Wednesday 1 July 2015

Makalah : Islam dan Iman

BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di antara dua gerakan: gerakan yang menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya. . Agama Islam ada tiga tingkatan: Islam, iman dan ihsan. Dan setiap tingkatan mempunyai rukun. 
.           Perbedaan di antara Islam, iman  : Iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya. . Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. . Iman lebih umum daripada Islam dari maknanya; karena ia mengandung Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman kecuali apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), bukan semuanya. Maka, setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin. 

B.RUMUSAN MASALAH
1.      Pemgertian islam dan iman?
2.      Ruang lingkup islam dan iman?
3.      Hubungan islam dan iman?
4.      Dalil tentang islam dan sunah?






BAB 2
PEMBAHASAN
A.Makna Islam dan Iman   
1.Pengertian Islam: 
Islam adalah berserah diri kepada Allah I dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah I saja, maka dia adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah I dan yang lainnya, maka dia adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah diri kepada Allah I, maka dia seorang kafir yang sombong. 
A.    Rukun-Islam  Rukun Islam ada lima:
            Dari Ibnu Umar t, ia berkata, "Rasulullah r bersabda, 'Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada AIlah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah I, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa Ramadhan." Muttafaqun 'Alaih.1  
B.     Pengertian Syahadah (laailaaha illallah): 
Manusia mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah I, dan sesembahan-sesembahan selain Dia I, maka ketuhanannya adalah batil dan ibadahnya juga batil. Kalimah syahadah tersebut mengandung nafi (meniadakan/menolak) dan itsbat (menetapkan). (Laa ilaaha), artinya menolak semua yang disembah selain Allah I, (Illallah) adalah menetapkan ibadah kepada Allah I saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam menyembah-Nya, seperti tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan- Nya. 
C.    Pengertian syahadah (Muhammad Rasulullah):
  Taat kepada Nabi r dalam perintahnya, membenarkan beritanya, menjauhi yang dilarangnya, dan dia tidak menyembah Alah I kecuali dengan cara yang disyari'atkannya. 










2.Pengertian iman :
            Engkau beriman kepada Allah I, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada qadar (ketentuan) baik dan buruknya.  Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. .
A.    Cabang-cabang iman:
 Dari Abu Hurairah t, ia berkata, "Rasulullah r bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu termasuk satu cabang dari iman." HR. Muslim2  

B.     Tingkatan-tingkatan Iman: 
Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1. Adapun rasanya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabda-Nya: "Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah I sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad r sebagai rasul." HR. Muslim3
2. Adapun manisnya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabdanya: "Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya iman: bahwa Allah I dan Rasul- Nya r lebih dicintainya dari apapun selain keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah I, dan dia benci kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka." Muttafaqun 'alaih.
 3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
 
C.    . Kesempurnaan Iman: 
Cinta yang sempurna kepada Allah I Rasul-Nya memberikan konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya hanya karena Allah I, yang keduanya adalah amal ibadah hati, dan pemberian dan tidak memberinya hanya karena Allah I, yang keduanya adalah amal ibadah badan, niscaya hal itu menunjukkan kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada Allah I. Dari Abu Umamah t, dari Rasulullah r bersabda, "Barang siapa cinta karena Allah, memberi karena Allah, dan melarang karena Allah I, niscaya dia telah menyempurnakan iman." HR: Abu Daud4
D.    Termasuk Perkara-Perkara Keimanan . Cinta kepada Rasulullah
 Dari Anas bin Malik t, ia berkata, 'Rasulullah r bersabda, 'Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian." Muttafaqun 'alaih.5
E.     Mencintai. kaum anshar: 
Dari Anas t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum anshar."Muttafaqun 'alaih

F.     Mencintai orang-orang yang beriman:
  Dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Rasulullah r bersabda, 'Kamu tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kaum saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang apabila kaum lakukan niscaya kalian saling mencintai, tebarkanlah salam di antara kamu." HR. Muslim7 
G.    . Mencintai saudaranya sesama Islam: 
Dari Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang kamu sehingga dia mencintai saudaranya – atau tetangganya- apa yang dia cintai untuknya dirinya." Muttafaqun a'alaih8 . Mencintai tetangga dan tamu, serta tidak bicara kecuali tentang yang baik:  Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah r, beliau bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah I dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya." Muttafaqun 'Alaih.9 
H.    . Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar:
            Dari Abu Sa'id al-Khudri t, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah r bersabda, 'Barang siapa di antara kalian melihat yang mungkar (yang dilarang agama) hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya dengan hatinya, dan itulah selemah- lemahnya iman." HR. Muslim.10
I.       . Nasehat ٦
            Dari Tamim ad-Darimi t, bahwasanya Nabi r bersabda, " Agama adalah nasehat.' Kami bertanya, 'Untuk siapa?' Beliau menjawab, 'Untuk Allah I, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat Islam secara umum." HR. Muslim. 11  . Iman adalah amalan yang paling utama:  Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah r ditanya: 'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman kepada Allah I dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Allah I.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.12  
J.      Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan perbuatan maksiat:
 1, Firman Allah I: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS. Al-Fath :4)
2, Firman Allah I: Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124)
3, Dari Abu Hurairah t, bahwasanya Rasulullah r bersabda, "Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman." Muttafaqun 'alaih.13
 4, Dari Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." Dan dalam satu riwayat:  'iman' di tempat 'kebaikan'.
K.    . Iman adalah amalan yang paling utama:
            Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah r ditanya: 'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman kepada Allah I dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Allah I.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.12  
. Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan perbuatan maksiat: 1, Firman Allah I: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS. Al-Fath :4) 2, Firman Allah I: Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124) 3, Dari Abu Hurairah t, bahwasanya Rasulullah r bersabda, "Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman." Muttafaqun 'alaih.13  4, Dari Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." Dan dalam satu riwayat:  'iman' di tempat 'kebaikan'. 
L.     . Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam:                                                
1, Apabila orang kafir masuk Islam, kemudian ia berbuat baik, maka segala keburukan diampuni untuknya, karena firman Allah I:  Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu". (QS. Al-Anfaal :38) 2, Dan segala amal kebaikan (yang dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat bahwa Hakim bin Hizam t bertanya kepada Rasulullah r: 'Bagaimana pendapatmu terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah saya lakukan di masa jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?' Rasulullah r bersabda kepadanya:'Kamu masuk Islam bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan." Muttafaqun 'Alaih.14 3, Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk Islam, kemudian melakukan dosa, maka dia disiksa dengan (dosa) pertama dan yang terakhir. Berdasarkan sabda Nabi r: 'Barang siapa yang berbuat di masa Islam, niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk yang dia lakukan di masa jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di masa sesudah Islam, niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan terakhir." Muttafaqun 'Alaih.15








B.RUANG LINGKUP ISLAM DAN IMAN
1.Ruang Lingkup Islam
Makna ruang lingkup Islam, terbagi menjdi dua :

              Ruang lingkup Islam dalam artiannya yang  sempit adalah “arkanu Islam” (rukun Islam yang lima)

ﺍﻹﺳﻼﻢ ﺃﻥﺷﻬﺎﺩﺓﺃﻻ ﺇﻟﮫ ﺇﻻ ﺍﷲ٬ ﻭﺇﻗﺎﻢﺍﻟﺼﻼﺓ٬ ﻭﺇﻴﺘﺎﺍﻟﺯﻜﺎﺓ٬ ﻭﺼﻴﺎﻢﺭﻤﺿﺎﻦ٬ ﻭﺤﺞﺍﻟﺒﻴﺕ۰

   “Islam adalah, bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ranadhan dan haji ke baitullah”
                                                                                               (Hr. Muslim) 

Ruang lingkup Islam  dalam artianya yang luas meliputi :
      1.      Aqidah
      2.      Syari’at
      3.      Akhlak
                               
      1.     Aqidah

   Aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau mengikat, sedangkan dalam pengertiaan Ushuluddin Aqidah adalah keyakinan yang kokoh, tertancap didalam hati seseorang, diantaranya:

1.      Beriman kepada Allah Ta’ala

a.       Tauhid Rububiyah توحيد الربوبية (keyakinan terhadap ke-Esaan Allah sebagai pelaku tunggal) Dialah Maha pencipta, pemilik, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rezeki dan lain sebagainya Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. “Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.. (Qs, al-Baqarah 284, 258) (Lukman : 31, , Yunus: 36)

b.      Tauhid Uluhiyah توحيد الألوهية ، أو " توحيد العبادة  (keyakinan terhadap Allah sebagai Zat yang haq untuk di ibadahi), “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut. (Qs, an Nahl :36)


c.       Tauhid Asma wa Sifat توحيد الأسماء والصفات (keyakinan bahwa Allah memiliki    nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna) tanpa dengan cara-cara : Tahrif (memalingkan makna yang sebenarnya kepada makna yang lain) (Qs, al Baqarah:75) Ta’thil (menghapus atau menolak), Takyif (mempertanyakan   atau divisualkan) 





2.      Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya (Qs, An Nisa:136, al Baqarah:285)

3.      Beriman kepada Kitab-kitab-Nya (Qs, al-Hadid :25)
a.      Iman kepada seluruh kitab-kitab Allah secara global (umum) (Qs, al Baqarah : 213)
      b.      Iman kepada kitab Allah yang diketahui keberadaanya dan Rasul pembawanya, seperti, Taurat oleh Musa as (Qs, al Furqon :35), Zabur oleh Daud as (Qs, al-Isra :55), Injil oleh Isa as (Qs, al Hadid :27), dan Al-Qur’an oleh Muhammad Saw (Qs, al Maidah :48)   

4.      Beriman kepada Al-Qur’an
a.      keterjagaan Al-Qur’an (Qs, al Hijr:9)
      b.      keabadiaan syari’at yang dibawa al Qur’an untuk siapa saja dan kapan saja (Qs, al Furqon: 1, al ‘Araf: 158)
      c.      sebagai batu ujiaan terhadap kitab-kitab sebelumnya (Qs, al Maidah: 48)
      d.      menghapus (Naskh) syari’at kitab-kitab terdahulu (Qs, Ali Imran: 1-4, al-Maidah: 43-44) 

5.      Beriman kepada para Rasul-rasul-Nya (Qs, al-Baqorah: 285, An Nisa: 136)

6.      Beriman kepada Risalah Muhammad Saw
Sikap kita kepada Nabi dan Rasullullah saw :
              Tidak berlebihan (Ifrath): terlalu berlebihan dilarang dalam akidah Islam, apalagi sampai taraf mengultuskan dan menuhankan seprti orang-orang Nasrani terhadap Isa Ibnu Maryam, yang harus kita pahami ialah, para Nabi dan Rasul juga seorang manusia biasa, ia wafat (Qs, al Imran: 144), makan, mencari nafkah (Qs, al-Furqon: 7-10) dan tidak mengetahui hal yang gahib (Qs, al An’am: 50, al A’araf:188)
              Tidak meremehkan (Tafrith): meremehkan para Nabi pun dalam akidah Islam dilarang, orang-orang Yahudi telah banyak meremehkan para Nabi dan Rasul yang diutus kepada mereka, bahkan sampai ada yang dibunuh, dalam prinsip akidah Islam yang benar adalah bersikap pertengahan (tidak berlebihan dan meremehkan), karena beberapa hal yaitu: bahwa seorang Rasul mempunyai misi yang ia emban dari Allah (Qs, al A’raf :158), ma’shum (Qs, Abasa: 1-12), utusan buat Ummat manusia (Qs, Saba’: 28)

7.      Beriman kepada hari Akhir (Qs, Ar Rahman: 26-27, Az Zumar 68-70)


8.      Beriman kepada siksa kubur (Qs, Al An’am: 93-94, At Taubah 101)


9.      Beriman kepada Qadha dan Qadar (Qs, Al Hijr: 21, Al Hadid: 22)

10.  kewajiban menghormati para sahabat Rasulullah Saw dan kewajiban taat kepada pemimpin kaum Muslimin, Rsulullah Saw bersabda : “ Janganlah kalian mencaci maki sahabat-sahabatku, jika salah seorang dari kalian berinfak dengan emas sebesar gunung uhud, maka infak tersebut tidak mencapai satu mud (6 ons) meraka atau setengahnya” (Hr, Bukhari dan Abu Daud)






   Aqidah yang shahih bersumber dari Al-Qur’an, As Sunnah, dan sumber kebutuhan manusia yang paling mendasar, seperti :

1.      Membentuk Tashawwur (dorongan untuk berbuat), Tashawwur terbagi dua yaitu : Tashawwur yang Matrealistis (tujuaanya hanya dunia) (Qs, Al-‘Araf : 113,138), dan Tashawwur yang Immatrealistis (Qs, Yunus : 72)

2.      Agar terhindar dari Iftiraq (perpecahan), Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : “kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasarani terpecah menjadi 72, sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan” (Hr. Tirmidzi, Abu Dawud, Hakim).


3.      Fondasi untuk tegaknya Islam, Iman dan Ikhsan.

4.      Upaya potensi dari berbagai : kesengsaraan (Qs, Ma’arij : 19-23), konflik batin yang berkepanjangan, kehinaan seperti hewan (Qs, Al-Anfal : 22)

5.      Sebagai fondasi lahirnya amal Shalih (Qs, Ibrahim : 24-25)

Sebab-sebab terjadi penyimpangan Aqidah, diantaranya :
            1.      Kebodohan (jahl) (Qs, al-Qashsash : 50)
            2.      Fanatic terhadap leluhur (ta’ashub) (Qs, al-Baqarah :170)
            3.      Mengekor (taqlid buta), “Sungguh kamu sekaliaan benar-benar akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang buruk dari orang-orang sebelum kamu” (HR. Tirmidzi)
            4.      Berlebih-lebihan (Ghuluw), “janganlah kamu sekaliaan mengagung-agungkan ku (ifrath/berlebih-lebihan dalam pemujaan) sebgaimana oaring-orang Nasrani telah mengagung-agungkan putra Maryam, aku ini hanyalah seorang hamba ; maka katakanlah : hamba Allah dan Rasul-Nya (HR. Bukhari dan Muslim)
            5.      Lalai terhadap ayat-ayat Allah (Tadabbur) (Qs, Ali Imran : 118)
            6.      Cinta dunia (Wahm) ( Qs, al-Kahfi : 28)
























      2.      Syari’at

  
            Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Qs, Asy-Syura : 13)

Pada garis besarnya hukum Syari’at terbagi menjadi dua dalam kaidah fiqh  :
      1.      Ibadah
Para Ulama salaf menetapkan kaidah dalam pengambilan hukum Ibadah  dengan menggunakan dalil (Al Qur’an dan Sunnah) karena pada dasarnya Ibadah itu haram sebelum ada dalil (Al Qur’an dan Sunnah) yang memerintahkanya.
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲﺍﻹﺒﺪﮦ ﺗﻮﻗﻔﻴﻪ ﻮﺇﺘﺒﻊ

“Dasar asli pokok ibadah adalah tauqifiyah (bersumber dengan dalil) dan Ittiba’ (mengikuti sunnah)”

      2.      Muamalah
berbeda dengan ibadah, muamalah pada semua bentuknya mubah (boleh dilakukan), kecuali ada dalil yang mengharamkanya.
      ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲﺍﻠﻤﻌﺎﻤﻼ ﺖﺍﻹﺒﺎ ﺒﺔ ﺍﻥﻴﺪﻝ ﺪﻠﻴﻝﻋﻠﻰ ﺘﺣﺭﻴﻤﮭﺎ

“Dasar semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkanya.”

Ruang lingkup Sya’riah :
a.sebagai tuntunan hidup (ad din)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan  pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs, Ar-Rum : 30)

            b. sebagai arahan moral (al-Millah) (Qs, Yusuf : 37)
Yusuf berkata: "tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. (Qs, Yusuf 37)

      3.      sebagai panduaan hukum (al-hukmu) (Qs, Al-Jatsyiah : 16)
“dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezki-rezki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya)”. (Qs, Al-Jatsyiah : 16)
                          
      4.      sebagai pembatas halal dan haram (al-hudud) (Qs, Al-Baqarah 230)
“kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui”. (Qs, Al-Baqarah 230)

Beberapa kemaslahatan Sya’riat :
      1.      Bersifat abadi dan sejati (Mashalihul ‘ibad)
      2.      tidak mengandung unsur kepicikan (nafyul haraj)
      3.      beban yang ringan (Qillatul at-taklif)
      4.      mewujudkan keadilan yang merata (‘adalah ‘ammah’)
      5.      menutup celah kejahatan (saddu az-dzara’i)

nilai plus Syari’ah
      1.      Rabbaniyah dan Uluhiyah, yaitu prinsip-prinsip tauhid (keimanan) yang membedakan bobot nilai, sehingga menusia tidak sia-sia melakukan tindakan hukum.
      2.      Al-Mubasyarah, prinsip langsung tidak memerlukan perantara.
      3.      prinsip tasamuh (equality), semua berkedudukan sama di hadapan hukum.


3.     Akhlak

   Akhlak adalah pelengkap dalam ajaran Islam, dalam hal ini Rasullulah Saw yang berperan memberikan contoh ideal bagi perilaku manusia, ia meletakan prinsip-prisip dasar yang harus diikuti manusia agar bersikap lurus, konsisten dan benar, di samping mengkaji puncak kebaikan sebagai tujuaan manusia yang paling tinggi

ﺇﻧﻤﺎﺒﻌﺜﺖﻟﺍﺘﻤﻢﻤﮑﺎﺭﻢﻟﺍﺧﻟﺍﻕ
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”(HR.Bukhari & Ahmad)

   Akhlak yang benar bertujuaan menjadi pedoman bagi prilaku manusia yang permanen bukan hanya sebatas teori belaka, melainkan harus menjadi ilmu teknik yang dapat diformat dimana prinsip-prisipnya berlaku ditengah-tengah masyarakat dengan keindahan serta kelembutan akhlak yang mulia.

“orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (Hr. Tirmidzi)

   Kitab suci Al-Qur’an telah merangkum  dengan baik seluruh dimensi akhlak mulia dan merangkainya dalam rangkaian yang sempurna, dimana Rasulullah Saw telah menjalankannya dan menerapkanya dengan sebaik-baiknya.

Aisyah r.a  berkata: “Akhlaknya Rasulullah Saw adalah Al Qur’an” (Hr Muslim)









B.ruang lingkup iman

Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.
Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.
Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.
Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini,

Dengan perkataan lain, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 165 merumuskan demikian : 
165 “ Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain Allah (Al-Qur’an ms Rasul-Nya) menjadi Pembina pandangan & sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah ms Rasul-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-Iman (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an ms Rasul-Nya) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan jikalaulah yang berlaku dzulumat ms Syayathin itu sudi melihat (dengan pandangan al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan dzulumat ms syayathin satu siksa nestapa bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya secara bulat. Dan Allah, dengan pembuktian Al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembalas kehidupan sangat jahat atas pilihan dzulumat ms syayathin biadab”.

Dengan demikian maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta / rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al-Qur’an ms Rasul).
Demikianlah konsekuensinya jikalau kata kerja “aamana-yukminu-mukminun” pembentukan bentuk katanya adalah alternative dari kata benda (isim) yaitu menurut hadis yang kita sitir diatas.
Dan hal ini akan bertolak belakang dengan alternatif pembentukan dari kata kerja tiga huruf pokok. Konsekuensi yang lebih jauh, untuk melogiskan “Iman = percaya” maka sistematik Iman digusur pula menjadi Tauhid, Fikih, Ahlak dan Tasauf.
Akibatnya Al-Qur’an ms Rasul yaitu “hudan lil muttaqien” hampir tidak fungsional dalam kenyataan hidup ini. Kesemua ini otomatis merusak nilai dan harga Iman.








C.Hubungan antara Iman dan Islam



Iman dan Islam memiliki tingkatan dan derajat. Derajat pertama yaitu derajat Islam dimana setiap orang dengan mengucapkan dua kalimat syahadat "Asyhadu an laa ilaha illaLah wa asyahdu anna muhammadan Rasululullah." (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah) maka ia termasuk sebagai seorang Muslim dan hukum-hukum sebagai seorang Muslim berlaku padanya. Badannya suci (thahir) dan anak-anaknya juga suci. Pernikahannya dengan seorang wanita muslimah dan transaksinya dengan seorang muslim adalah sah dan legal. Harta, jiwa dan wibawanya mendapatkan penghormatan dan nilai khusus. Dan tentu saja keniscayaan hukum-hukum ini adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban agamanya seperti shalat, puasa, khumus, zakat, haji, beriman kepada yang ghaib, menerima adanya hari kiamat, surga dan neraka dan membenarkan seluruh nabi sebagai pembawa berita dari sisi Allah Swt.

Di samping mengamalkan segala kewajiban ini, ia juga harus meninggalkan segala yang diharamkan. Hal ini akan menyebabkan semakin meningkatnya derajat dan tingkatan keimanannya. Dengan memperhatikan pelbagai perintah dan titah al-Qur'an serta wejangan-wejangan Nabi Saw dan anjuran-anjuran para Maksum As yang menandaskan bahwa apabila seorang Muslim tidak menerima "wilayah Imam Duabelas", maka Islam, pelaksanaan segala hukum-hukumnya dan imannya tidak akan mencapai derajat sempurna di hadapan Allah Saw dan bahkan imannya tidak akan diterima.

Jelas bahwa seorang Muslim dan Mukmin sejati pada kedalaman hati dan batinnya juga tidak boleh menyimpan benih kemunafikan dan kemusyrikan; lantaran hal itu dapat menyebabkan seluruh perbuatan lahirnya tidak akan memberikan manfaat baginya, malah sebaliknya akan membuatnya terjerembab dalam amarah dan murka Ilahi serta tidak melapangkan jalan kesempurnaan dan kebahagiaan baginya. Karena itu, seluruh populasi ini (1,2 miliar) yang mengucapkan dua kalimat syahadat adalah Muslim kendati mereka berada pada tingkatan rendah dalam Islam dan dengan semata-mata tidak mengamalkan hukum-hukum Islam tidaklah menjadi penyebab ia keluar dari Islam.









D.DALIL TENTANG ISLAM DAN SUNAH
Al-Quran
Surat Al-A’râf ayat 55-56
Artinya: “Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan).”
Surah Al-Baqarah ayat 186
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat (kepada mereka). Aku perkenankan doa orang-orang yang mendoa apabila ia memohon (mendoa) kepada-Ku. Sebab itu, hendaklah mereka memenuhi (seruan)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.”
Surah Al-Mu’min, ayat 60
Artinya: “Dan berfirman Tuhanmu “Memohonlah (mendoalah) kepada-Ku, Aku pasti perkenankan permohonan (doa) mu itu.”
Surah Al-A’râf, ayat 180:
Artinya: “Dan Allah mempunyai nama-nama yang sangat indah (Al-Asmâ’u al-Husnâ), maka memohonlah kamu kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama itu.”



Surah Al-Isrâ’, ayat 110                                                            
Artinya: “Katakanlah olehmu hai Muhammad: berdoalah (pujilah) akan Allah atau berdoalah (pujilah), akan Ar-Rahmân (Maha penyayang).”
Surah Yûnûs, ayat 10
Artinya: “Doa (percakapan) mereka di dalamnya (surga), adalah Allâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan).”

Al-Hadits

Diriwayatkan dari Abû Dâud dan Al-Turmudzî
Artinya: “Doa itu adalah lbadah.
Diriwayatkan dari Al-Turmudzî yang artinya sebagai berikut:
“Barangsiapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepaia Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali Doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.” (HR. Al-Turmudzî).
Diriwayatkan dari Al-Turmudzî
Artinya: “Tiap Muslim di muka bumi yang memohonkan suatu permohonan kepada Allah, pastilah permohonannya itu dikabulkan Allah, atau dijauhkan Allah daripadanya sesuatu kejahatan, selama ia mendoakan sesuatu yang tidak membawa kepada dosa atau memutuskan kasih sayang.” (HR Al-Thurmudzî).




BAB 3
KESIMPULAN

1.      Islam adalah berserah diri kepada Allah I dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya.

2.      Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. .

3.      Ruang lingkup Islam  dalam artianya yang luas meliputi :
a.       Aqidah
b.      Syari’at
c.       Akhlak\

4.      ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban

5.      Iman dan Islam memiliki tingkatan dan derajat. Derajat pertama yaitu derajat Islam dimana setiap orang dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.




No comments:

Post a Comment

Makalah : Sistem Pedidikan Nasional