Tuesday 30 June 2015

Cerpen : Perjalanan Yang Tak Akan Dilupakan

Perjalanan Yang Tak Akan Dilupakan

Oleh : Miswary
         
Suara azan menggema di surau terdekat, bundaku langsung membangunkanku untuk shalat subuh.
            “nak, bangun nak shalat subuh dulu.!”seru bundaku di luar kamar.
            “ya bunda,!” sahutku dengan cepat.
Akupun langsung menuju ke sumur untuk mengambil wudhu, setelah itu akupun langsung shalat. Tak lama kemudian aku pun langsung memberesi barang-barangku, setelah memberesi barang-barangku aku pun tidur lagi.
            Kring…kring….kring…..
Suara alarm di hpku membangunkanku, dan waktunya pun sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, akupun langsung bergegas mandi karena sebentar lagi aku akan ke lamno dalam rangka menyambut ulang tahun pesantren di sana. Setelah mandi aku pun bergegas pergi dengan di antar kakakku ke dayah.
            Setelah sampai di dayah aku pun terkejut, karena orang dayah masih bermain badminton dan akupun ingin ikut bermain.
            “ Afdal, belum mandi!” tanyaku.
            “ belum ni Ary. Lagi asik ni ,mau ikut main.”  Tanya Afdal sambil masih bermain.”
            “boleh,boleh.mana raketnya.”
            “ini ambil.” Kasih Afdal dengan gaya mengajak menantang.
            “oke,oke ayo!” kataku sambil membalas sindiran dia.
Kami pun langsung bermain dengan cekatan dan tidak ada yang kalah karena kami Cuma bermain sebatas  keluar keringat.
            “ Afdal udah cukup, karena udah capek.”kataku pada Afdal.
            “baiklah, akupun mau mandi dan siap-siap agar tidak terlambat.”
Akupun langsung menuju bilek untuk melepas penat, sambil menunggu orang ini bersiap-siap.
            Lama aku mondar-mandir di komplek dayah aku pun merasa bosan terlebih lagi kami baru berangkat jam 09.00. setelah lama aku mengitari dayah tibalah rombongan dayah untuk berangkat tetapi itu bukan rombongan kami tetapi itu rombongan yang menyewa mobil Bireun expres sedangkan kami perginya naik mobil  avanza.
            Tibalah kami pun berangkat walaupun terlambat berangkatnya kami pun cepat sampai. Sebelum kami menuju lamno kami singgah dulu di Mesjid Raya Baiturahhman untuk shalat dhuhur. Setelah salat dhuhur kami sempat berfoto-foto untuk kenang-kenangan. Salah satu guru kami berkata,
            “ hai, cepat ambil fotonya Ry.’ Pintanya padaku
            “oke siap” sahutku.
            Jepret…jepret…jepret….
Suara kamera mengabadikan gambar. Akupun ikut berfoto-foto juga. Setelah lama kami berfoto kami pun melanjutkan perjalanan menuju lamno. Sebelum kami melanjutkan perjalanan kami sempat lupa kemana jalan menuju lamno, untung ada seorang teman dari supir kamiyang menunjukkan jalan. akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dengan santai dan tidak terkendala apapun.
            Beberapa jam kemudian, kami sampai di tantangan pertama yaitu jalan menuju lamno melalui gunung gerete, yang tikunganya lebih tajam dua kali lipat dari seulawah tetapi kami bisa juga melewati  dengan lancar. Pemandangan dari atas sana sungguh menakjubkan bahkan tiada duanya dengan yang lain karena pemandangan dua buah pulau yang amat indah dan itu satu-satunya di Aceh tetapi sayang kami tidak bisa mengabadikannya karena mobil melaju cukup cepat untuk mengejar waktu agar sampainya tidak sampai magrib.
            Tak lama kemudian, kami akhirnya sampai di lamno, kami pun ke kawasan kompleks untuk meginab dan acaranya malam ini juga dan besok pagi. Aku tertidur waktu acara malam itu tapi waktu siang idak lagi karena aku menjadi pendengar yang budiman. Acaranya sangat meriah karena narasumbernya yaitu Abu Tumin tapi Abu Tumin batal datang karena berhalangan namun yang jadi penggantinya enggak kalah seru juga yaitu Waled Nu dari Samalangan. Selesai acara kami pun bersiap-siap untuk pulang.
            Akhirnya kami pulang, namun kami ingin singgah dulu di makam Po Teumerehom sekedar berkunjung dan membaca doa. Setelah sampai disana kami seperti biasanya foto-foto dan yang lebih parah aku di suruh jadi fotografer.
            “ ary, cepat foto “ kata salah seorang temanku.
            “ ya…ya…” sahutku dengan nada tidak iklas.
Beberapa waktu kami berfoto,aku pun ikut berfoto sebagai kenang-kenangan karena hanya dua tahun sekali kami pergi kesana di tambah itu adalah perjalanan pertamaku aku pun sangat bergembira. Slesai berfoto-foto kami pun akhirnya tancap gas untuk pulang dan melewati tantangan lagi walupun tantangan aku senang karena pemandangannya tiada duannya menurut aku.
            Mobil kami pun melaju dengan kecepatan tinggi karena jalannya seperti jalan tol. Setelah beberapa jam kemudian kami akhirnya sampai di  Banda Aceh lalu kami singgah untuk shalat asar. Setelah salat asar kami serombongan di tambah rombongan Bireuen Expres meluncur ke makam Syiah Kuala untuk berkunjung dan berdoa di tambah foto-foto yang menjadi adat kebiasaan. Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai disana,
            “hay kita masuk kedalam yuk!” ajakku pada kawanku.
            “ gak ah karena di dalam gak bisa kita foto-foto” jawab temanku.
            “ alah, nanti foto-fotonya” jawabku lagi.
            “ajak yang lain aja.” Jawab temanku.
            “ oke lah kalau begitu.”
Akhirnya aku diajak oleh seorang kakak kelas di dayah untuk masuk.
            “ Ary, kita masuk yuk .” pinta dia.
            “ oke ayo!” jawabku.
Kami pun masuk kedalam bersama-sama untuk berdoa. Setelah beberapa menit kami berdoa dan  berziarah kami pun keluar sesampainya di luar aku lihat orang ini lagi foto-foto dan aku pun ingin ikut juga.
            “ aku ikut dong “ pintaku.
            “ boleh..boleh… ayo ikut dalam barisan .” jawab dia.
Akupun dengan senang berfoto-foto dan hampir lupa waktu kami berfoto-foto. Setelah puas berfoto-foto kami akhirnya pulang tetapi sebelum pulang rombongan kami berfoto lagi di depan pintu gerbang khusus rombongan kami dan cukup menyenangkan walaupun sempat di tipu karena kameranya habis baterai. Dan kami pun naik mobil untuk melanjutkan perjalanan pulang.
            Masih di kota Banda Aceh, rombongan kami masih mengelilingi kota dan bahkan ke Universitas Syiahkuala. Betapa terkejutnya aku karena walau sudah malam, juga ada yang masih nongkrong disana dan ada yang menunggu jemputan. Dan betapa senang aku karena pas mobil melewati kawasan universitas ekonomi yang ingin aku lanjutkan kuliah disana, itupun bila ada restu dari orangtua. Puas mengitari kota, akhirnya kami pun benar-benar pulang dan mobilpun melaju dengan cepatnya di tambah musik lawas yang dimainkan kami pun terlelap tidur dalam mobil.
            Setelah beberapa jam kami sampai di Sare untuk makan malam dan kami dibangunin oleh supir kami.
            “ hay bangun-bangun udah sampai di sare” kata supir dengan suara yang kasar.
            “ ya..ya.” jawab kami berbarengan.
Setelah puas beristirahat di sana,akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan kembali, dan mobilnya pun melaju dengan cepatnya. Kami semua tertidur kembali bahkan ada yang air liurnya keluar.
            Beberapa jam kemudian kami sampai di Meureudu untuk membeli adee, ade yaitu makanan khas aceh yang dibuat dari ubi maupun tepung dan akupun membeli satu. Setelah puas berbelanja kami melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa saat sudah sampai di kota Matangglumpangdua dan aku di antar sampai rumah. Sesampainya di rumah aku langsung bergegas masuk untuk melanjutkan tidurku yang sempat terganggu dan untuk menyegarkan diri supaya aku bisa pergi ke sekolah besok pagi.

TAMAT
           
            

No comments:

Post a Comment

Makalah : Sistem Pedidikan Nasional