LAPORAN BUKU
JUDUL BUKU
: Manajemen Pendidikan Nasional
PENGARANG : Prof.Dr.H.A.R.Tilaar, SP, M.Sc.Ed.
PENERBIT
: PT.Remaja Rosdakarya
TAHUN TERBIT : September 2006
CETAKAN
: Kedelapan
KOTA TERBIT
: Bandung
TEBAL BUKU
: v-viii, ix-xvii dan 215 + cover
HARGA BUKU :
-
RC.No :
RR.PK0033-08-2006
ISBN :
979-514-185-6
GARIS
BESAR ISI BUKU :
BAB
1 : MENUJU PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
1.
Globalisasi, Hurmanisasi, Demokratisasi Serta Implikasinya Dalam Manajemen
Pendidikan Nasional
Proses informatisasi yang cepat karena
kemajuan teknologi semakin membuat horison kehidupan di planet dunia semakin
meluas dan sekaligus dunia ini semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai
masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian di belahan bumi lain, baik masalah
politik, ekonomi maupun sosial. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan
kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya,
bukan saja terhadap lingkungan masyarakatnya dan negara, juga terhadap umat
manusia. Peningkatan rasa tanggung jawab global ini memerlukan informasi yang
cepat dan tepat serta kecerdasan memadai. Oleh karena itulah, dituntut adanya
pendidikan yang berkualitas dan bukan hanya penguasaan pengetahuan dasar 3-R
Usaha-usaha untuk mementingkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam pendidikan telah melahirkan kembali pendekatan pendidikan
yang mementingkan pengembangan kreativitas dalam kepribadian anak. Inilah yang
disebut gerakan humanisasi dalam proses pendidikan yang kini sedang banyak
dibicarakan negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Gerakan humanisasi ini meminta reformasi yang
mendasar dalam pendidikan baik dalam metodologi belajar-mengajar sampai kepada
manajemen dan perencanaan pendidikan.
Humanisasi kehidupan manusia berkaitan erat
dengan gelombang demokratisasi kehidupan manusia pada akhir dekade 80-an. Inti
kehidupan demokrasi ialah perhomatan kepada nilai-nilai kemanusiaan.Tanpa
penerapan asas demokrasi tidak mungkin hidup dan berkembangnya kreativitas
manusia yang menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi
proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam proses perencanaan
dan manajemen pendidikan.
Dalam proses perencanaan dan manajemen yang
berdasarkan prinsip-prinsip demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka
proses perencanaan dan manajemen pendidikan akan dititikberatkan kepada
manajemen sumber-sumber pendidikan. Inilah proses perencanaan dan manajemen
pendidikan yang humanistik, yang menjadikan manusia Indonesia sebagai titik
tolaknya.
2.
Perencanaan dan Manajemen Pendidikan Nasional ( RENMAN DIKNAS ) Sebagai
Sub-Sistem Manajemen Nasional ( SISMENNAS )
SISMENNAS sebagai proses berpusat pada suatu
rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan ( TPKB ), yang terjadi pada
tatanan TLP dan TAN. Selanjutnya untuk menyelenggarakan TPKB diperlukan proses
arus masuk yang dimulai dari Tata Kehidupan Masyarakat ( TKM ) melewati Tata
Politik Nasional ( TPN ).
Didalam TPKB terselenggara fungsi-fungsi yang
dapat mewujudkan inti ialah kepentingan rakyat. Fungsi-fungsi itu ialah perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan, dan penilaian setelah pelaksanaan
selesai. Sebagai subsistem dari kehidupan nasional, SISDIKNNAS mengemban tujuan
nasional seperti yang telah dirumuskan dalam SISDIKNAS itu.
Pelaksanaan SISDIKNAS itu sebagai bagian dari
SISMENNAS. Ada beberapa hal yang ingin dikemukakan:
1.
TKM sebagai arus masuk SISDIKNAS
Pengaruh-pengaruh global ini tentunya perlu
disaring agar dapat memberi dampak positif dalam pembinaan SISDIKNAS. Didalam
rangka sistem yang besar, ketahanan sistem itu tidak lain dari Ketahanan
Nasional Ketahanan Nasional itu dapat diwujudkan apabila sistem itu berpijak
pada kebudayaan nasional dan tujuan nasional.
2.
Fungsi- fungsi TPKB untuk mewujudkan kepentingan rakyat melalui SISDIKNAS.
Fungsi-fungsi TPKB sudah kita lihat ialah
untuk mewujudkan kepentingan rakyat, dalam hal ini kepentingan rakyat untuk
memperoleh pendidikan yang berkualitas. Perencanaan pendidikan kita masih
sangat sentralistik. Segala sesuatu bergantung pada pola sentral dan pembiyaan
sentral.
Aspek lain dari fungsi TPKB yang belum
memperoleh perhatian sepenuhnya dalam SISDIKNAS ialah pengawasan atau
supervisi.
3.
Administrasi SISDIKNAS.
4.
Manajemen SISDIKNAS.
5.
Organisasi SISDIKNAS.
3.
Manajemen Sistem Pendidikan dan Pelatihan Nasional ( SISDIKLATNAS ) Suatu
Kebutuhan Masa Depan.
Dilain Pihak, dunia kerja seakan-akan semakin
mencurigai keluaran sistem pendidikan formal karena dianggap kurang memadai
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang mereka perlukan. Memang
sistem pendidikan formal bukan semata-mata bukan merpersiapkan seseorang untuk
siap memasuki dunia kerja. Namun demikian bukan berarti bahwa sistem pendidikan
harus steril terhadap kebutuhan dunia kerja.
1.
Konsep Pendidikan Berkelanjutan: Suatu Tinjauan Teoretik.
Artinya pendidikan itu berlangsung sepanjang
hayat, dan didalam pengertian ini berbagai bentuk pelatihan sesudah pendidikan
sekolah ( formal ) juga pada hakikatnya adalah bentuk pendidikan. Namun didalam
pengertian populer dibedakan antara "pendidikan" dan
"pelatihan" dengan ciri-ciri Sebagai berikut:
1. Pelatihan mengasumsikan adanya dasar
pendidikan formal.
2. Modalitas kelembagaan untuk Pendidikan dan
pelatihan tentunya berbeda.
3. Dimensi pengembangan perilaku yang dominan
dari kedua"jenis" pendidikan itu ialah: apabila pendidikan formal
berdimensi ideografik yaitu pengembangan individu dan kepribadian seseorang
sesuai dengan disposisinya, maka pelatihan lebih berdimensi nomotetik.
2.
Pendidikan dan Pelatihan: Satu Sistem
Keduanya saling mengisi dalam rangka
pengembangan Manusia Indonesia seutuhnya dan manusia Indonesia sebagai
pelaksana pembangunan, Perbedaannya adalah artifisial. Belum adanya suatu
sistem kepelatihan nasional yang mantap, menambah kerewanan akan kesenjangan
kebutuhan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
Antara konsumen tenaga kerja terampil atau
dunia kerja dengan SISDIKNAS maupun dengan pusat-pusat pelatihan belum ada
suatu pola keterlibatan yang mantap, begitu pula dengan berbagai jenis kursus
ketrampilan serta balai-balai latihan.
Kumulasi pengalaman serta penyebaran dan
penggandaan fasilitas latihan ini akan dapat semakin cepat apabila tersedia
wadah dan sarana dalam bentuk suatu sistem pelatihan nasional yang erat
kaitannya dengan SISDIKNAS. Lahirnya SISDIKLATNAS telah merupakan suatu
keharusan.
No comments:
Post a Comment