Saturday 28 November 2015

Makalah : Sifat Terpuji

KATA PENGANTAR


Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul SifatTerpuji.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan agama islam terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.

Matangglumpangdua, 27 November 2015
                                                                                        
                                                                                  Penyusun




BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sifat terpuji adalah sifat yang secara naluri telah dimiliki manusia, sifat ini dapat membantu manusia dalam setiap masalah yang mereka hadapi, karena dengan sifat inilah manusia dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Rabbul Khalik yaitu Allah Subhanahu Wataala.
Namun pada masa ini, zaman yang katanya telah maju dengan teknologi dan komunikasinya, banyak orang yang telah melalaikan sifat terpuji yang sesungguhnya telah ada dalam dirinya lalu menggantikanya dengan sifat tamak dan rakus yang takan puas dengan kenikmatan Allah yang telah berlimpah, Naudzubilahimindzalik
 Semoga dengan lebih memahami dan mengetahui keuntungan sifat terpuji kita dapat mengambil ibroh dan mengimplementasikanya kedalam kehidupan kita.

1.2. Rumusan Masalah

              I.     Pengertian Kasih Sayang dan Dalilnya
           II.     Pengertian Ikhlas dan Dalilnya
        III.     Pengertian Adil dan Dalilnya
        IV.     Pengertian Jujur dan Dalilnya
           V.     Pengertian Ridha dan Dalilnya
        VI.     Pengertian Sabar dan Dalilnya

1.3. Tujuan

Mengetahui maksud dan manfaat memiliki sifat terpuji dalam menjalani kehidupan di dunia.

1.4. Metode Penulisan  

 Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data dari berbagai sumber buku dan informasi yang disertai dengan analisis data, yang berguna untuk mendapatkan data yang aktual dan valid, sehingga penulis dapat menjabarkan


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.Kasih Sayang

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, kasih sayang dapat diartikan kelembutan hati dan kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain.
            Dalam Al-Qur`an, kasih sayang dipresentasikan dalam kata Ar- Rahmah (kasih sayang). Kasih sayang merupakan sifat Allah yang paling banyak diungkapkan dalam al-Qur`an dalam bentuk kata yang berbeda yaitu Ar-Rahman yang biasanya dirangkaikan dengan kata Ar-Rahim  yang berarti pengasih dan penyayang yang menunjukkan sifat-sifat Allah. Kata  rahman dan rahim merupakan sifat Allah yang paling banyak diungkapkan dalam Al-Quran, yaitu sebanyak 114 kali.
Berikut ini ayat Al Quran tentang cinta dan kasih sayang:
Artinya : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (Al-Fatihah: 1
Artinya :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Ruum: 21)

2.2. Ikhlas

Menurut K.H. Ahmad Rifa’I: Ikhlas menurut bahasa adalah bersih, sedangkan menurut istilah adalah membersihkan hati agar ia menuju kepada Allah semata dalam melaksanakan ibadah, hati tidak boleh menuju selain Allah.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa ikhlas menunjukkan kesucian hati untuk menuju pada Allah semata. Dalam beribadah hati tidak boleh menuju kepada selain Allah, karena Allah tidak akan menerima ibadah seorang hamba kecuali dengan niat ikhlas karena Allah semata dan perbuatan ibadah itu harus sah dan benar menurut syara’.
Ikhlas dalam beribadah ada dua macam, apabila salah satunya atau kedua-duanya tidak dikerjakan, maka amal ibadah tersebut tidak diterima oleh Allah. Rukun ikhlas dalam beribadah ada dua macam. Pertama perbuatan hati harus dipusatkan menuju pada Allah semata denan penuh ketaatan. Kedua, perbuatan lahiriyah harus benar sesuai denan pedoman fiqh. Sebagaimana dalam surat Al-Bayyinat ayat 5:
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”
Lebih lanjut K.H. Ahmad Rifa’I menggolonkan sifat ikhlas menjadi 3 golongan:
·         Ikhlas ‘awwam, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh rasa takut menghadapi siksaan-Nya yang amat pedih, dan didorong pula oleh adanya harapan untuk mendapatkan pahala dari-Nya.
·         Ikhlas khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh adanya harapan ingin dekat dengan Allah dan kerana didorong oleh adanya harapan untuk mendapatkan sesuatu dan kedekatannya kepada Allah.
·         Ikhlas khawwash al-khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah yang semata-mata didorong oleh kesadaran yang mendalam untuk meng-Esa-kan Allah dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, serta batin menekalkan puji syukur kepada Allah.

Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Al Khaaliq
Ikhlas artinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana tujuan lain Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ikhlas yaitu Surat Al-An'am ayat 162-163 yang berbunyi : 

  Artinya :
    Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S.Al-An'am : 162-163)

2.3. Adil

            Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth(moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia diperintah untuk berlaku adil.
Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap prorporsional, dan memihak kepada yang benar. Kemudian secara istilah, pengertian dari perilaku terpuji adil yaitu menetakpkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama. Dengan demikian perbuatan adil adalah suatu tindakan yang berdasar kepada kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi.
            Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja.] Allah swt berfirman:
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa’:135)
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.

2.4. Jujur

            Jujur dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan. Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan sebaliknya jangan berkata yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya.Dan perkatan itu disesuaikan dengan tingkah laku perbuatan, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 119 :
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan msyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat az-Zumar ayat 33 :
Artinya :
“ dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

2.5. Ridha

Dalam kitab “Mi’raaj at-Tasyawwuf ilaa Haqaa’iq at-Tashawwuf” yang ditulis oleh Ahmad ibn Ujaibah, Sayid berkata, “Ridha adalah sikap lapangnya hati ketika menerima pahitnya ketetapan Allah.” Dalam kitab yang sama Ibnu Ujaibah berkata,“Ridha adalah menerima kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati ketika (suatu) ketetapan terjadi, atau tidak memilih-milih apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang dada dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah.”
Definisi Ar-Ridha menurut K.H. Ahmad Rifa’I adalah sebaai berikut: Ridha menurut bahasa adalah menerima kenyataan denan suka hati , adapun menurut istilah adalah menerima segala pemberian Allah dengan menerima hukum Allah, yakni syari’at wajib dilak sanakan denan ikhlas dan taat serta menjauhi kejahatan maksiat dan menerima terhadap berbagai macam cobaan yang datang dari Allah dan yang ditentukan-Nya.Dari unkapan diatas dapat dipahami bahwa ridha berarti menerima dengan tulus seala pemberian Allah, hokum-Nya (syari’at Islam), berbagai macam cobaan yang ditakdirkan-Nya, serta melaksanakan semua perintah dan meningalkan semua larangan-Nya dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, baik secara lahir maupun batin.
Seorang mukmin harus ridha terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah kepada hambanya karena segala sesuatu tersebut merupakan pilihan yang paling utama yang diberikan Allah pada hambanya. Sehinga tanda-tanda orang mukmin yang sah imannya diantaranya orang mukmin yang ridha dalam menerima segala hukum Allah, perintah, larangan, dan janji-Nya. Hal ini sejalan dengan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dan Ibnu Hihban dari Annas;
“Barang siapa tidak ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Ku, tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Ku, dan tiak sabar terhadap cobaan-cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku, dan carilah Tuhan selain Aku”.
Menyangkut sifat ini, di dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 59, Allah telah mengatakan tentang hubungan keridhaan seorang hamba dengan-Nya: 
Artinya :
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata:”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).”
Menerima datangnya ajal – kematian sebagai suatu ketetapan Allah dengan lapang dada adalah bentuk pengamalan sifat ridha. Hal ini telah dicontohkan oleh seorang sahabat Rasulullah, Bilal ibn Rabah RA. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi (hadist ini Gharib): “Aku sangat bahagia!Besok aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku cintai, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”Bilal RA menerima kematiannya dengan lapang dada. Beliau paham, bahwa di balik sakit dan pedihnya sakaratul maut yang akan dilaluinanti, ada karunia dari Allah, yaitu ia bertemu dengan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang telah lebih dulu meninggal dunia.
Sifat ridha mengajarkan manusia untuk memahami bahwa Allah mendatangkan cobaan hidup bukan tanpa maksud. Setiap bencana dan kepedihan hidup yang dialami, di balik itu ada hikmah, karunia, dan nikmat yang lebih besar. Kita pun harus mau jujur untuk merenung sejenak, bahwa Allah memberikan manusia karunia dan kenikmatan hidup lebih banyak daripada penderitaan dan kesedihan yang menimpa kita.

2.6. Sabar

Menurut bahasa menaggung kesulitan, menurut istilah berarti melaksanakan tiga perkara yang pertama menggung kesulitan ibadah memenuhi kewajiban dengan penuh ketaatan, yang kedua menenggung kesulitan taubat yang benar menjauhi perbuatan maksiat zahir, dhohir batin sebatas kemampuan, yang ketiga menggungan kesulitan hati ketika tertimpa musibah di dunia kosong dari keluhan yang tidak benar.
Dari definisi dapat dipahami bahwa sabar merupakan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai macam kesulitan yang antara lain :
·         Kemampuan untuk menghadapi kesulitan dalam melaksakan ibadah dan menunaikan kewajiban-kewajiban syariat dengan sungguh-sungguh.
·         Kemampuan untuk menjauhi perbuatan –perbuatan maksiat yang disertai dengan taubat baik secara lahir maupun batin
·         Kemempuan untuk menghadapi kesulitan ketika tertimpa musibah tanpa berkeluh kesah.
Orang mukmin yang sabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan sebagauman tersebutb diatas akan memperoleh pahala yang tak terhingga dari sisi Allah SWT
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
Artinya :
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).

Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan.Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang sabar yaitu Surat Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi : 

Artinya :
   " Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Q.S.Al-Baqarah : 153)






BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Kasih Sayang
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, kasih sayang dapat diartikan kelembutan hati dan kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain.
Al-Ikhlas
K.H. Ahmad Rifa’i: secara bahasa adalah senan hatinya, sedang menurut istilah adalah mengetahui nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah
Adil.
Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap prorporsional, dan memihak kepada yang benar.
Jujur
            Jujur dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan
Ar-Ridha
Definisi Ar-Ridha menurut K.H. Ahmad Rifa’I adalah sebaai berikut: Ridha menurut bahasa adalah menerima kenyataan denan suka hati , adapun menurut istilah adalah menerima segala pemberian Allah dengan menerima hukum Allah
Sabar
sabar merupakan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai macam kesulitan

3.2  Saran

Perilaku terpuji merupakan perilaku yang disukai Allah SWT, untuk dapat menjalankan perilaku terpuji kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas menjalaninya semata-mata karena Allah SWT. Siapa mereka yang mengingikan hidup bahagia dunia-akhirat harus bisa berperilaku terpuji.



DAFTAR PUSTAKA


Khoiri Alwan, Tulus Mustofa, & Moh. Damami. 2005. Akhlak / Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
http://www.crayonpedia.org/mw/Perilaku_terpuji_%28tawadlu,_taat,_qana%E2%80%99ah,_dan_sabar%29_7.1




Makalah : Sistem Pedidikan Nasional