BAB
1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tidak ada keberuntungan
bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka
terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan udara. Setiap
manusia membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di antara dua gerakan: gerakan
yang menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya.
Islam adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya. .
Agama Islam ada tiga tingkatan: Islam, iman dan ihsan. Dan setiap tingkatan
mempunyai rukun.
. Perbedaan di antara Islam, iman : Iman bila disebutkan secara
bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak,
yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang
tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang
disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya. . Ruang lingkup
ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih
umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak
akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman
dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah
segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin
adalah muhsin. . Iman lebih umum daripada Islam dari maknanya; karena ia
mengandung Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman
kecuali apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi
pelakunya; karena ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), bukan
semuanya. Maka, setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah
mukmin.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Pemgertian
islam dan iman?
2. Ruang
lingkup islam dan iman?
3. Hubungan
islam dan iman?
4. Dalil
tentang islam dan sunah?
BAB
2
PEMBAHASAN
A.Makna Islam dan Iman
1.Pengertian
Islam:
Islam adalah berserah
diri kepada Allah I dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan
berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah
diri kepada Allah I saja, maka dia adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang
berserah diri kepada Allah I dan yang lainnya, maka dia adalah seorang musyrik.
Dan barangsiapa yang tidak berserah diri kepada Allah I, maka dia seorang kafir
yang sombong.
A.
Rukun-Islam Rukun Islam ada lima:
Dari Ibnu Umar t, ia berkata,
"Rasulullah r bersabda, 'Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa
tidak ada AIlah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah I, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa
Ramadhan." Muttafaqun 'Alaih.1
B.
Pengertian
Syahadah (laailaaha illallah):
Manusia mengakui dengan
lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah I, dan
sesembahan-sesembahan selain Dia I, maka ketuhanannya adalah batil dan
ibadahnya juga batil. Kalimah syahadah tersebut mengandung nafi
(meniadakan/menolak) dan itsbat (menetapkan). (Laa ilaaha), artinya menolak
semua yang disembah selain Allah I, (Illallah) adalah menetapkan ibadah kepada
Allah I saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam menyembah-Nya, seperti tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam kerajaan- Nya.
C.
Pengertian
syahadah (Muhammad Rasulullah):
Taat kepada Nabi r dalam perintahnya,
membenarkan beritanya, menjauhi yang dilarangnya, dan dia tidak menyembah Alah
I kecuali dengan cara yang disyari'atkannya.
2.Pengertian
iman :
Engkau beriman kepada Allah I,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman
kepada qadar (ketentuan) baik dan buruknya.
Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati,
lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan
maksiat. .
A.
Cabang-cabang
iman:
Dari Abu Hurairah t, ia berkata,
"Rasulullah r bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam
puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang
terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu termasuk satu
cabang dari iman." HR. Muslim2
B.
Tingkatan-tingkatan
Iman:
Iman itu memiliki rasa,
manis dan hakekat.
1. Adapun rasanya iman,
maka Nabi r menjelaskan dengan sabda-Nya: "Yang merasakan nikmatnya iman
adalah orang yang ridha kepada Allah I sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai
agama, dan Muhammad r sebagai rasul." HR. Muslim3
2. Adapun manisnya
iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabdanya: "Ada tiga perkara, jika
terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya iman: bahwa
Allah I dan Rasul- Nya r lebih dicintainya dari apapun selain keduanya, dia
tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah I, dan dia benci kembali kepada
kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka." Muttafaqun
'alaih.
3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan
oleh orang yang memiliki hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama,
dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
C.
. Kesempurnaan Iman:
Cinta yang sempurna
kepada Allah I Rasul-Nya memberikan konsekuensi adanya sesuatu yang
dicintainya. Apabila cinta dan bencinya hanya karena Allah I, yang keduanya
adalah amal ibadah hati, dan pemberian dan tidak memberinya hanya karena Allah
I, yang keduanya adalah amal ibadah badan, niscaya hal itu menunjukkan
kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada Allah I. Dari Abu Umamah t,
dari Rasulullah r bersabda, "Barang siapa cinta karena Allah, memberi
karena Allah, dan melarang karena Allah I, niscaya dia telah menyempurnakan
iman." HR: Abu Daud4
D.
Termasuk
Perkara-Perkara Keimanan . Cinta kepada Rasulullah
Dari Anas bin Malik t, ia berkata, 'Rasulullah
r bersabda, 'Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku
lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian."
Muttafaqun 'alaih.5
E.
Mencintai.
kaum anshar:
Dari Anas t, dari Nabi
r, beliau bersabda, "Tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda
kemunafikan adalah membenci kaum anshar."Muttafaqun 'alaih
F.
Mencintai
orang-orang yang beriman:
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Rasulullah
r bersabda, 'Kamu tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak
beriman sehingga kaum saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang
apabila kaum lakukan niscaya kalian saling mencintai, tebarkanlah salam di
antara kamu." HR. Muslim7
G.
.
Mencintai saudaranya sesama Islam:
Dari Anas bin Malik t,
dari Nabi r, beliau bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang kamu
sehingga dia mencintai saudaranya – atau tetangganya- apa yang dia cintai
untuknya dirinya." Muttafaqun a'alaih8 . Mencintai tetangga dan tamu,
serta tidak bicara kecuali tentang yang baik:
Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah r, beliau bersabda, "Barang
siapa beriman kepada Allah I dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau
diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah dia memuliakan tamunya." Muttafaqun 'Alaih.9
H.
. Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar:
Dari Abu Sa'id al-Khudri t, ia
berkata, "Saya mendengar Rasulullah r bersabda, 'Barang siapa di antara
kalian melihat yang mungkar (yang dilarang agama) hendaklah ia merubahnya
dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya) dengan
lisannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya dengan hatinya,
dan itulah selemah- lemahnya iman." HR. Muslim.10
I.
.
Nasehat ٦
Dari Tamim ad-Darimi t, bahwasanya
Nabi r bersabda, " Agama adalah nasehat.' Kami bertanya, 'Untuk siapa?'
Beliau menjawab, 'Untuk Allah I, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin dan umat Islam secara umum." HR. Muslim. 11 . Iman adalah amalan yang paling utama: Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah
r ditanya: 'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman kepada
Allah I dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab,
'Jihad di jalan Allah I.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab,
'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.12
J.
Iman
bertambah dengan taat dan berkurang dengan perbuatan maksiat:
1, Firman
Allah I: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). (QS. Al-Fath :4)
2, Firman Allah I: Dan apabila diturunkan suatu
surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata
:"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat
ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang
mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124)
3, Dari Abu Hurairah t, bahwasanya Rasulullah r
bersabda, "Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia
dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri
sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang
meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman."
Muttafaqun 'alaih.13
4, Dari Anas
bin Malik t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Akan keluar dari neraka orang
yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di
dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang
pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya
ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah
berkata:'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya
ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." Dan dalam satu riwayat: 'iman' di tempat 'kebaikan'.
K.
. Iman adalah amalan yang paling utama:
Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya
Rasulullah r ditanya: 'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman
kepada Allah I dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau
menjawab, 'Jihad di jalan Allah I.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau
menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.12
. Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan
perbuatan maksiat: 1, Firman Allah I: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan
ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). (QS. Al-Fath :4) 2, Firman Allah I: Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124) 3, Dari Abu
Hurairah t, bahwasanya Rasulullah r bersabda, "Tidak berzina orang yang
berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang
yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan tidak
meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam
keadaan beriman." Muttafaqun 'alaih.13
4, Dari Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Akan
keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan
keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah' dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan
akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi
(atom)." Dan dalam satu riwayat:
'iman' di tempat 'kebaikan'.
L.
.
Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam:
1, Apabila orang kafir masuk Islam, kemudian ia
berbuat baik, maka segala keburukan diampuni untuknya, karena firman Allah
I: Katakanlah kepada orang-orang yang
kafir itu :"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka
kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap)
orang-orang dahulu". (QS. Al-Anfaal :38) 2, Dan segala amal kebaikan (yang
dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat
bahwa Hakim bin Hizam t bertanya kepada Rasulullah r: 'Bagaimana pendapatmu
terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah saya lakukan di masa
jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?' Rasulullah r bersabda
kepadanya:'Kamu masuk Islam bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan."
Muttafaqun 'Alaih.14 3, Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk Islam,
kemudian melakukan dosa, maka dia disiksa dengan (dosa) pertama dan yang
terakhir. Berdasarkan sabda Nabi r: 'Barang siapa yang berbuat di masa Islam,
niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk yang dia lakukan di masa
jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di masa sesudah Islam,
niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan terakhir." Muttafaqun
'Alaih.15
B.RUANG LINGKUP ISLAM DAN IMAN
1.Ruang
Lingkup Islam
Makna
ruang lingkup Islam, terbagi menjdi dua :
Ruang lingkup Islam dalam artiannya yang
sempit adalah “arkanu Islam” (rukun Islam yang lima)
ﺍﻹﺳﻼﻢ
ﺃﻥﺷﻬﺎﺩﺓﺃﻻ ﺇﻟﮫ ﺇﻻ ﺍﷲ٬ ﻭﺇﻗﺎﻢﺍﻟﺼﻼﺓ٬ ﻭﺇﻴﺘﺎﺍﻟﺯﻜﺎﺓ٬ ﻭﺼﻴﺎﻢﺭﻤﺿﺎﻦ٬ ﻭﺤﺞﺍﻟﺒﻴﺕ۰
“Islam adalah, bersaksi
tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan
Shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ranadhan dan haji ke baitullah”
(Hr.
Muslim)
Ruang
lingkup Islam dalam artianya yang luas meliputi :
1.
Aqidah
2.
Syari’at
3.
Akhlak
1.
Aqidah
Aqidah berasal dari
bahasa Arab yang berarti ikatan atau mengikat, sedangkan dalam pengertiaan
Ushuluddin Aqidah adalah keyakinan yang kokoh, tertancap didalam hati
seseorang, diantaranya:
1.
Beriman kepada Allah Ta’ala
a.
Tauhid Rububiyah توحيد الربوبية (keyakinan
terhadap ke-Esaan Allah sebagai pelaku tunggal) Dialah Maha pencipta, pemilik,
yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rezeki dan lain sebagainya Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. “Dan jika
kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.. (Qs, al-Baqarah 284, 258) (Lukman :
31, , Yunus: 36)
b.
Tauhid Uluhiyah توحيد الألوهية ، أو " توحيد العبادة
(keyakinan terhadap Allah sebagai Zat yang haq untuk di
ibadahi), “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul kepada setiap umat
(untuk menyerukan) sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut. (Qs, an Nahl :36)
c. Tauhid
Asma wa Sifat توحيد الأسماء والصفات (keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang
sempurna) tanpa dengan cara-cara : Tahrif (memalingkan makna yang sebenarnya
kepada makna yang lain) (Qs, al Baqarah:75) Ta’thil (menghapus atau menolak),
Takyif (mempertanyakan atau divisualkan)
2.
Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya
(Qs, An Nisa:136, al Baqarah:285)
3.
Beriman kepada Kitab-kitab-Nya (Qs,
al-Hadid :25)
a.
Iman kepada seluruh kitab-kitab Allah secara global (umum) (Qs, al Baqarah :
213)
b.
Iman kepada kitab Allah yang diketahui keberadaanya dan Rasul pembawanya,
seperti, Taurat oleh Musa as (Qs, al Furqon :35), Zabur oleh Daud as (Qs,
al-Isra :55), Injil oleh Isa as (Qs, al Hadid :27), dan Al-Qur’an oleh Muhammad
Saw (Qs, al Maidah :48)
4.
Beriman kepada Al-Qur’an
a.
keterjagaan Al-Qur’an (Qs, al Hijr:9)
b.
keabadiaan syari’at yang dibawa al Qur’an untuk siapa saja dan kapan saja (Qs,
al Furqon: 1, al ‘Araf: 158)
c.
sebagai batu ujiaan terhadap kitab-kitab sebelumnya (Qs, al Maidah: 48)
d.
menghapus (Naskh) syari’at kitab-kitab terdahulu (Qs, Ali Imran: 1-4,
al-Maidah: 43-44)
5.
Beriman kepada para Rasul-rasul-Nya
(Qs, al-Baqorah: 285, An Nisa: 136)
6.
Beriman kepada Risalah Muhammad Saw
Sikap
kita kepada Nabi dan Rasullullah saw :
Tidak berlebihan (Ifrath): terlalu berlebihan dilarang dalam akidah Islam,
apalagi sampai taraf mengultuskan dan menuhankan seprti orang-orang Nasrani
terhadap Isa Ibnu Maryam, yang harus kita pahami ialah, para Nabi dan Rasul
juga seorang manusia biasa, ia wafat (Qs, al Imran: 144), makan, mencari nafkah
(Qs, al-Furqon: 7-10) dan tidak mengetahui hal yang gahib (Qs, al An’am: 50, al
A’araf:188)
Tidak meremehkan (Tafrith): meremehkan para Nabi pun dalam akidah Islam
dilarang, orang-orang Yahudi telah banyak meremehkan para Nabi dan Rasul yang
diutus kepada mereka, bahkan sampai ada yang dibunuh, dalam prinsip akidah
Islam yang benar adalah bersikap pertengahan (tidak berlebihan dan meremehkan),
karena beberapa hal yaitu: bahwa seorang Rasul mempunyai misi yang ia emban
dari Allah (Qs, al A’raf :158), ma’shum (Qs, Abasa: 1-12), utusan buat Ummat manusia
(Qs, Saba’: 28)
7.
Beriman kepada hari Akhir (Qs, Ar
Rahman: 26-27, Az Zumar 68-70)
8.
Beriman kepada siksa kubur (Qs, Al
An’am: 93-94, At Taubah 101)
9.
Beriman kepada Qadha dan Qadar (Qs,
Al Hijr: 21, Al Hadid: 22)
10. kewajiban menghormati para sahabat Rasulullah Saw dan
kewajiban taat kepada pemimpin kaum Muslimin, Rsulullah Saw bersabda : “
Janganlah kalian mencaci maki sahabat-sahabatku, jika salah seorang dari kalian
berinfak dengan emas sebesar gunung uhud, maka infak tersebut tidak mencapai
satu mud (6 ons) meraka atau setengahnya” (Hr, Bukhari dan Abu Daud)
Aqidah yang shahih
bersumber dari Al-Qur’an, As Sunnah, dan sumber kebutuhan manusia yang paling
mendasar, seperti :
1.
Membentuk Tashawwur (dorongan untuk
berbuat), Tashawwur terbagi dua yaitu : Tashawwur yang Matrealistis (tujuaanya
hanya dunia) (Qs, Al-‘Araf : 113,138), dan Tashawwur yang Immatrealistis (Qs,
Yunus : 72)
2.
Agar terhindar dari Iftiraq
(perpecahan), Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : “kaum Yahudi
telah terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasarani terpecah menjadi 72,
sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan” (Hr. Tirmidzi, Abu Dawud,
Hakim).
3.
Fondasi untuk tegaknya Islam, Iman
dan Ikhsan.
4.
Upaya potensi dari berbagai :
kesengsaraan (Qs, Ma’arij : 19-23), konflik batin yang berkepanjangan, kehinaan
seperti hewan (Qs, Al-Anfal : 22)
5.
Sebagai fondasi lahirnya amal Shalih
(Qs, Ibrahim : 24-25)
Sebab-sebab
terjadi penyimpangan Aqidah, diantaranya :
1.
Kebodohan (jahl) (Qs, al-Qashsash : 50)
2.
Fanatic terhadap leluhur (ta’ashub) (Qs, al-Baqarah :170)
3.
Mengekor (taqlid buta), “Sungguh kamu sekaliaan benar-benar akan mengikuti
kebiasaan-kebiasaan yang buruk dari orang-orang sebelum kamu” (HR. Tirmidzi)
4.
Berlebih-lebihan (Ghuluw), “janganlah kamu sekaliaan mengagung-agungkan ku
(ifrath/berlebih-lebihan dalam pemujaan) sebgaimana oaring-orang Nasrani telah
mengagung-agungkan putra Maryam, aku ini hanyalah seorang hamba ; maka
katakanlah : hamba Allah dan Rasul-Nya (HR. Bukhari dan Muslim)
5.
Lalai terhadap ayat-ayat Allah (Tadabbur) (Qs, Ali Imran : 118)
6.
Cinta dunia (Wahm) ( Qs, al-Kahfi : 28)
2.
Syari’at
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Qs,
Asy-Syura : 13)
Pada
garis besarnya hukum Syari’at terbagi menjadi dua dalam kaidah fiqh :
1.
Ibadah
Para
Ulama salaf menetapkan kaidah dalam pengambilan hukum Ibadah dengan
menggunakan dalil (Al Qur’an dan Sunnah) karena pada dasarnya Ibadah itu haram
sebelum ada dalil (Al Qur’an dan Sunnah) yang memerintahkanya.
ﺍﻷﺻﻞ
ﻓﻲﺍﻹﺒﺪﮦ ﺗﻮﻗﻔﻴﻪ ﻮﺇﺘﺒﻊ
“Dasar asli pokok ibadah adalah
tauqifiyah (bersumber dengan dalil) dan Ittiba’ (mengikuti sunnah)”
2.
Muamalah
berbeda
dengan ibadah, muamalah pada semua bentuknya mubah (boleh dilakukan), kecuali
ada dalil yang mengharamkanya.
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲﺍﻠﻤﻌﺎﻤﻼ ﺖﺍﻹﺒﺎ ﺒﺔ ﺍﻥﻴﺪﻝ ﺪﻠﻴﻝﻋﻠﻰ ﺘﺣﺭﻴﻤﮭﺎ
“Dasar semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkanya.”
Ruang lingkup Sya’riah :
a.sebagai tuntunan hidup (ad din)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs,
Ar-Rum : 30)
b. sebagai
arahan moral (al-Millah) (Qs, Yusuf : 37)
Yusuf berkata: "tidak
disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan
aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai
kepadamu. yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku
oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. (Qs, Yusuf 37)
3.
sebagai panduaan hukum (al-hukmu) (Qs, Al-Jatsyiah : 16)
“dan Sesungguhnya telah Kami berikan
kepada Bani Israil Al kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan
kepada mereka rezki-rezki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa
(pada masanya)”. (Qs, Al-Jatsyiah : 16)
4.
sebagai pembatas halal dan haram (al-hudud) (Qs, Al-Baqarah 230)
“kemudian jika si suami mentalaknya
(sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga
Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan
isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang
(mau) mengetahui”. (Qs, Al-Baqarah 230)
Beberapa
kemaslahatan Sya’riat :
1.
Bersifat abadi dan sejati (Mashalihul ‘ibad)
2.
tidak mengandung unsur kepicikan (nafyul haraj)
3.
beban yang ringan (Qillatul at-taklif)
4.
mewujudkan keadilan yang merata (‘adalah ‘ammah’)
5.
menutup celah kejahatan (saddu az-dzara’i)
nilai
plus Syari’ah
1.
Rabbaniyah dan Uluhiyah, yaitu prinsip-prinsip tauhid (keimanan) yang
membedakan bobot nilai, sehingga menusia tidak sia-sia melakukan tindakan
hukum.
2.
Al-Mubasyarah, prinsip langsung tidak memerlukan perantara.
3.
prinsip tasamuh (equality), semua berkedudukan sama di hadapan hukum.
3. Akhlak
Akhlak adalah pelengkap
dalam ajaran Islam, dalam hal ini Rasullulah Saw yang berperan memberikan
contoh ideal bagi perilaku manusia, ia meletakan prinsip-prisip dasar yang
harus diikuti manusia agar bersikap lurus, konsisten dan benar, di samping
mengkaji puncak kebaikan sebagai tujuaan manusia yang paling tinggi
ﺇﻧﻤﺎﺒﻌﺜﺖﻟﺍﺘﻤﻢﻤﮑﺎﺭﻢﻟﺍﺧﻟﺍﻕ
“sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak”(HR.Bukhari & Ahmad)
Akhlak yang benar
bertujuaan menjadi pedoman bagi prilaku manusia yang permanen bukan hanya
sebatas teori belaka, melainkan harus menjadi ilmu teknik yang dapat diformat
dimana prinsip-prisipnya berlaku ditengah-tengah masyarakat dengan keindahan
serta kelembutan akhlak yang mulia.
“orang mukmin yang paling sempurna
imanya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (Hr. Tirmidzi)
Kitab suci Al-Qur’an
telah merangkum dengan baik seluruh dimensi akhlak mulia dan merangkainya
dalam rangkaian yang sempurna, dimana Rasulullah Saw telah menjalankannya dan
menerapkanya dengan sebaik-baiknya.
Aisyah r.a berkata: “Akhlaknya
Rasulullah Saw adalah Al Qur’an” (Hr Muslim)
B.ruang lingkup iman
Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup
tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan
segenap laku perbuatan.
Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.
Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.
Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini,
Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.
Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.
Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini,
Dengan perkataan lain, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :
165 “ Dan
sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain Allah (Al-Qur’an
ms Rasul-Nya) menjadi Pembina pandangan & sikap hidupnya. Mereka mencintai
yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah ms Rasul-Nya. Tetapi yang
benar-benar ber-Iman (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an ms
Rasul-Nya) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya.
Dan jikalaulah yang berlaku dzulumat ms Syayathin itu sudi melihat (dengan
pandangan al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya pada saat itu akan melihat laku
perbuatan dzulumat ms syayathin satu siksa nestapa bahwa sebenarnya kekuatan
hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya secara bulat. Dan
Allah, dengan pembuktian Al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembalas kehidupan
sangat jahat atas pilihan dzulumat ms syayathin biadab”.
Dengan demikian maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta / rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al-Qur’an ms Rasul).
Demikianlah konsekuensinya jikalau kata kerja “aamana-yukminu-mukminun” pembentukan bentuk katanya adalah alternative dari kata benda (isim) yaitu menurut hadis yang kita sitir diatas.
Dan hal ini akan bertolak belakang dengan alternatif pembentukan dari kata kerja tiga huruf pokok. Konsekuensi yang lebih jauh, untuk melogiskan “Iman = percaya” maka sistematik Iman digusur pula menjadi Tauhid, Fikih, Ahlak dan Tasauf.
Akibatnya Al-Qur’an ms Rasul yaitu “hudan lil muttaqien” hampir tidak fungsional dalam kenyataan hidup ini. Kesemua ini otomatis merusak nilai dan harga Iman.
C.Hubungan antara Iman dan Islam
|
||||||
Iman dan Islam memiliki tingkatan dan derajat. Derajat pertama yaitu derajat Islam dimana setiap orang dengan mengucapkan dua kalimat syahadat "Asyhadu an laa ilaha illaLah wa asyahdu anna muhammadan Rasululullah." (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah) maka ia termasuk sebagai seorang Muslim dan hukum-hukum sebagai seorang Muslim berlaku padanya. Badannya suci (thahir) dan anak-anaknya juga suci. Pernikahannya dengan seorang wanita muslimah dan transaksinya dengan seorang muslim adalah sah dan legal. Harta, jiwa dan wibawanya mendapatkan penghormatan dan nilai khusus. Dan tentu saja keniscayaan hukum-hukum ini adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban agamanya seperti shalat, puasa, khumus, zakat, haji, beriman kepada yang ghaib, menerima adanya hari kiamat, surga dan neraka dan membenarkan seluruh nabi sebagai pembawa berita dari sisi Allah Swt. Di samping mengamalkan segala kewajiban ini, ia juga harus meninggalkan segala yang diharamkan. Hal ini akan menyebabkan semakin meningkatnya derajat dan tingkatan keimanannya. Dengan memperhatikan pelbagai perintah dan titah al-Qur'an serta wejangan-wejangan Nabi Saw dan anjuran-anjuran para Maksum As yang menandaskan bahwa apabila seorang Muslim tidak menerima "wilayah Imam Duabelas", maka Islam, pelaksanaan segala hukum-hukumnya dan imannya tidak akan mencapai derajat sempurna di hadapan Allah Saw dan bahkan imannya tidak akan diterima. Jelas bahwa seorang Muslim dan Mukmin sejati pada kedalaman hati dan batinnya juga tidak boleh menyimpan benih kemunafikan dan kemusyrikan; lantaran hal itu dapat menyebabkan seluruh perbuatan lahirnya tidak akan memberikan manfaat baginya, malah sebaliknya akan membuatnya terjerembab dalam amarah dan murka Ilahi serta tidak melapangkan jalan kesempurnaan dan kebahagiaan baginya. Karena itu, seluruh populasi ini (1,2 miliar) yang mengucapkan dua kalimat syahadat adalah Muslim kendati mereka berada pada tingkatan rendah dalam Islam dan dengan semata-mata tidak mengamalkan hukum-hukum Islam tidaklah menjadi penyebab ia keluar dari Islam. |
||||||
D.DALIL TENTANG ISLAM DAN SUNAH
Al-Quran Surat Al-A’râf ayat 55-56
Surah Al-Baqarah ayat 186
Surah Al-Mu’min, ayat 60
Surah Al-A’râf, ayat 180:
Surah Al-Isrâ’, ayat 110
Surah Yûnûs, ayat 10
Al-Hadits
Diriwayatkan dari Abû Dâud dan Al-Turmudzî
Diriwayatkan dari Al-Turmudzî yang artinya sebagai berikut:
“Barangsiapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepaia Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali Doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.” (HR. Al-Turmudzî).
Diriwayatkan dari Al-Turmudzî
BAB
3
KESIMPULAN
1. Islam
adalah berserah diri kepada Allah I dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan
taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya.
2.
Iman adalah ucapan dan perbuatan.
Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah
dengan taat dan berkurang dengan maksiat.
.
3.
Ruang lingkup Islam dalam
artianya yang luas meliputi :
a.
Aqidah
b.
Syari’at
c.
Akhlak\
4.
ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan
manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.Ketiga
aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku
perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan
peradaban
5.
Iman dan Islam memiliki tingkatan
dan derajat. Derajat pertama yaitu derajat Islam dimana setiap orang dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.
No comments:
Post a Comment