Saturday 9 January 2016

Laporan Buku : Manajemen Pendidikan Nasional

LAPORAN BUKU

JUDUL BUKU                      : Manajemen Pendidikan Nasional
PENGARANG                       : Prof.Dr.H.A.R.Tilaar, SP, M.Sc.Ed.
PENERBIT                             : PT.Remaja Rosdakarya
TAHUN TERBIT                   : September 2006
CETAKAN                             : Kedelapan
KOTA TERBIT                      : Bandung
TEBAL BUKU                      : v-viii, ix-xvii dan 215 + cover
HARGA BUKU                     : -
RC.No                                     : RR.PK0033-08-2006
ISBN                                       : 979-514-185-6



GARIS BESAR ISI BUKU :
BAB 1 : MENUJU PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
1. Globalisasi, Hurmanisasi, Demokratisasi Serta Implikasinya Dalam Manajemen Pendidikan Nasional
Proses informatisasi yang cepat karena kemajuan teknologi semakin membuat horison kehidupan di planet dunia semakin meluas dan sekaligus dunia ini semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian di belahan bumi lain, baik masalah politik, ekonomi maupun sosial. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakatnya dan negara, juga terhadap umat manusia. Peningkatan rasa tanggung jawab global ini memerlukan informasi yang cepat dan tepat serta kecerdasan memadai. Oleh karena itulah, dituntut adanya pendidikan yang berkualitas dan bukan hanya penguasaan pengetahuan dasar 3-R
Usaha-usaha untuk mementingkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan telah melahirkan kembali pendekatan pendidikan yang mementingkan pengembangan kreativitas dalam kepribadian anak. Inilah yang disebut gerakan humanisasi dalam proses pendidikan yang kini sedang banyak dibicarakan negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Gerakan humanisasi ini meminta reformasi yang mendasar dalam pendidikan baik dalam metodologi belajar-mengajar sampai kepada manajemen dan perencanaan pendidikan.
Humanisasi kehidupan manusia berkaitan erat dengan gelombang demokratisasi kehidupan manusia pada akhir dekade 80-an. Inti kehidupan demokrasi ialah perhomatan kepada nilai-nilai kemanusiaan.Tanpa penerapan asas demokrasi tidak mungkin hidup dan berkembangnya kreativitas manusia yang menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam proses perencanaan dan manajemen pendidikan.
Dalam proses perencanaan dan manajemen yang berdasarkan prinsip-prinsip demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka proses perencanaan dan manajemen pendidikan akan dititikberatkan kepada manajemen sumber-sumber pendidikan. Inilah proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanistik, yang menjadikan manusia Indonesia sebagai titik tolaknya.
2. Perencanaan dan Manajemen Pendidikan Nasional ( RENMAN DIKNAS ) Sebagai Sub-Sistem Manajemen Nasional ( SISMENNAS )
SISMENNAS sebagai proses berpusat pada suatu rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan ( TPKB ), yang terjadi pada tatanan TLP dan TAN. Selanjutnya untuk menyelenggarakan TPKB diperlukan proses arus masuk yang dimulai dari Tata Kehidupan Masyarakat ( TKM ) melewati Tata Politik Nasional ( TPN ).
Didalam TPKB terselenggara fungsi-fungsi yang dapat mewujudkan inti ialah kepentingan rakyat. Fungsi-fungsi itu ialah perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan, dan penilaian setelah pelaksanaan selesai. Sebagai subsistem dari kehidupan nasional, SISDIKNNAS mengemban tujuan nasional seperti yang telah dirumuskan dalam SISDIKNAS itu.
Pelaksanaan SISDIKNAS itu sebagai bagian dari SISMENNAS. Ada beberapa hal yang ingin dikemukakan:
1. TKM sebagai arus masuk SISDIKNAS
Pengaruh-pengaruh global ini tentunya perlu disaring agar dapat memberi dampak positif dalam pembinaan SISDIKNAS. Didalam rangka sistem yang besar, ketahanan sistem itu tidak lain dari Ketahanan Nasional Ketahanan Nasional itu dapat diwujudkan apabila sistem itu berpijak pada kebudayaan nasional dan tujuan nasional.
2. Fungsi- fungsi TPKB untuk mewujudkan kepentingan rakyat melalui SISDIKNAS.
Fungsi-fungsi TPKB sudah kita lihat ialah untuk mewujudkan kepentingan rakyat, dalam hal ini kepentingan rakyat untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Perencanaan pendidikan kita masih sangat sentralistik. Segala sesuatu bergantung pada pola sentral dan pembiyaan sentral.
Aspek lain dari fungsi TPKB yang belum memperoleh perhatian sepenuhnya dalam SISDIKNAS ialah pengawasan atau supervisi.
3. Administrasi SISDIKNAS.
4. Manajemen SISDIKNAS.
5. Organisasi SISDIKNAS.

3. Manajemen Sistem Pendidikan dan Pelatihan Nasional ( SISDIKLATNAS ) Suatu Kebutuhan Masa Depan.
Dilain Pihak, dunia kerja seakan-akan semakin mencurigai keluaran sistem pendidikan formal karena dianggap kurang memadai memberikan dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang mereka perlukan. Memang sistem pendidikan formal bukan semata-mata bukan merpersiapkan seseorang untuk siap memasuki dunia kerja. Namun demikian bukan berarti bahwa sistem pendidikan harus steril terhadap kebutuhan dunia kerja.
1. Konsep Pendidikan Berkelanjutan: Suatu Tinjauan Teoretik.
Artinya pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat, dan didalam pengertian ini berbagai bentuk pelatihan sesudah pendidikan sekolah ( formal ) juga pada hakikatnya adalah bentuk pendidikan. Namun didalam pengertian populer dibedakan antara "pendidikan" dan "pelatihan" dengan ciri-ciri Sebagai berikut:
1.      Pelatihan mengasumsikan adanya dasar pendidikan formal.
2.      Modalitas kelembagaan untuk Pendidikan dan pelatihan tentunya berbeda.
3.      Dimensi pengembangan perilaku yang dominan dari kedua"jenis" pendidikan itu ialah: apabila pendidikan formal berdimensi ideografik yaitu pengembangan individu dan kepribadian seseorang sesuai dengan disposisinya, maka pelatihan lebih berdimensi nomotetik.


2. Pendidikan dan Pelatihan: Satu Sistem
Keduanya saling mengisi dalam rangka pengembangan Manusia Indonesia seutuhnya dan manusia Indonesia sebagai pelaksana pembangunan, Perbedaannya adalah artifisial. Belum adanya suatu sistem kepelatihan nasional yang mantap, menambah kerewanan akan kesenjangan kebutuhan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
Antara konsumen tenaga kerja terampil atau dunia kerja dengan SISDIKNAS maupun dengan pusat-pusat pelatihan belum ada suatu pola keterlibatan yang mantap, begitu pula dengan berbagai jenis kursus ketrampilan serta balai-balai latihan.
Kumulasi pengalaman serta penyebaran dan penggandaan fasilitas latihan ini akan dapat semakin cepat apabila tersedia wadah dan sarana dalam bentuk suatu sistem pelatihan nasional yang erat kaitannya dengan SISDIKNAS. Lahirnya SISDIKLATNAS telah merupakan suatu keharusan.




No comments:

Post a Comment

Makalah : Sistem Pedidikan Nasional