
Struktur dan keahlian tenaga kerja
mengalami perubahan
(d)
Kepemimpinan dunia usaha mengalami
perubahan
(e)
Adanya
gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi
Kelima karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan
dimana yang satu merupakan akibat dari yang lain.
Kematangan Teknologi
Teknologi
modern sudah mulai menyebar ke seluruh sisi perekonomian.Rostow memberikan
tahun-tahun simbolik kematangan teknologi (technological maturity) pada beberapa negara
Dalam
tahap ini leading
sectorbaru mulai muncul menggantikan leading sector lamayang sudah mulai
mundur. Leading sector pada tahap ini sifatnya ditentukan oleh:
(a)
kemajuan teknologi,
(b)
kekayaan alam,
(c)
sifat-sifat tahap tinggal landas yang berlaku, serta (
d)
bentuk kebijaksanaan pemerintah.
Menurut Rostow corak perubahan leading sector di beberapa negara maju sekarang ini pada tahap menuju
kematangan, berbeda dengan tahap take off. Sebagai
contoh di Inggris, pada tahap take off, leading sector adalah industri tekstil,
kemudian pada tahap menuju kematangan digantikan oleh industri baja, kapal,
batu bara serta alat-alat teknik berat. Di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman
pada tahap take-off leading sector adalah jaringan kereta api, kemudian pada
tahap berikutnya digantikan oleh industri baja serta peralatan berat.
Rentangan Produksi
Meskipun
kemajuan teknologi menyebabkan munculnya leading sector baru menggantikan yang
lama, leading sector lama pada umumnya masih tetap bertahan.Dengan demikian
kemajuan teknologi tersebut sekaligus memperluas rentangan produksi.Produk yang
dihasilkan,
dengan demikian menjadi
semakin banyak dan beraneka ragam.Perkembangan yang semacam ini meningkatkan
daya tahan perekonomian negara yang berada pada tahap menuju kematangan ini
sehingga menjadi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.
Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti
terhadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri
meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah
menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan
upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk
mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi lebih mampu menahan segala gejolak yang
tak terduga.
Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti
tehadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri
meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah
menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan
upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk
mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar.
Manajemen Usaha
Kepemimpinan
dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan, dimana peranan manajer
semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the owner).Perubahan ini
mendorong lahirnya para manajer profesional yang mempunyai kedudukan yang
semakin penting.Watak para pengusaha (manajer) berubah dari pekerja keras dan
kasar menjadi manajer yang halus dan sopan.
Kejenuhan Masyarakat
Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang
diciptakan oleh industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap
industrialisasi tersebut. Ada kecenderungan bahwa masyarakat selalu
menginginkan sesuatu yang lebih baru, mendorong terjadinya perubahan lebih
lanjut.
2.3.5
Periode Konsumsi Tinggi dan Besar-besaran
Merupakan kelanjutan dari periode menuju kematangan. Disebut konsumsi tinggi
dan besar-besaran ((Highmass
consumption) karena dalam periode ini terdapat perkembangan yang pesat
dalam konsumsi masyarakat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Karakteristiknya secara garis besar adalah sebagai berikut:
(a) Pemenuhan produk-produk kebutuhan pokok bukan lagi
merupakan problema utama.
(b) Perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada
masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, tidak
lagi pada masalah produksi seperti pada peridoe sebelumnya. Dengan kata lain pada tahap ini keseimbangan perhatian masyarakat sudah
beralih dari penawaran ke permintaan. Jumlah barang-barang konsumsi yang
dibutuhkan oleh masyarakat (konsumen) sudah semakin banyak yang dapat dipenuhi.
Konsumsi barang-barang konsumsi tahan lama, seperti mobil, kulkas dan peralatan
rumah tangga lainnya menjadi semakin populer.
(c) Adanya
migrasi ke pinggiran kota
(d) Suasana
persaingan semakin tajam terutama dalam al: (i) memperbesar kekuasaan dan
pengaruh ke luar negeri; (ii) menciptakan kemakmuran yang lebih merata bagi
penduduk, misalnya melalui penerapan sistem pajak progresif, peningkatan
jaminan sosial dan pengadaan fasilitas hiburan bagi para pekerja; dan (iii)
Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat.Kecenderungan kepada konsumsi besar-besaran barang-barang yang tahan lama
(durable goods), ketiadaan pengangguran dan peningkatan kesadaran akan jaminan
sosial membawa perekonomian kepada laju pertumbuhan penduduk yang semakin
tinggi.
Ada tiga kekuatan yang nampak cenderung meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam periode ini, yaitu: (i) Penerapan kebijaksanaan
nasional untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas
nasional; (ii) Keinginan untuk menjadi suatu negara kesehateraan (welfare state) dengan pemerataan
pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan
jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja; serta (iii) Keputusan
untuk membangun pusat perdagangan dan sektor-sektor penting seperti mobil,
rumah murah dna berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan
sebagainya.
Secara historis, Amerika Serikat adalah negara pertama
(1920) yang mencapai tahap kelima ini, diikuti oleh Inggris (1930-an), Jepang
dan Eropa Barat (1950-an).
2.3.6 Beberapa Kritik terhadap Teori
Rostow
(a) Rostow mengatakan bahwa periode take-off berkisar antara 20 s/d 30 tahun, yang diikuti oleh periode menuju
kematangan selama 40 s/d 50 tahun. Orang sulit menunjukkan dengan tepat batas
diantara kedua peridoe tersebut
(b) Rostow menyusun karakteristik yang spesifik bagi
masing-masing dari lima tahap (periode)
yang dikemukakannya, yang disarankan untuk meningkat dari satu tahap ke tahap
berikutnya. Tetapi
Gerschenkron dan Hubakuk menunjukkan bahwa karakteristik yang
diidentifikasikannya pada tahap-tahap tertentu juga ditemukan pada tahap-tahap
lainnya.
(c) Rostow
terlalu cepat membuat generalisasi dari hasil-hasil observasi yang terbatas.
Modelnya sangat cocok untuk Inggris, tetapi terbukti kurang bisa diaplikasikan
di negara-negara lainnya. Gerschenkron menyarankan supaya setiap negara tidak
mengikuti jalur pertumbuhan daapt terjadi pada setiap tahap dan berkembang
dengan cara yang unik sesuai dengan sifat masyarakat yang bersangkutan.
(d) Model
Rostow juga dikritik tentang salah satu dari berapa hal yang spesifik Kuznets,
dalam studi empirisnya tidak menemukan dukungan bagi pendapat Rostow, bahwa
dalam peridoe take off investasi akan menjadi dua kali lipat, yaitu dari 5 %
menjadi 10 % di atas GNP.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Friedrich
List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau
perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah
1. Mengembara
2. Beternak
3. Pertanian
4. Pertanian
dan industri rumah tangga (manufaktur)
5. Pertanian,
industri manufaktur dan perdagangan
Bruno
Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman Inggris dia
mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat
produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan dalam metoda
distribusi yang digunakan.Dia
menganalisis proses pertumbuhan ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar,
yaitu:
1. Perekonomian
barter
2. Perekonomian
uang, dan
3. Kredit
Rostow
yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
1. Masyarakat
Tradisional
2. Prakondisi
untuk Take-off
3. Periode Take-off
4. Dorongan
menuju kematangan (Drive to Maturity)
5. Konsumsi
tinggi dan besar-besaran (High-mass
consumption)
3.2.Saran
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya
penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah
perubahan khususnya dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Edisi
Revisi). Jakarta:
PT Grafindo Persada,
2009. h.128-129.
Bisnis Nasional dan
Internasional.Ghalia Indonesia.Jakarta. hh. 130-131.
Lihat Adrimas (1990)
Ekonomi Pembangunan. PAU- Studi Ekonomi UGM. Yogyakarta.