Tuesday 9 February 2016

Makalah : Dasar Pemikiran, Fokus dan Tujuan Dalam Teori Kebidanan Reva Rubin

BABI
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide  yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing.

B.     Tujuan
Untuk mengetahui Dasar pemikiran fokus dan tujuan dalam teori kebidanan reva rubin



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Biografi Reva Rubin
Reva Rubin, mantan Universitas Chicago profesor yang merupakan salah satu spesialis pertama di keperawatan maternitas, telah meninggal pada usia 76.
Pejabat di University of Pittsburgh, tempat ia mengajar selama 21 tahun sebelum pensiun pada tahun 1981, kata Profesor Rubin meninggal 13 Mei karena serangan jantung di rumahnya di Harrisville, Dalam sejumlah studi kasus yang dia diamati dan didokumentasikan sebagai perawat, bidan dan guru, ia meneliti bagaimana ibu menggunakan berbagai indra-penglihatan, penciuman dan sentuhan-untuk menjadi akrab dengan bayi mereka.
Untuk mendorong bahwa ikatan yang ia mengamati, ia adalah seorang pendukung awal menjaga ibu dan bayi baru lahir bersama-sama sebanyak mungkin pada hari-hari pertama setelah kelahiran.
Pada tahun 1980-an, konsep bahwa ada waktu khusus yang tepat setelah lahir selama ibu menjadi emosional melekat pada bayi mereka mulai menerima kritik dari beberapa peneliti, meskipun perubahan dalam praktek rumah sakit bahwa penelitian tidak pernah dipertanyakan tempa.
Dia adalah penulis “The Identitas Ibu dan Pengalaman Ibu.”
Pada tahun 1972, dia adalah co-pendiri dengan temannya dan kolega profesional lama, Dr Florence Erickson dari Perawatan Anak Perawatan Ibu Journal, jurnal penelitian pertama di lapangan.

Bersama-sama, mereka juga mendirikan master dan program doktor dalam keperawatan di University of Pittsburgh.
Setelah lulus dari Hunter College di tahun 1941, ia pergi ke Yale untuk menerima gelar master dalam keperawatan di 1946 dan dalam kesehatan kesehatan mental pada tahun 1954.
Dia mengajar di Yale dan University of Chicago sebelum bergabung dengan University of Pittsburgh pada tahun 1960.

B.     Teori Reva Ruben
Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih dari 20,tahun dengan lebih dari 6000 responden.   
Tujuan Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana seorang perempuan mencapai peran menjadi seseorang dan hal apa sajakah yang memengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Menurut Rubin seorang sejak hamil sudah mempunyai harapan sebagai berikut :
1.      Memastikan keselamatan secara fisik, kesejahteraan ibu dan bayi.
2.      Memastikan penerimaan masyarakat terutama orang-orang yang sangat berarti bagi ibu dan bayi.
3.      Penentuan gambar identitas diri.
4.      Mengerti tentang arti memberi dan menerima.

Perubahan yang umum terjadi pada perempuan ketika hamil adalah :
a.       Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih baik, untuk bisa berperan sebagai calon ibu dan mampu memerhatikan perkembangan janinnya.
b.      Membutuhkan sosialisasi.

C.    Tahapan Psikososial (Psikososial Stage)
1)      Anticipatory stage
Tahap ini ibu-ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2)      Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya.. Pada tahap ini, ibu memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain.
3)      Plateu stage
Ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu. Tahap ini membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4)      Disngagement
Merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahapan ini peran sebagai orang tua belum jelas.

Reaksi umum pada kehamilan, biasanya swbagai berikut :
a)      Trimester I
Ambiven, takut, fantasi, khawatir
b)      Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatkannya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang egosentrik dan self centered.
c)      Trimester III
Berperasaan aneh, semberono, jelek. Menjadi lebih introvert, mereflesikan terhadap pengalaman masa kecil.

D.    Aspek Yang Diidentifikasi Dalam Peran Ibu Hamil
1)      Gambaran tentang idaman
Sebuah gambaran ideal/positif mengenai perempuan yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.
2)      Gambaran tentang diri
Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman. Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan tersebut memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait dengan peran ibu yang akan dilakukan.
3)      Gambaran tubuh
Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama proses kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah melahirkan.

E.     Tahap pelaksanaan peran menjadi seorang ibu
1)      Taking on
Wanita meniru dan melakukan peran ibu, dikenal sebagi tahap meniru. Dalam tahap taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu perempuan meniru perilaku perempuan lain yang pernah hamil dengan cara melihat, mendengar dan melaksanakanpengalaman menjadi seorang ibu. Misalnya : apa yang dilakukan saat persalinan atau bagaimana pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan role play (mencoba bermain peran) yaitu menciptakan kondisi di masa yang akan datang dengan sengaja, misalnya : berlatih merawat bayi dengan menjadi pengasuh anak temannya atau mencoba menyuapi anak kecil.
2)      Taking in
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan dimasa yang akan datang, misalnya : akan seperti apa proses persalinannya nanti atau baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti. Dan kegiatan introjections, projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya : saat ibu memandikan bayinya di rumah, dia akan melakukannya berdasarkan apa yang dipelajari di rumah sakit atau di tempat lainnya.


3)      Leting go
Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilaksanakannya. Perempuan tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilang tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.

Faktor-faktor yang memengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum adalah :
a.       Respon dan dukungan dari teman dan keluarga.
b.      Hubungan dari pengalaman melahirkan.
c.       Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu (sebelumnya)
d.      Pengaruh budaya



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.





DAFTAR PUSTAKA

http://ditaadjah.blogspot.com/p/konsep-kebidanan.html

http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/dasar-fokus-dan-tujuan-dalam-teori.html

Sofyan, Mustika. 50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Pengurus Pusat IBI. Jakarta. 2003

Depkes RI pusat pendidikan Tenaga Kesehatan . Konsep Kebidanan. 1995


Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.

Makalah : Filosofi Asuhan Kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. dalam globalisasi ekonomi kita diberhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek pencegahan, promosi, dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-saama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu pemahaman mengenai falsafah dan pelayanan kebidanan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sejarah filsafat?
2.      Apa pengertian filsafat?
3.      Apa itu persalian?
4.      Apa pengertian fungsi filsafat?
5.      Apa pengertian landasan filsafat ilmu?
6.      Apa pengertian filosofi kebidanan?
1.3.Tujuan Penulisan
a.       Tujuan umum :
Untuk mendapatkan nilai tugas dari dosen mata pelajaran.
b.      Tujuan khusus :
Memberi pengetahuan mengenai filosofi asuhan kebidanan, terhadap mahasiswa    kebidanan.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Sejarah Filsafat
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Etimologi
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
2.2.Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 
 Pengertian filsafat menurut para tokoh :
1.      Pengertian filsafat menurut  Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan 
2.      Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada 
3.      Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. 
4.      Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM)  mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. 
5.      Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan  menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. 
2.3.Persalinan
            Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika pesalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006).
            Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2007). Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2005).
            Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat - alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1997, hal 180).
            Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) dari dalam uterus (rahim) dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lamanya persalinan berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Sarwono, 2000).
1.      Persalinan Berdasarkan Teknik
Persalinan Spontan, yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
Persalinan Buatan, yaitu persalian dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section sesaria.
Persalinan Anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostagladin (Mochtar,1983 : 221-223).
2.      Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
Abortus : pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
Partus Immaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
Partus Prematurus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
Partus Maturs atau aterm : Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat badan bayi di atas 2500 gram.
Partus Postmaturus (Serotinus) : Pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditaksirkan. (Mochtar. 1988:91)
3.      Klasifikasi Persalinan
Partus matur atau aterm adalah partus dengan kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat janin diatas 2500 gram, partus premature adalah dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm/cukup bulan, berat janin 100-2500 gram atau umur kehamilan 28-36 minggu. Partus post matur/serotinus adalah partus terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu yang telah di perkirakan atau taksiran partus. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin kurang dari 1000 gram,umur kehamilan kurang dari 28 minggu.
2.4.Pengertian Fungsi Filsafat
            Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu spesial. Jadi berfilsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas (filsafat teoretis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur: secara sistematis dan secara historis. Pertama, secara sistematis. Artinya, filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab dan keadilan, dan sebagainya.
Jalur kedua adalah sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang di jaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat.
Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh para pemikir terbesar umat manusia, waawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan dan legitimasi-legitimasi dari berbagai agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi religius dan politis yang mau membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekadar menolak ideologi-ideologi itu secara dogmatis dan dari luar, melainkan untuk menanggapinya secara kritis dan argumentatif.
Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu spesial, termasuk teologi.
Dengan mempertimbangkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa filsafat, demikian kegiatan berfilsafat, sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, wartawan, pengarang dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, dan teologi.
Di samping itu, filsafat juga mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial budaya Indonesia:
Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi semakin banyaknya bidang dan hanya untuk sebagiannya dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma itu, filsafat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
Filsafat merupakan sarana baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat Indonesia untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan refleksif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih terjadi. Jadi filsafat membuat sanggup untuk melihat secara terbuka masalah-masalah sosial serta percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung.
Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas-universitas dan lingkungan akademis. Filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di universitas-universitas, fakultas filsafat sering disebut "fakultas sentral" atau "inter-fakultas", karena semua fakultas lain, yang selalu menyelidiki salah satu segi dari kenyataan, menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan refleksi yang tidak lagi termasuk bidang khusus mereka. Misalnya, pertanyaan tentang batas-batas pengetahuan kita, tentang asal bahasa, tentang hakikat hidup, tentang hubungan badan dan jiwa, tentang hakikat materi, tentang dasar moral.
Salah satu fungsi terpenting filsafat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog di antara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur. Jadi filsafat adalah dasar bagus bagi dialog antar-agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama tertentu, itu pun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para agamawan memerlukan filsafat supaya dapat bicara satu sama lain dan bersama-sama memecahkan masalah-masalah sosial dan masalah-masalah nasional.
2.5.Pengertian Landasan Filsafat Ilmu
 A. Ontologi
Pembicaraan tentang Ontologi berkisar pada persoalan bagaimanakah kita menerangkan tentang hakekat dari segala sesuatu? Perbincangan tentang hakekat berarti tentang kenyataan yang sebenarnya, bukanlah kenyataan semu ataupun kenyataan yang mudah berubah-ubah. Para filosof terutama era klasik dan pertengahan berbicara mengenai pengertian apa itu Ontologi? Secara etimologi, Ontologi berasal dari kata Yunani, On=being, dan Logos=logic. Sehingga Ontologi dapat dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ia berusaha mencari inti dari setiap kenyataan. (Muhajir, 2001: hlm. 57)
Bagi Sidi Gazalba Ontologi adalah dasar dari Filsafat yang membahas tentnag sifat dan keadaan terakhir dari suatu kenyataan. Sebab itulah Ontologi disebut pula sebagai ilmu hakikat. Sementara itu, Amtsal Bakhtiar menyimpulkan bahwa Ontologi tidak lain adalah “Ilmu yang membahastentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak” (Bakhtiar, 2009: hlm.134)
Dalam perbincangannya, seringkali Ontologi dihubungkan dengan Metafisika, yakni cabang ilmu dalam filsafat yang berbicara mengenai keberadaa (being) dan eksistensi (existence). Untuk memperjelas keberadaan keduanya, Christian Wolf, sebagaimana dikutip oleh Rizal Mustansyir, membagi Metafisika menjadi dua, yakni Metafisika Umum atau Ontologi yang membahas tentang hal “Ada” (being) dan Metafisika khusus yaitu Psikologi (bicara hakikat manusia), Kosmologi (bicara asal-usul semesta) dan Teologi (bicara keberadaan Tuhan). (Mustansyir dan Munir, 2009: hlm. 12)
Pemikiran Ontologi (Metafisika Umum) yang berkisar pada hakikat dari yang Ada, telah mengelompokkan para filosof dalam beberapa kelompok, di antaranya;
a.       Monisme; yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel adalh penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.
b. Dualisme; kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yang spirit dan jasad. Asal yang materi berasal dari yang ruh, dan yang ruh berasal dari yang materi. Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
c. Pluralisme; kelompok ini berpandangan bahwa hakikat kenyataan ditentukan oleh kenyataan yang jamak/berubah-ubah. Filosof Klasik, Empedokles, adalah tokoh Pluralis yang mengatakan bahwa kenyataan tersusun oleh banyak unsur (tanah, air, api, dan udara). Tokoh Pragmatisme, William James juga seorang Pluralis yang berpendapat karena pengalaman kita selalu berubah-ubah, maka tidak ada kebenaran hakiki kecuali kebenaran-kebenaran yang selalu diperbarui oleh kebenaran selanjutnya.
d. Nihilisme; kelompok Nihilis diprakarsai oleh kaum Sofis di era Klasik. Mereka menolak kepercayaan tentang realitas hakiki. Realitas, menurut mereka adalah tunggal sekaligus banyak, terbatas sekaligus tidak terbatas, dan tercipta sekaligus tidak tercipta. Selain tokoh Sofis, Friedrich Nietzsche adalah tokoh filosof Eropa yang sangat bernuansa Nihilisme, hingga ia meniadakan keberadaan Tuhan “Allah sudah mati”
e. Agnostisisme; pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya. (Bakhtiar, 2009: hlm. 135-48)
B. Epistemologi
Epistemologi adalah landasan ilmu yang mempersoalkan hakikat dan ruang lingkup dari pengetahuan. Ia berasal dari istilah Yunani “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang artinya teori; jadi epistemologi secara terminologi dapat dipahami sebagai teori tentang pengetahuan. Epistemologi mempertanyakan berbagai persoalan seputar pengetahuan, seperti: Apa sumber pengetahuan dan dari mana pengetahuan itu didapatkan? Apa sifat dasar dari pengetahuan? Serta apakah pengetahuan itu benar, atau bagaimanakah kita membedakan yang benar dari pengetahuan salah?
Secara general, aliran dalam Epistemologi terbagi menjadi dua, pertama Rasionalisme atau Idealisme, dan kedua Empirisme atau Realisme. Yang pertama menekankan pada pentingnya peran ‘akal’ dan ‘idea’ sebagai sumber ilmu pengetahuan, sedangkan panca indera dinomorduakan. Sedangkan aliran kedua berbicara tentang penekanan ‘indera’ dan ‘pengalaman’ sebagai sumber sekaligus alat dalam memperoleh pengetahuan. Kedua kelompok ini saling bersitegang, hingga munculnya aliran ketiga, yaitu Rasionalisme Kritis yang menekankan adanya kategori sintesis yakni perpaduan antara kedua sumber pengetahuan (akal dan rasio) dalam sebuah ilmu pengetahuan. (Abdullah,dkk, 1995)
Obyek Material dari Epistemologi adalah pengetahuan itu sendiri, sedangkan hakikat pengetahuan adalah obyek formal yang menjadi pembahasan inti dari Epistemologi. Secara umum dapat dikatakan bahwa epistemologi membahas apa yang disebut sebagai pengetahuan dan ‘kebenaran ilmiah’ dari pengetahuan tersebut, yang membedakannya dengan pengetahuan karena ‘kepercayaan’, yang disebut Mustansyir sebagai pengetahuan nir-ilmiah.
Dari karakteristik dasarnya, suatu pengetahuan dapat dibedakan menjadi setidaknya empat pengetahuan, yakni:
Pengetahuan indrawi; adalah pengetahuan yang didapatkan melalui indera (sense) atau pengalaman (empiric).
Pengetahuan akal budi; adalah pengetahuan yang didapatkan melalui pendasaran rasio atau pemikiran.
Kedua pengetahuan diatas, disebut sebagai dasar dari pengetahuan ilmiah. Berbeda dengan keduanya, dua pengetahuan terakhir seringkali dipertanyakan kadar ke-ilmiah-an nya. Yakni:
Pengetahuan intuitif; pengetahuan yang didapatkan dari kesadaran akan pengalaman langsung, melalui intuisi. Beberapa filosof Islam menekankan pengetahuan ini, seperti Ilmu Hudluri a-la Suhrawardi dan Mulla Sadra (Iran)
Pengetahuan Kepercayaan; adalah pengetahuan yang didapatkan dari otoritas atau profesionalitas seorang tokoh atau sekelompok orang. Pengetahuan yang didapatkan dari doktrin agama biasanya dimasukkan ke dalam pengetahuan jenis ini. (Mustansyir dan Munir, 2009)
C. Aksiologi
Aksiologi, secara etimologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Sehingga Aksiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang menjadikan kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai sebagai problem bahasannya. Nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah “Sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai” (Bakhtiar, 2009) Dengan demikian, obyek formal dari Aksiologi adalah nilai itu sendiri.
2.6.Pengertian Filosofi Kebidanan
            Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberi pelayanan kebidanan. Filosofi kebidanan menyatakan bahwa :
1.      Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah Indonesia. Bidan merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional yang telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO, dan WHO.
2.      Tugas, tanggung jawab, dan kewengan profesi bidan telah diatur dalam beberapa peraturan dan keputusan Menteri Kesehatan. Peraturan dan keputusan  Menteri Kesehatan ini membantu program pemerintah di bidang kesehatan khususnya dalam rangka menurunkan kematian ibu (AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelayanan ibu hamil, pelahiran, nifas yang aman, pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat,dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
3.      Bidan meyakini setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, mendapat informasi yang cukup, dan berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4.      Bidan meyakini menstruasi, kehamilan, persalinan, dan menopause adalah proses fisiologis dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medis.
5.      Persalinan adalah suatu proses yang alami dan peristiwa normal, namun apabila tidak di kelola dengan tepat dapat menjadi abnormal.
6.      Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat. Oleh karena itu, wanita usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
7.      Pengalaman melahirkan merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan persiapan. Persiapan ini dimulai ketika seseorang menginjak masa remaja.
8.      Kesehatan ibu di masa reproduksi di pengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan,dan pelayanan kesehatan.
9.      Intervensi kebidanan bersifat komprehensif yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang ditujukan untuk individu, keluarga, serta masyarakat.
10.  Manajemen kebidanan diselenggarakan menggunakan metode pemecahan masalah untuk meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional, interaksi sosial, serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen kebidanan secara terpadu.
11.  Proses pendidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian yang berlangsuang sepajang hidup manusia perlu di kembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.










CONTOH SOAL
1).Pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberi pelayanan kebidanan merupakan pengertian dari . . . . .
a. Praktik Kebidanan               c. Filosofi Kebidanan
b. Asuhan Kebidanan              d. Pelayanan Kebidanan
Jawaban : C
2). Persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps,ekstraksi vakum dan section sesaria merupakan pengertian dari . . . . .
a. Persalinan Spontan              c. Persalinan Normal
b. Persalinan Anjuran              d. Persalinan Buatan
Jawaban : D
3).Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram merupakan partus . . . . .
a. Partus Prematurus                c. Partus Immaturus
b. Partus aterm                        d. B dan C benar
Jawaban : A
4).Tanda-tanda permulaan persalinan dan inpartu merupakan tanda- tanda pada saat . . . . .
a. Tanda - tanda kehamilan     c. A dan B benar
b. Tanda - tanda persalinan     d. Semua Salah
Jawaban : B
5).filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada,yaitu merupakan pengertian filsafat menurut . . . . .
a. Plato                                      c. Harun Nasution
b. Aristoteles                             d. Marcus Tullius Cicero
Jawaban : A
6). Pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan merupakan pengertian dari . . . . .
a. Filosofi Kebidanan                c. Pelayanan Kebidanan
b. Landasan Filsafat                  d. Filsafat
Jawaban : D
7). Pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditaksirkan merupakan partus . . . . .
a. Partus Postmaturus (Serotinus)                   c. Partus Prematurus
b. Abortus                                                       d. Partus Immaturus
Jawaban : A
8). Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) dari dalam uterus (rahim) dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lamanya persalinan berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin merupakan pengertian . . . . .
a. Persalinan Buatan                        c. Persalinan Anjuran
b. Persalinan Spontan                      d. Persalian Normal
Jawaban : D
9). Pemikiran Ontologi (Metafisika Umum) yang berkisar pada hakikat dari yang Ada, telah mengelompokkan para filosofi dalam beberapa kelompok, di antaranya adalah . . . . .
a. Monoisme                                    c.Dualisme
b. Pluralisme                                    d. Semua benar
Jawaban : D
10). Persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostagladin merupakan pengertian dari . . . . .
a. Persalinan Normal
b. Persalian Buatan
c. Persalinan Anjuran
d. Persalinan Spontan
Jawaban : C











BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
            Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2007). Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2005).
3.2.Saran
Saran penulis semoga materi tentang Filosofi Asuhan Kebidanan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa yang belum memahami tentang filosofi asuhan kebidanan.

 DAFTAR PUSTAKA

Rukiah, Ali yeyeh, dkk,Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi,Jakarta : TIM, 2009.

Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Soepardan, Suryani, Konsep Kebidanan, Jakarta : EGC, 2007

Makalah : Sistem Pedidikan Nasional