KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan
puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan judul SifatTerpuji.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan agama
islam terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi dari makalah ini
diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang sesungguhnya, saleh,
beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua
pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk
menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan
makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan.
Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan
motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
Matangglumpangdua, 27 November 2015
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sifat terpuji adalah sifat yang secara naluri telah dimiliki manusia, sifat
ini dapat membantu manusia dalam setiap masalah yang mereka hadapi, karena
dengan sifat inilah manusia dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Rabbul
Khalik yaitu Allah Subhanahu Wataala.
Namun pada masa ini, zaman yang katanya telah maju dengan teknologi dan
komunikasinya, banyak orang yang telah melalaikan sifat terpuji yang
sesungguhnya telah ada dalam dirinya lalu menggantikanya dengan sifat tamak dan
rakus yang takan puas dengan kenikmatan Allah yang telah berlimpah, Naudzubilahimindzalik
Semoga dengan lebih memahami
dan mengetahui keuntungan sifat terpuji kita dapat mengambil ibroh dan
mengimplementasikanya kedalam kehidupan kita.
1.2. Rumusan Masalah
I. Pengertian
Kasih Sayang dan Dalilnya
II. Pengertian
Ikhlas dan Dalilnya
III. Pengertian
Adil dan Dalilnya
IV. Pengertian
Jujur dan Dalilnya
V. Pengertian
Ridha dan Dalilnya
VI. Pengertian
Sabar dan Dalilnya
1.3. Tujuan
Mengetahui maksud dan manfaat memiliki sifat terpuji dalam menjalani
kehidupan di dunia.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
pengumpulan data dari berbagai sumber buku dan informasi yang disertai dengan
analisis data, yang berguna untuk mendapatkan data yang aktual dan valid,
sehingga penulis dapat menjabarkan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Kasih Sayang
Menurut Abdullah
Nashih Ulwan, kasih sayang dapat diartikan kelembutan hati dan kepekaan
perasaan sayang terhadap orang lain.
Dalam
Al-Qur`an, kasih sayang dipresentasikan dalam kata Ar- Rahmah (kasih sayang).
Kasih sayang merupakan sifat Allah yang paling banyak diungkapkan dalam
al-Qur`an dalam bentuk kata yang berbeda yaitu Ar-Rahman yang biasanya
dirangkaikan dengan kata Ar-Rahim yang
berarti pengasih dan penyayang yang menunjukkan sifat-sifat Allah. Kata rahman dan rahim merupakan sifat Allah yang
paling banyak diungkapkan dalam Al-Quran, yaitu sebanyak 114 kali.
Berikut ini ayat Al Quran tentang cinta dan kasih
sayang:

Artinya : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang”. (Al-Fatihah: 1

Artinya :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Ruum: 21)
2.2. Ikhlas
Menurut K.H. Ahmad Rifa’I: Ikhlas menurut bahasa adalah bersih, sedangkan
menurut istilah adalah membersihkan hati agar ia menuju kepada Allah semata
dalam melaksanakan ibadah, hati tidak boleh menuju selain Allah.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa ikhlas menunjukkan kesucian hati
untuk menuju pada Allah semata. Dalam beribadah hati tidak boleh menuju kepada
selain Allah, karena Allah tidak akan menerima ibadah seorang hamba kecuali
dengan niat ikhlas karena Allah semata dan perbuatan ibadah itu harus sah dan
benar menurut syara’.
Ikhlas dalam beribadah ada dua macam, apabila salah satunya atau
kedua-duanya tidak dikerjakan, maka amal ibadah tersebut tidak diterima oleh
Allah. Rukun ikhlas dalam beribadah ada dua macam. Pertama perbuatan hati harus
dipusatkan menuju pada Allah semata denan penuh ketaatan. Kedua, perbuatan
lahiriyah harus benar sesuai denan pedoman fiqh. Sebagaimana dalam surat
Al-Bayyinat ayat 5:
Artinya:
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan ikhlas dalam
(menjalankan) agama dengan lurus.”
Lebih lanjut
K.H. Ahmad Rifa’I menggolonkan sifat ikhlas menjadi 3 golongan:
·
Ikhlas
‘awwam, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong oleh
rasa takut menghadapi siksaan-Nya yang amat pedih, dan didorong pula oleh
adanya harapan untuk mendapatkan pahala dari-Nya.
·
Ikhlas
khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah karena didorong
oleh adanya harapan ingin dekat dengan Allah dan kerana didorong oleh adanya
harapan untuk mendapatkan sesuatu dan kedekatannya kepada Allah.
·
Ikhlas
khawwash al-khawwash, yakni seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah yang
semata-mata didorong oleh kesadaran yang mendalam untuk meng-Esa-kan Allah dan
meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, serta batin menekalkan puji
syukur kepada Allah.
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain,
ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk
ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi
kepada Al Khaaliq
Ikhlas artinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh
ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan
semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana tujuan lain Salah satu ayat dalam
Al-Qur'an yang menerangkan tentang ikhlas yaitu Surat Al-An'am ayat 162-163
yang berbunyi :


Artinya :
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S.Al-An'am : 162-163)
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S.Al-An'am : 162-163)
2.3. Adil
Kata
adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan)
dan al qisth(moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan
dengan kata dzalim. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang sangat
ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan agama
semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia diperintah
untuk berlaku adil.
Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada
tempatnya, tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap prorporsional, dan
memihak kepada yang benar. Kemudian secara istilah, pengertian dari perilaku
terpuji adil yaitu menetakpkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau
beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh agama. Dengan demikian perbuatan adil adalah suatu tindakan
yang berdasar kepada kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi.
Adil
adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada
pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada
aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali
terhadap Allah swt saja.] Allah swt
berfirman:

Artinya:”Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa’:135)
Islam memerintahkan kepada kita agar
kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu keadilan seorang Muslim terhadap
orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dibenci.
Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebathilan, dan perasaan
benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran
kepada yang berhak.
2.4. Jujur
Jujur
dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam
berkata dan benar dalam perbuatan. Berlaku jujur dengan perkataan dan
perbuatan, mengandung makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan
sebaliknya jangan berkata yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya.Dan
perkatan itu disesuaikan dengan tingkah laku perbuatan, sebagaimana yang
dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 119 :

Artinya :
“ Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.”
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan
kemajuan perseorangan dan msyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah
satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara
satu golongan dengan golongan yang lain.
Dampak dari
sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa
tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa
senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan
“berani karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur
tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang
tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya
itu merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat az-Zumar ayat 33
:

Artinya :
“ dan orang yang
membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa.”
2.5. Ridha
Dalam
kitab “Mi’raaj at-Tasyawwuf ilaa Haqaa’iq at-Tashawwuf” yang ditulis
oleh Ahmad ibn Ujaibah, Sayid berkata, “Ridha adalah sikap lapangnya hati
ketika menerima pahitnya ketetapan Allah.” Dalam kitab yang sama Ibnu Ujaibah
berkata,“Ridha adalah menerima kehancuran dengan wajah tersenyum, atau
bahagianya hati ketika (suatu) ketetapan terjadi, atau tidak memilih-milih apa
yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang dada dan tidak
mengingkari apa-apa yang datang dari Allah.”
Definisi Ar-Ridha menurut K.H. Ahmad
Rifa’I adalah sebaai berikut: Ridha menurut bahasa adalah menerima kenyataan
denan suka hati , adapun menurut istilah adalah menerima segala pemberian Allah
dengan menerima hukum
Allah, yakni syari’at wajib dilak sanakan denan ikhlas dan taat serta
menjauhi kejahatan maksiat dan menerima terhadap berbagai macam cobaan yang
datang dari Allah dan yang ditentukan-Nya.Dari unkapan diatas dapat dipahami
bahwa ridha berarti menerima dengan tulus seala pemberian Allah, hokum-Nya
(syari’at Islam), berbagai macam cobaan yang ditakdirkan-Nya, serta
melaksanakan semua perintah dan meningalkan semua larangan-Nya dengan penuh
ketaatan dan keikhlasan, baik secara lahir maupun batin.
Seorang mukmin harus ridha terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah
kepada hambanya karena segala sesuatu tersebut merupakan pilihan yang paling
utama yang diberikan Allah pada hambanya. Sehinga tanda-tanda orang mukmin yang
sah imannya diantaranya orang mukmin yang ridha dalam menerima segala hukum
Allah, perintah, larangan, dan janji-Nya. Hal ini sejalan dengan Hadits Qudsi
yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dan Ibnu Hihban dari Annas;
“Barang
siapa tidak ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Ku, tidak mensyukuri
nikmat-nikmat-Ku, dan tiak sabar terhadap cobaan-cobaan-Ku, maka keluarlah dari
bawah langit-Ku, dan carilah Tuhan selain Aku”.
Menyangkut
sifat ini, di dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 59, Allah telah mengatakan
tentang hubungan keridhaan seorang hamba dengan-Nya:

Artinya :
“Jikalau
mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya
kepada mereka, dan berkata:”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka).”
Menerima
datangnya ajal – kematian sebagai suatu ketetapan Allah dengan lapang dada
adalah bentuk pengamalan sifat ridha. Hal ini telah dicontohkan oleh seorang
sahabat Rasulullah, Bilal ibn Rabah RA. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi (hadist ini Gharib): “Aku sangat bahagia!Besok aku
akan bertemu dengan orang-orang yang aku cintai, yaitu Muhammad dan para
sahabatnya.”Bilal RA menerima kematiannya dengan lapang dada. Beliau paham,
bahwa di balik sakit dan pedihnya sakaratul maut yang akan dilaluinanti, ada
karunia dari Allah, yaitu ia bertemu dengan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya
yang telah lebih dulu meninggal dunia.
Sifat
ridha mengajarkan manusia untuk memahami bahwa Allah mendatangkan cobaan hidup
bukan tanpa maksud. Setiap bencana dan kepedihan hidup yang dialami, di balik
itu ada hikmah, karunia, dan nikmat yang lebih besar. Kita pun harus mau jujur
untuk merenung sejenak, bahwa Allah memberikan manusia karunia dan kenikmatan
hidup lebih banyak daripada penderitaan dan kesedihan yang menimpa kita.
2.6. Sabar
Menurut bahasa menaggung kesulitan, menurut istilah berarti melaksanakan tiga perkara yang pertama menggung
kesulitan ibadah memenuhi kewajiban dengan penuh ketaatan, yang kedua menenggung kesulitan taubat yang benar menjauhi
perbuatan maksiat zahir, dhohir batin sebatas kemampuan, yang ketiga menggungan
kesulitan hati ketika tertimpa musibah di dunia kosong dari keluhan yang tidak
benar.
Dari
definisi dapat dipahami bahwa sabar merupakan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai macam kesulitan yang antara lain :
·
Kemampuan
untuk menghadapi kesulitan dalam melaksakan ibadah dan menunaikan
kewajiban-kewajiban syariat dengan sungguh-sungguh.
·
Kemampuan
untuk menjauhi perbuatan –perbuatan maksiat yang disertai dengan taubat baik
secara lahir maupun batin
·
Kemempuan
untuk menghadapi kesulitan ketika tertimpa musibah tanpa berkeluh kesah.
Orang mukmin
yang sabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan sebagauman tersebutb
diatas akan memperoleh pahala yang tak terhingga dari sisi Allah SWT
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat
kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi
takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Sabar
merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi
istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang
membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa,
sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman
Allah dalam Al-Qur'an:

Artinya :
“
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).
Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu
ujian yang mendukacitakan.Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan
tentang sabar yaitu Surat Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi :

Artinya :
" Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Q.S.Al-Baqarah : 153)
" Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Q.S.Al-Baqarah : 153)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasih
Sayang
Menurut Abdullah
Nashih Ulwan, kasih sayang dapat diartikan kelembutan hati dan kepekaan
perasaan sayang terhadap orang lain.
Al-Ikhlas
K.H. Ahmad Rifa’i: secara bahasa adalah senan hatinya, sedang menurut
istilah adalah mengetahui nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah
Adil.
Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada
tempatnya, tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap prorporsional, dan
memihak kepada yang benar.
Jujur
Jujur
dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam
berkata dan benar dalam perbuatan
Ar-Ridha
Definisi
Ar-Ridha menurut K.H. Ahmad Rifa’I adalah sebaai berikut: Ridha menurut bahasa
adalah menerima kenyataan denan suka hati , adapun menurut istilah adalah
menerima segala pemberian Allah dengan menerima hukum Allah
Sabar
sabar merupakan kemampuan diri
dalam menghadapi berbagai macam kesulitan
3.2 Saran
Perilaku
terpuji merupakan perilaku yang disukai Allah SWT, untuk dapat menjalankan
perilaku terpuji kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas
menjalaninya semata-mata karena Allah SWT. Siapa mereka yang mengingikan hidup
bahagia dunia-akhirat harus bisa berperilaku terpuji.
DAFTAR PUSTAKA
Khoiri
Alwan, Tulus Mustofa, & Moh. Damami. 2005. Akhlak / Tasawuf.
Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
http://www.crayonpedia.org/mw/Perilaku_terpuji_%28tawadlu,_taat,_qana%E2%80%99ah,_dan_sabar%29_7.1