Tuesday 27 October 2015

Makalah : Model Pembelajaran PAKEM ( Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan )

BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah

Strategi menurut Kemp ( 1995 ) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey ( 1985 ) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama – sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.
Model – model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip – prinsip pembelajaran, teori – teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori – teori  lain yang mendukung.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Namun pada hal ini, penulis akan mengupas lebih dalam kembali tentang model pembelajaran PAKEM ( Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ).
Oleh karena itu, penulis mengambil judul “ Model Pembelajaran PAKEM ( Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ) “

1.2  Perumusan Masalah

Didalam makalah ini, penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa pengertian dan Model – model pembelajaran apa saja yang mendukung pembelajaran PAKEM ?

1.3  Tujuan Penulisan          

Didalam makalah ini, penulis dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui pengertian dan mengetahui model – model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM

BAB II

PEMBAHASAN


2.1.Pengertian PAKEM

PAKEM  berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak ( student centered learning ) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan ( learning is fun ), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu, maka aspek fun is learning menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran PAKEM, di samping upaya untuk terus memotivasi anak agar anak mengadakan ekplorasi, kreasi, dan berekspresimen terus dalam pembelajaran.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

2.2. Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembe pembelajaranlajaran ini menitikberatkan  pada keterlibatan siswa pada kegiatan ( childcentre/student centre) bukan pada dominasi guru dalamn materi pelajaran (teacher centre). Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

2.3. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Pembelajaran  aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar ( to facilitate of learning ) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

2.4. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan  guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa mengembangkan kreatifitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut ( Mulyasa,2006:192 ).
a.       Tahap pertama : persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
b.      Tahap kedua : inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sanpai diperolehnya keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
c.       Tahap ketiga : iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d.      Tahap keempat : verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep atau teori.
Siswa  dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.

2.5. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif  jika mampu memberikan pengalam baru kepada siswa, serta mengantarkan mereka dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul – betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keteribatan siswa secara aktif, karena muntuk menafsirkan informasi yang  disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini merupakan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai / kondusif. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi / materi pembelajaran, dan mengelola sumber – sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Kenneth D. More, ada tujuh langkah dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yaitu :
v  Perencanaan
v  Perumusan tujuan / kompetensi
v  Pemaparan perencanaan pembelajaran kepada siswa
v  Proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi ( multistrategi )
v  Evaluasi
v  Menutup proses pembelajaran dan
v  Follow up / tindak lanjut



Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :
Ø  Melakukan apersepsi
Ø  Melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokokdan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan variasi metode
Ø  Melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
Ø  Melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta – fakta dan data / dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memerhatikan beberapa hal, yaitu :
ü  Pengelolaan tempat belajar
ü  Pengelolaan siswa
ü  Pengelolaan kegiatan pembelajaran
ü  Pengelolaan konten / materi pelajaran dan
ü  Pengelolaaan media dan sumber belajar

2.6. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan ( joyfull instruction ) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under preasure ) ( Mulyasa, 2006:194 ). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutupkemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.


Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refkeksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAKEM terpenuhi.
a.      Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.
b.      Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c.       Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d.      Refleksi
Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM menurut Udin S.Saud ( Rusman, 2010:329) antara lain:
1. Pembelajaran kuantum
2. Pembelajaran berbasis kompetensi
3. Pembelajaran kontekstual

BAB III

PENUTUP


3.1.Kesimpulan


PAKEM  berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak ( student centered learning ) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan ( learning is fun ), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu, maka aspek fun is learning menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran PAKEM, di samping upaya untuk terus memotivasi anak agar anak mengadakan ekplorasi, kreasi, dan berekspresimen terus dalam pembelajaran.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
            Aspek – aspek yang mempengaruhi model pembelajaran PAKEM antara lain: Pengalaman, Komunikasi, Interaksi dan Refleksi dimana diantaranya sangat mempengaruhi satu sama lain guna mencapai criteria model pembelajaran PAKEM.

3.2.Saran


Model – model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip – prinsip pembelajaran, teori – teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori – teori  lain yang mendukung.Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sebagai calon seorang Guru sebaiknya kita sebagai Mahasiswa lebih dahulu memahami berbagai model – model pembelajaran yang sudah tersedia di kalangan Pendidikan agar nantinya kita tidak salah memilih model pembelajaran yang dimana sangat menentukan sekali di dalam proses pembelajaran di Sekolah yang nantinya akan sebagai dasar pembelajaran yang diberikan oleh seorang Guru.


Karya Tulis Ilmiah : Pengaru Zat Asam ( Cuka ) Terhadap Kalsium ( Telur Ayam )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang


            Pada suatu ketika terdapat percobaan telur ayam mentah dengan air cuka. Pada percobaan tersebut , telur yang direndam dengan air cuka beberapa hari kemudian diangkat dan ditiriskan mengalami perubahan tergadap kulit telur tersebut. Kulit telur menjadi lebih lemah / lunak dari sebelumnya.
            Dari percobaan diatas, peneliti ingin membuktikan benar tidaknya percobaan tersebut. Apakah asam yang terkandung dalam air cuka berpengaruh terhadap keringanan / kelunakan kulit telur tersebut.








BAB II

LANDASAN TEORITIS


            Cangkang telur sebagian besar tersusun oleh zat kapur yaitu Kalsium Karbonat ( CaCo3 ). Salah satu sifat Kalsium Karbonat adalah dapat larut dalam asam, walaupun tergolong dalam asam lemah, salah satunya adalah Asam Cuka. Saat cangkang telur direndam dalam air cuka, Kalsium Karbonat bereaksi dengan air cuka membentuk garam, sehingga Kalsium Karbonat larut dan yang tersisa adalah protein pengikat yang elastis. Asam cuka juga memiliki kemampuan untuk merusak suatu benda dan merubah ketebalannya. Jadi, asam cuka ini merombak kalsium dikulit telur dan melunakkannya, sehingga kulit telur yang terendam air cuka akan melembek / melunak.








BAB III

METODE PENELITIAN


3.1. Hipotesis


Ø  Rendaman telur ayam dengan air cuka akan menimbulkan reaksi disekitar telur.
Ø  Air cuka berpengaruh terhadap keringanan dan kelunakan kulit telur.

3.2. Alat dan Bahan


Ø  Alat : 1 gelas
Ø  Bahan :
·  1 telur ayam mentah
·  Cuka secukupnya

3.3. Cara Kerja


Ø  Menyiapkan alat dan bahan
Ø  Memasukkan telur kedalam gelas
Ø  Menuangkan air cuka kedalam gelas secukupnya ( merendam penuh telur )
Ø  Mengamati reaksi yang terjadi pada telur
Ø  Mencatat hasil pengamatan
Ø  Membuat kesimpulan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian


            Telur ayam yang direndam air cuka setekah beselang beberapa menit, muncul gelembung-gelembung udara, sedikit demi sedikit yang keluar dari cangkang telur. Seiring berjalannya waktu, gelembung-gelembung udara yang keluar semakin banyak. Kemudian telur mengapung ke permukaan disertai dengan gelembung-gelembung udara. Cangkang telur akan mengelupas sedkit demi sedikit dan kulir telur mulai melunak.
            Setelah lebih kurang 24 jam, cangkang telur sudah mengelupas semuanya dan telur sudah kembali kedasar dan kemudian mengapung lagi dan kembali lagi kedasar dan tidak kembali lagi mengapung ke permukaan. Itu tandanya cangkang telur sudah lembek / melunak
Gambar.1.1. Telur yang dimasukkan ke dalam air cuka akan mengeluarkan gelembung.
Gambar.1.2. Telur mulai mengapung beserta gelembung-gelembung udara.
Gambar.1.3. Telur yang mulai mengelupas.
Gambar.1.4. Telur yang sudah mengelupas semua dan terasa lunak.

4.2. Pembahasan


            Dari penelitian yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui bahwa telur ayam yang telah direndam dengan air cuka mengalami perubahan yang sangat mencolok jika dibangdingkan dengan telur ayan yang biasanya kita lihat sehari-hari. Telur ayam yang direndam air cuka selama kurang satu hari cangkangnya mengelupas dan melunak, sehingga telur terasa lebih ringan dan kenyal ketika disentuh, berbedab dengan telur yang tidak direndam dengan air cuka, cangkangnya masih utuh dan terasa keras apabila disentuh. Telur yang direndam air cuka mengalami perubahan dikarenakan kandungan asam dari cuka memiliki kemampuan untuk merusak beberapa zat, salah satunya kalsium, yang seperti kita ketahui sebagai penyususn utama cangkang telur.

 

 

 

 

 

 




BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan


            Air cuka berpengaruh terhadap keringanan dan kelunakan kulit telur ayam, sehingga telur ayam yang sudah direndam dengan air cuka mengalami perubahan. Semakin lama proses perendaman, maka semakin terlihat jelas perubahan yang terjadi pada telur ayam.

5.2. Saran


Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan karya tulis ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan.


Friday 16 October 2015

Makalah : Konsep Tarekat dan Ma'rifat

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam ilmu tasawuf diterangkan,bahwa arti tareqat itu ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., dan dikerjakan oleh sahabat-sahabt Nabi , Tabiin dan turun- temurun sampai kepada guru-guru/ulama-ulama sambung- menyambung  sampai pada masa kita ini. [3]
Seperti misalnya dalam Al-Qur’an hanya mewajibkan “shalat” tetapi tidak ada ayat yang memberikan perincian tentang shalat dhudur 4 rakaat, shalat maghrib 3 rakaat, shalat isya’ 4 rakaat, dan shalat shubuh 2 rakaat, demikian pula tentang 13 rukun shalat dari Takbiratul ihram, fatihah, rukuk, sujud, dan seterusnya. Kalau bukan pekerjaan yang ditiru dari Nabi Muhammad oleh sahabat-sahabat Nabi kemudian ditiru pula oleh Tabiin turun temurun sampai pada masa seterusnya.

Monday 12 October 2015

Makalah : Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.selawat dan  salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta alsahbat.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya  menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Untuk itu kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.


           Matang Glumpang Dua, 11 Oktober 2015,       
                                                                          Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

            Sebelum membahas tentang pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu kita akan bahas beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan beberapa ahli. Pada abad-19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta mengemukakan teori-teori tentang tingkat-tingkat pertumbuhan ekonomi. Antara lain Retrich List, Brunohilder Brand, dan Walt Whitman Rostow.
            Retrich List adalah penganut paham laisser-vaire dan berpendapat bahwa sistim ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri tetap diperlukan.
            Brunohilder Brand adalah pengkritik Retrich List, mereka mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi yang digunakan.
            Walt Whitman Rostow dalam bukunya : De Stages of Economic Growth mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam 5 tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari 5 tahap pertumbuhan ekonomi tersebut.       

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa saja teori pertumbuhan ekonomi dari 3 ahli?











BAB 1I

PEMBAHASAN

2.1.FRIEDRICH LIST (1844)

Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan di Inggris.Dengan demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah
(1)       Mengembara
(2)       Beternak
(3)       Pertanian
(4)       Pertanian dan industri rumah tangga (manufaktur)
(5)       Pertanian, industri manufaktur dan perdagangan
Dalam masyarakat yang berada pada  tahap kelima tingkat kemajuan teknik produksi tersebut saling tumpang tindih (overlapping), sehingga sulit menentukan batas diantara tahap-tahap tersebut secara tegas.

2.1.1 Mengembara

Ini adalah bentuk kegiatan manusia yang paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah bahan makanan, yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat dibagi dua, yaitu:
(i)     yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan  
(ii)   yang berasal dari hewan.

2.1.2 Beternak

Dalam perkembangan selanjutnya hewan yang mereka pelihara semakin banyak, baik karena berkembang biak maupun karena hasil tangkapan baru. Pengalaman dan kebiasaan ini secara perlahan pada akhirnya menumbuhkan usaha peternakan.

2.1.3 Bertani

Seiring dengan berjalannya waktu jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu kebutuhannya, khususnya kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut memerlukan route pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi yang semakin besar. Hal ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang semakin besar pula, sementara daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum berkembang dengan memadai terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara menemukan titik jenuhnya dan masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk memikirkan cara produksi alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha peternakan, maka tahap ketiga ini disebut pertanian.

2.1.4 Pertanian dan Industri Rumah Tangga

Seiring dengan perjalanan waktu sektor pertanian berkembang dari pola perladangan berpindah-pindah kepada pertanian menetap dengan teknik produksi yang semakin maju. Perkembangan ini terutama sebagai hasil dari dinamika interaksi antara demand dan supplybarang kebutuhan pokok khususnya pangan. Dari sisi demand kebutuhan terhadap pangan terus meningkat terutama karena peningkatan jumlah penduduk. Dari sisi supply lahan pertanian adalah tetap, kalaupun meningkat maka peningkatannya akan relatif kecil khususnya dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk. Maka satu-satunya peluang penting untuk menyeimbangkan demand dan supply produk pertanian ini adalah dengan memperbaiki teknologi pertanian sehingga menghemat pemakaian lahan.
Dengan demikian, lama kelamaan berkembanglah apa yang disebut dengan industri rumah tangga (home industry). Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
(a)         Barang anyaman seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b)        Barang keramik/ tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan tempayan,
(c)         Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d)        Peralatan pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau, parang, pedang, bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat sambilan, berskala keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu produksinya juga hanya untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor pertanian yaitu melalui perbaikan teknik produksi, 

2.1.5 Pertanian, Industri Manufaktur dan Perdagangan

Dalam jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya, sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan cara yang semakin efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu dengan dikenalkannya sistem persaingan yang mendorong berkembangnya spesialisasi baik antar pekerja maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat interpendensi antar pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong pertumbuhan sektor perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang perkembangan unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik dalam sektor pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
Siklus ini terus berlangsung sehingga skala produksi, perdagangan dan konsumsi kian meningkat yang sekaligus mengantar masyarakat tersebut kepada fase III dalam perekonomian yang bercirikan: pertanian maju, industri skala besar dan perdagangan.

 

2.2 BRUNO HILDEBRAND (1864)

Bruno Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman Inggris dia mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan dalam metoda distribusi yang digunakan.Dia menganalisis proses pertumbuhan ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar, yaitu:
(1)      Perekonomian barter
(2)      Perekonomian uang, dan
(3)      Kredit

2.2.1    Perekonomian Pasar

Perekonomian barter (ditukarkan dengan barang), adalah bentuk perekonomian pertukaran yang paling awal. Meskipun demikian dalam perekonomian modern dewasa ini masih dijumpai barter tetapi terwujudnya sudah lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam perekonomian barter, khususnya barter yang tradisional barang-barang (atau jasa-jasa) dipertukarkan secara langsung oleh kedua fihak.
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jelas perekonomian barter ini lebih maju karena pada peridoe sebelumnya seseorang, suatu keluarga atau kelompok masyarakat hanya dapat mengkonsumsi produk-produk yang mereka produksi sendiri. Dalam perekonomian barter disamping produk sendiri seseorang dapat pula mengkonsumsi produk-produk lain yang tidak dapat mereka produksi, yaitu melalui kegiatan pertukaran dengan produsen lain tersebut.
Salah satu keterbatasan ssitem barter adalah bahwa perdagangan diantara kedua belah pihak hanya mungkin terjadi apabila keduanya saling membutuhkan barang yang dipertukarkan tersebut. Hal ini mengakibatkan jumlah dan ragam produk yang dipertukarkan menjadi sangat terbatas, sementara waktu dan biaya yang diperlukan untuk kegiatan pertukaran tersebut relatif besar.

2.2.2 Perekonomian Uang

Dalam perekonomian ini, pertukaran dilakukan dengan menggunakan suatu media yang disbut uang. Namun demikian kegunaan uang lama-kelamaan juga mengalami perkembangan sehingga tidak hanya lagi sekedar alat tukar. Dalam kepustakaan teori ekonomi moneter dikenal 4 kegunaan uang berikut, dua yang pertama diantaranya sangat mendasar sedang dua lainnya merupakan tambahan, yaitu:
(a) alat tukar,
(b) alat penyimpan nilai/ daya beli,
(c) Satuan hitung,
(d) Ukuran pembayaran masa depan (hutang piutang)
Berkaitan dengan itu dan karena tuntutan kemajuan ekonomi secara makro, pengertian uang dari waktu ke waktu juga mengalami kemajuan yang berarti.Hal ini diindikasikan dengan berkembangnya instrumen-instrumen keuangan (financial instrument). Sebagai ilustrasi berikut ini dikemukakan beberapa pengertian uang beredar (M) dalam masyarakat, mulai dari yang paling sederhana (sempit) sampai kepada yang paling luas.
(1)   Currency (uang tunai) yang ada di tangan umum (di luar lembaga-lembaga keuangan dan kas negara). Currency (C) ini disebut juga uang kartal dan terdiri dari uang logam dan uang kertas.
(2)   Narrow money (uang dalam arti sempit, disingkat M1) meliputi C dan uang giral atau demand deposit (DD) masyarakat yang ada di bank.
Oleh karena itu dalam perkembangannya kita melihat bahwa mula-mula yang dijadikan uang oleh masyarakat adalah barang-barang yang pada umumnya disukai banyak orang atau anggota masyarakat.Beberapa sifat barang yang umumnya disenangi oleh masyarakat adalah indah, mudah dibawa dan disimpan praktis dan menarik. Kemudian syarat lain yang penting adalah bahwa uang tersebut harus mudah dibawa dan disimpan, dan harus tahan lama. Berdasarkan kriteria tersebut kiranya dapat dipahami kenapa dalam jangka waktu relatif lama kita mengenal uang logam yang umumnya terdiri dari emas/perak berfungsi sebagai alat tukar.
Dibandingkan dengan perekonomian barter sederhana jelas perekonomian uang ini jauh lebih efisien karena disini orang tak perlu susah payah membuang energi dan waktu untuk menukar produk yang dia miliki dengan produk lain yang dia inginkan.
Perkembangan uang sebagai alat tukar, yang demikian berarti perkembangan perekonomian uang, jelas mempengaruhi perekonomian secara makro sehingga membentuk suatu lingkungan ekonomi yang sangat jauh berbeda dari lingkungan perekonomian barter. Salah satu dampak penting dari meluasnya penggunaan uang adalah pesatnya perkembangan lembaga-lembaga keuangan khususnya perbankan.Sebaliknya perkembangan lembaga-lembaga keuangan juga memacu perkembangan uang sebagai alat tukar seperti berbagai macam bentuk uang seperti yang disebutkan di atas.Dengan demikian antara uang dan bank terdapat suatu symbiosis yang akhirnya melahirkan suatu bentuk atau sistem pertukaran yang lebih canggih yaitu kredit.Perkembangan ini selanjutnya menurut persepsi Bruno Hildebrand mengarah kepada tahap ketiga yaitu, perekonomian kredit.

2.2.3    Perekonomian Kredit

Dalam setiap transaksi selalu dijumpai tiga fenomena berikut:
(a) Negosiasi,
(b)Penyerahan barang dan jasa yang ditransaksikan, dan
(c) Pembayaran (dalam perekonomian uang lazim dengan menggunakan satuan mata uang tersebut). Apabila antara penyerahan barang/jasa dengan pembayaran terdapat perbedaan waktu yang cukup berarti (sesuai dengan perjanjian kedua pihak yang terlibat dalam perdagangan tersebut), maka proses pertukaran itu dikatakan berlangsung secara kredit. Bila proses pertukaran semacam ini sudah umum terjadi dalam suatu pertukaran, maka perekonomian itu dapat disebut “perekonomian kredit”.
Dalam setiap transaksi selalu diperlukan sejumlah uang yang dalam kenyataan jumlahnya selalu terbatas.Sementara itu kebutuhan manusia tidak terbatas yang berimplikasi kepada tidak terbatas pula kebutuhan terhadap uang.Dengan kata-kata lain uang merupakan kendala dalam memaksimumkan kegiatan transaksi. Dalam hubungan ini, maka kredit jelas merupakan suatu terobosan dalam mengatasi kelangkaan persediaan uang untuk transaksi. Pengenalan kredit akan memperlancar kegiatan transaksi, yang selanjutnya mendorong perkembangan produksi dan konsumsi yang dengan demikian berarti bagi pertumbuhan ekonomi.

2.3. W.W ROSTOW

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai reaksi terhadap teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow yang berjudul: The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto.[7]Seperti analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih berpengaruh kepada para politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau sejarawan profesional.
Rostow yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi, yaitu:

(1) Masyarakat Tradisional
(2) Prakondisi untuk Take-off
(3) Periode Take-off
(4) Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)
(5) Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)
Dari kelima tahap tersebut, Take off (lepas landas) merupakan tahap kunci yang didorong oleh satu atau lebih leading growth sector.

2.3.1    Masyarakat Tradisional

Tahap ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang menurut  Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(a)         Kebiasaan-kebiasaan lama menentukan organisasi dan metoda produksi.
(b)        Dampak sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil.
(c)         Masyarakat merasa tidak memerlukan perubahan.
Ketiga karakteristik utama ini satu sama lain saling berkaitan sehingga yang satu sering merupakan akibat bagi yang lain.
      Organisasi dan Metode Produksi
Pada tahap ini organisasi dan metoda produksi banyak ditentukan oleh kebiasaan lama, misalnya cara hidup yang sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang tidak rasional dan hanya didasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pandangan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Pandangan hidup ini menyebabkan suatu rumah tangga tidak perlu merasa khawatir untuk beranak banyak, sehingga jumlah anak yang mereka miliki relatif banyak dan melampaui kemampuan mereka untuk memelihara dan mendidiknya.Akibatnya tingkat kesehatan (baik tingkat kesehatan anak maupun tingkat kesehatan anak) dan pendidikan masyarakat tradisional ini relatif rendah yang selanjutnya menghasilkan tenaga kerja yang berproduktivitas rendah pula.Disamping rendahnya produktivitas jumlah anak yang banyak ini juga memperbesar rasio ketergantungan (dependency ratio).Rendahnya tingkat produktivitas serta tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan rendahnya pendapatan.Kemudian jumlah anak yang banyak ini menyerap sebagian besar pendapatan yang rendah tersebut terutama untuk memenuhi barang-barang kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif. Bahkan itupun sering tidak mencukupi (dissaving) sehingga peluang untuk investasi menjadi sangat terbatas, kalau tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Pola hidup yang semacam inilah yang sering menyebabkan masyarakat tradisional ini terjebak di dalam lingkaran setan kemiskinan (Visicious Circle).


Rasionalitas merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi,  oleh karena itu masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir ekonomis, yaitu berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan (pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien serta tidak mempunyai tradisi menabung yang kuat.
Sains dan Teknologi
Sikap rasional berkorelasi positif dengan kemajuan sains dan teknologi. Semakin rasional masyarakat semakin cepat kemajuan sains dan teknologi di dalam masyarakat tersebut, sebaliknya semakin tidak rasional masyarakat, semakin sulit sains dan teknologi berkembang di dalam masyarakat tersebut. Jadi rasionalitas merupakan tanah tempat tumbuh tanaman sains dan teknologi. Masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang rasional merupakan ladang yang subur bagi tanaman sains dan teknologi.
Rendahnya tingkat penguasaan sains dan teknologi juga menyebabkan struktur perekonomian tetap agraris, karena sektor pertanian tradisional ini belum menuntut teknologi yang begitu tinggi. Sekitar 75 persen dari penduduk yang bekerja melakukan pekerjaan di sektor pertanian dengan sebagian besar pendapatan mereka berasal dari sektor ini.
Masyarakat Merasa Tidak Memerlukan Perubahan
Masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang statis, karena mereka merasa tidak memerlukan perubahan.Sehubungan dengan itu masyarakat ini ditandai pula oleh relatif lambannya mobilitas sosial, dalam arti kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak banyak berbeda dengan kedudukan orang tuanya. Jadi, misalnya bagi anak seorang buruh tani kecil sekali kemungkinannya untuk menjadi tuan tanah.
Struktur masyarakat tradisional cenderung bersifat hierarkis (bertingkat), dimana hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan.Kekuasaan politik terpusat di daerah, ditangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai negeri. Bahkan di negara dengan sistem pemerintahan sentralisasipun di daerah-daerah juga terdapat pusat kekuasaan politik sehingga para tuan tanah di daerah, misalnya, dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah pusat.

2.3.2    Prakondisi untuk Take-off

Tahap kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off.  Pada tahap ini prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun atau atau tercipta. Di negara-negara Eropa Barat prasyarat-prasyarat ini diciptakan secara perlahan-lahan, yaitu sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI, yaitu pada waktu abad pertengahan berakhir dan abad modern dimulai.
Dari segi prasyarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke tahap ini Rostow membedakan dua kategori negara berdasarkan sistem masyarakatnya:

a.       Negara yang harus merombak sistem masyarakatnya yang tradisional. Tipe ini dialami oleh kebanyakan negara-negara Asia, Timur Tengah dan Afrika
b.      Negara-negara yang tidak perlu merombak sistem masyarakatnya, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Negara-negara ini tidak perlu merombak sistem masyarakatnya, karena sebagian besar penduduk negara-negara ini berasal dari Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang, dan oleh karena itu sudah memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk berada pada tahap “Prakondisi untuk Take off”. Perhatikan bahwa negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris dan hingga kini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.
Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada pada tahap ini antara lain adalah sebagai berikut:
(a)      Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan mulai berkurang
(b)     Saving dan investasi meningkat secara teratur dan mendasar serta melampaui laju pertumbuhan penduduk
(c)      Introduksi teknologi maju
(d)     Munculnya pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan dominasi asing
Keempat karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan, namun untuk lebih jelaskannya akan dibahas satu persatu.
            Berkurangnya Sikap Mental Tradisional
Pada tahap ini sikap mental tradisional secara perlahan-lahan mulai berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya kelompok elit baru yang mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah sesuatu yang mungkin dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan ekonomi merupakan syarat penting untuk mencapai tujuan lain yang dianggap terbaik, misalnya kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu. Kelompok elit baru ini mau bekerja keras, meningkatkan tabungan dan mengambil resiko dalam mengejar keuntungan modernisasi.
Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional menyusul semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi beberapa orang tertentu. Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan modern.
            Peningkatan Saving dan Investasi
Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan bermunculan seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara teratur dan mendasar hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving, investasi dan pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor perbankan/ lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menabung dan memperoleh dana yang diperlukan untuk invetasi sehingga memacu peningkatan saving, investasi dan pendapatan masyarakat..
Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan kepada perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama untuk membangun jaringan transportasi. Pengembangan jaringan transportasi ini sangat besar peranannya dalam memperluas pasar, menggarap sumber daya alam secara lebih produktif, dan untuk memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif. Kebijaksanaan ini juga membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi nasional, yang merupakan prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
            Pengenalan Teknologi Maju
Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam bidang pendidikan serta peningkatan saving dan investasi merangsang berkembangnya usaha-usaha untuk memperbaiki serta memperkembangkan lebih lanjut alat-alat dan metode produksi. Penyebaran teknologi maju ini diiringi oleh berbagai rupa kegiatan pelatihan atau training untuk menggunakannya. Akibatnya, bermunculanlah berbagai rupa lembaga-lembaga pendidikan nonformal/ kursus-kursus keterampilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Adapun tujuannya adalah untuk mengenalkan teknologi baru kepada para pekerja melalui paket kegiatan pelatihan dan penataran. Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan nonformal ini merupakan pelopor penyebaran teknologi maju ke dalam masyarakat.
            Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan yang biasanya muncul sebagai reaksi terhadap intervensi dan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan potensial dalam melahirkan masa transisi tersebut.
Di Jepang, misalnya bukan hasrat untuk mendapatkan keuntungan besar atau barang-barang pabrik baru yang mendorong diambilnya keputusan melakukan modernisasi, tetapi karena pengaruh Perang Candu di Cina pada awal 1940-an dan kehadiran 7 kapal perang komodor Perry sepuluh tahun kemudian.
Di Indonesia yang sejak awal abad XVII mulai dijajah oleh Belanda, pada abad ke XIX mulai muncul berbagai gerakan kebangsaan untuk menentang kekuasaan Belanda. Pada awal abad XX gerakan kemerdekaan tersebut semakin terorganisir dan terarah dan semakin intensif masa penjajahan Jepang (1942-1945) berakhir. Cita-cita perjuangan kemerdekaan itu kemudian dirumuskan sedemikian rupa dengan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

2.3.3    Periode Take-off

Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini berkisar antara 20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus memenuhi tiga syarat (karakteristik) berikut.
(a)    Investasi Netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas 10 persen dari GNP atau pendapatan nasional
(b)   Berkembangnya satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi
(c)    Hadirnya secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan daya dorong kepada pertumbuhan
Ketiga syarat tersebut satu sama lainnya saling berkaitan dan selanjutnya akan dibahas satu per satu.
            Tingkat Investasi Netto melebihi 10 persen dari GNP
Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang relatif tinggi yaitu minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional (Net National Income  NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju pertumbuhan penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan meningkat.
(1) Investasi yang Investasi yang diperlukan untuk mempertahankan  Pendapatan Per-kapita
      Bila pendapatan per kapita hendak dipertahankan, maka NNI negara tersebut harus meningkat secepat laju pertumbuhan penduduk, yang berarti  y = n.
(2)    Investasi yang diperlukan untuk meningkatkan Pendapatan Per-kapita
Bila tingkat kemakmuran hendak ditingkatkan, maka laju pertumbuhan ekonomi harus melampaui laju pertumbuhan jumlah penduduk (y > n), seingga investasi yang diperlukan lebih besar lagi.
Laju pertumbuhan investasi yang relatif tinggi itu antara lain dapat dicapai dengan seperangkat langkah-langkah berikut:
Pertama, menginvestasikan kembali secara terus menerus keuntungan yang didapat oleh unit-unit usaha atau sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kedua, meningkatkan tabungan masyarakat melalui pengembangan sistem keuangan, moneter dan perbankan.
Ketiga, merangsang berkembangnya inovasi.
            Perkembangan Sektor-sektor Penting
Syarat take off yang kedua adalah perkembangan salah satu atau beberapa sektor penting (leading sectors) di dalam perekonomian. Rostow menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang punggung analitis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada era take off  Rostow membagi suatu perekonomian menjadi 3 sektor, yaitu:
Pertama, sektor pertumbuhan utama (leading growth sector) yaitu kegiatan perekonomian yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan dapat berekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian itu. Pertumbuhan yang pesat ini dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading growth sector ini di berbagai negara berbeda-beda. Di Inggris, misalnya tekstil, katun, sementara di Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jerman dan Kanada adalah jaringan jalan kereta api. Di Swedia industri perkayuan dan di Jepang industri sutra. Di Indonesia minyak dan gas bumi.
Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth sector), yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat langsung dari pertumbuhan sektor primer. Misalnya pembangunan sistem perkereta-apian (sektor primer) merangsang perluasan industri di bidang besi, batu bara dan baja. Dalam kasus ini industri besi, batu bara dan baja adalah sektor suplementer.
Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth sector), yaitu sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk dan produksi sektor industri atau beberapa variabel lain yang secara keseluruhan meningkat agak cepat. Misalnya industri makanan dan perumahan yang erat kaitannya dengan penduduk.
Menurut Rostow, laju pertumbuhan leading sector ini tergantung kepada 4 dasar.
Pertama, harus ada pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas di sektor-sektor tersebut.
Ketiga, harus ada keuntungan investasi dan modal lebih dulu yang memadai untuk take-off  pada sektor-sektor penting ini.
Keempat, sektor-sektor penting harus mendorong perluasan output di sektor lain melalui transformasi teknik.
Manfaat eksternal yang ditimbulkan oleh leading growth sector ini selanjutnya mendorong sisi permintaan pada sektor-sektor lainnya yang terkait dengan leadingsector ini. Akibatnya, terdapat kenaikan laju pertumbuhan output yang berkelanjutan (sustainable growth), yang oleh Rostow disebut self-sustaining. Sustainable Growth adalah suatu transisi permanen dari laju pertumbuhan yang rendah atau tidak ada pertumbuhan sama sekali kepada laju pertumbuhan yang sehat sebagaimana halnya di NM. Transisi permanen ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam negeri sendiri, yang terlihat dalam interaksi antara satu atau beberapa leading growth sectors dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian yang bersangkutan
            Kerangka Budaya yang Mendorong Ekspansi
Persyaratan take off yang terakhir adalah hadir atau munculnya kerangka budaya yang mendorong perluasan sektor modern. Syarat penting untuk itu adalah kemampuan perekonomian untuk meningkatkan tabungan dari pendapatan yang semakin meningkat.Hal ini diperlukan untuk meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang manufaktur, dan kemampuan untuk menciptakan manfaat eksternal melalui ekspansi leading growth sector Menurut Rostow untuktake off suatu masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran, sampai ke jantung ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Dalam tahap ini, orang-orang yang ingin mempermodernkan perekonomian (kelompok elit) biasanya meraih kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara keseluruhan, kelompok elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan rahasia teknologi modern ke luar sektor yang telah dipermodernkan selama masa take-off tersebut.[15]
            Proses Take-off
Semula, pada masa pra-take-off masyarakat mempunyai kurva saving yang mendatar dan kurva COR yang sangat curam.Kurva saving yang landai menandaikan bahwa orang yang hanya menyisihkan sebagian kecil dari pendapatannya untuk saving, sedangkan kurva COR yang curam menunjukkan angka COR yang sangat tinggi. COR yang tinggi mencerminkan keterbelakangan dan kurang efisiennya investasi. Pada periode waktu 0, begitu investasi netto 0I0 dilakukan investasi ini akan meningkatkan stok modal yang menjadi produktif dalam jangka waktu 1 dan menaikkan Y menjadi 0Y1. Kemudian pada tahap take-off, pada saat investasi 0I1 (=Y1T1) terjadi, ransangan terhadap pertumbuhan modal produktif tersebut lebih cepat lagi sehingga COR turun menjadi T1Y1/Y1Y2. Sebagai akiabtnya, pola investasi berubah dan kurva COR yaitu T1Y2menjadi lebih datar. Y naik menjadi 0Y2 yang selanjutnya menaikkan investasi menjadi0I2(=Y2T2). Dengan kenaikan ini berarti perekonomian telah take-off, dan jika pertumbuhan demikian berlanjut ia menjadi swadaya (self sustained).
Jadi take-off itu didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan kuat, seperti misalnya perkembangan suatu sektor penting atau revolusi politik yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi, atau kenaikan proporsi investasi netto menjadi lebih dari 10,0 persen dari GNP yang melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Perkiraan Rostow mengenai jangka waktu take-off yang dilalui oleh beberapa negara Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal berdirinya ilmu ekonomi. Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat lahirnya revolusi industri dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di Inggris, disamping lahirnya ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang sangat mendasar dalam bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya mesin uap, kapal api, kereta api, mesin pintal benang serta beberapa kemajuan teknik produksi terutama dalam industri tekstil.
Pada saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi ekonomi), di Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih dikenalkan dengan sebutan revolusi Prancis.Revolusi Perancis memberikan perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap sikap mental masyarakat serta institusi-institusi yang ada di negara itu.Seperti diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini merupakan prasyarat atau prakondisi yang diperlukan dalam tahap take-off.

2.3.4 Periode Menuju Kematangan (Drive to Maturity)

Periode ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik suatu perekonomian yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:
(a)         Teknologi produksi sudah matang
(b)        Rentangan produksi semakin meluas
(c)         Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
(d)        Kepemimpinan dunia usaha mengalami perubahan
(e)         Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi
Kelima karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan dimana yang satu merupakan akibat dari yang lain.
            Kematangan Teknologi
Teknologi modern sudah mulai menyebar ke seluruh sisi perekonomian.Rostow memberikan tahun-tahun simbolik kematangan teknologi (technological maturity) pada beberapa negara
Dalam tahap ini leading sectorbaru mulai muncul menggantikan leading sector lamayang sudah mulai mundur. Leading sector pada tahap ini sifatnya ditentukan oleh:
(a) kemajuan teknologi,
(b) kekayaan alam,
(c)  sifat-sifat tahap tinggal landas yang berlaku, serta (
d) bentuk kebijaksanaan pemerintah.
Menurut Rostow corak perubahan leading sector di beberapa negara maju sekarang ini pada tahap menuju kematangan, berbeda dengan tahap take off. Sebagai contoh di Inggris, pada tahap take off, leading sector adalah industri tekstil, kemudian pada tahap menuju kematangan digantikan oleh industri baja, kapal, batu bara serta alat-alat teknik berat. Di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman pada tahap take-off leading sector adalah jaringan kereta api, kemudian pada tahap berikutnya digantikan oleh industri baja serta peralatan berat.
            Rentangan Produksi
Meskipun kemajuan teknologi menyebabkan munculnya leading sector baru menggantikan yang lama, leading sector lama pada umumnya masih tetap bertahan.Dengan demikian kemajuan teknologi tersebut sekaligus memperluas rentangan produksi.Produk yang dihasilkan,
dengan demikian menjadi semakin banyak dan beraneka ragam.Perkembangan yang semacam ini meningkatkan daya tahan perekonomian negara yang berada pada tahap menuju kematangan ini sehingga menjadi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.
            Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti terhadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.
            Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti tehadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar.
            Manajemen Usaha
Kepemimpinan dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan, dimana peranan manajer semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the owner).Perubahan ini mendorong lahirnya para manajer profesional yang mempunyai kedudukan yang semakin penting.Watak para pengusaha (manajer) berubah dari pekerja keras dan kasar menjadi manajer yang halus dan sopan.
            Kejenuhan Masyarakat
Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang diciptakan oleh industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap industrialisasi tersebut. Ada kecenderungan bahwa masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang lebih baru, mendorong terjadinya perubahan lebih lanjut.

2.3.5    Periode Konsumsi Tinggi dan Besar-besaran

            Merupakan kelanjutan dari periode menuju kematangan. Disebut konsumsi tinggi dan besar-besaran ((Highmass consumption) karena dalam periode ini terdapat perkembangan yang pesat dalam konsumsi masyarakat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Karakteristiknya secara garis besar adalah sebagai berikut:
(a)      Pemenuhan produk-produk kebutuhan pokok bukan lagi merupakan problema utama.
(b)      Perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, tidak lagi pada masalah produksi seperti pada peridoe sebelumnya. Dengan kata lain pada tahap ini keseimbangan perhatian masyarakat sudah beralih dari penawaran ke permintaan. Jumlah barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat (konsumen) sudah semakin banyak yang dapat dipenuhi. Konsumsi barang-barang konsumsi tahan lama, seperti mobil, kulkas dan peralatan rumah tangga lainnya menjadi semakin populer.
(c)      Adanya migrasi ke pinggiran kota
(d)     Suasana persaingan semakin tajam terutama dalam al: (i) memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri; (ii) menciptakan kemakmuran yang lebih merata bagi penduduk, misalnya melalui penerapan sistem pajak progresif, peningkatan jaminan sosial dan pengadaan fasilitas hiburan bagi para pekerja; dan (iii) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat.Kecenderungan kepada konsumsi besar-besaran barang-barang yang tahan lama (durable goods), ketiadaan pengangguran dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial membawa perekonomian kepada laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.
Ada tiga kekuatan yang nampak cenderung meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam periode ini, yaitu: (i) Penerapan kebijaksanaan nasional untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional; (ii) Keinginan untuk menjadi suatu negara kesehateraan (welfare state) dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja; serta (iii) Keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor-sektor penting seperti mobil, rumah murah dna berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan sebagainya.
Secara historis, Amerika Serikat adalah negara pertama (1920) yang mencapai tahap kelima ini, diikuti oleh Inggris (1930-an), Jepang dan Eropa Barat (1950-an).

2.3.6    Beberapa Kritik terhadap Teori Rostow

(a)      Rostow mengatakan bahwa periode take-off berkisar antara 20 s/d 30 tahun, yang diikuti oleh periode menuju kematangan selama 40 s/d 50 tahun. Orang sulit menunjukkan dengan tepat batas diantara kedua peridoe tersebut
(b)     Rostow menyusun karakteristik yang spesifik bagi masing-masing dari lima tahap (periode) yang dikemukakannya, yang disarankan untuk meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tetapi Gerschenkron dan Hubakuk menunjukkan bahwa karakteristik yang diidentifikasikannya pada tahap-tahap tertentu juga ditemukan pada tahap-tahap lainnya.
(c)      Rostow terlalu cepat membuat generalisasi dari hasil-hasil observasi yang terbatas. Modelnya sangat cocok untuk Inggris, tetapi terbukti kurang bisa diaplikasikan di negara-negara lainnya. Gerschenkron menyarankan supaya setiap negara tidak mengikuti jalur pertumbuhan daapt terjadi pada setiap tahap dan berkembang dengan cara yang unik sesuai dengan sifat masyarakat yang bersangkutan.
(d)     Model Rostow juga dikritik tentang salah satu dari berapa hal yang spesifik Kuznets, dalam studi empirisnya tidak menemukan dukungan bagi pendapat Rostow, bahwa dalam peridoe take off investasi akan menjadi dua kali lipat, yaitu dari 5 % menjadi 10 % di atas GNP.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah
1.      Mengembara
2.      Beternak
3.      Pertanian
4.      Pertanian dan industri rumah tangga (manufaktur)
5.      Pertanian, industri manufaktur dan perdagangan
Bruno Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman Inggris dia mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan dalam metoda distribusi yang digunakan.Dia menganalisis proses pertumbuhan ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar, yaitu:
1.      Perekonomian barter
2.      Perekonomian uang, dan
3.      Kredit
Rostow yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1.      Masyarakat Tradisional
2.      Prakondisi untuk Take-off
3.      Periode Take-off
4.      Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)
5.      Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)

3.2.Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA


 Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Grafindo Persada,
2009. h.128-129.
Bisnis Nasional dan Internasional.Ghalia Indonesia.Jakarta. hh. 130-131.
Lihat Adrimas (1990) Ekonomi Pembangunan. PAU- Studi Ekonomi UGM. Yogyakarta.


Makalah : Sistem Pedidikan Nasional