KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga kita masih dapat menyelesaikan
makalah tentang ” EPISTIMOLOGI”
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengasuh mata kuliah yang atas bimbingannya saya dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini, walaupun makalah ini tidak sempurna mungkin tapi setidaknya saya
telah berusaha membuatnya dengan sebaik mungkin, dan saya sangat mengharapkan
saran dari teman-teman untuk memperbaiki makalah yang telah saya siapkan ini.
Dengan ini saya ucapkan terima kasih dan
semoga Allah SWT memberi pertolongan kepada saya yang telah membuat makalah
ini, sehingga yang telah saya buat ini sempurna amin, Ya Rabbal Alamin…………
Matangglumpangdua, 24 September 2014
Penulis Kelompok 2
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
B. Rumusan
masalah
C. Tujuan
pembahasan
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hakikat
manusia dan keingintahuannya
B. Perkembangan
fisik, sifat dan pikiran manusia
C. Sejarah
pengetahuan manusia
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Manusia hidup didunia tidak hanya
memerlukan kebutuhan pokok saja. Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi
untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk
memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara
lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi
adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena
dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari
pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi
disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu
manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang,
merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
Sejak semula, epistemologi merupakan
salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab
epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang luas,
sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu
pengetahuan merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan
ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu
saja. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar
pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk mengembangkan diri dalam
mengikuti perkembangan informasi yang pesat
B.Rumusan
Masalah
1. Apa
maksud Hakikat manusia dan keingintahuannya ?
2. Bagaimana
Perkembangan fisik, sifat dan pikiran manusia ?
3. Kapan
sejarah pengetahuan manusia dimulai ?
C.Tujuan Masalan
1. Untuk mengetahui pengertian
Epistemologi.
2. Untuk mengetahui maksud
Hakikat manusia dan keingintahuannya.
3. Untuk mengetahui Perkembangan
fisik, sifat dan pikiran manusia.
4. Untuk mengetahui sejarah
pengetahuan manusia.
BAB 11
PEMBAHASAN
1.Hakikat
manusia dan keingintahuannya
Epistimologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula-mula manusia percaya bahwa
dengan kekuatan pengenalannya ia dapat mencapai
realitas sebagaimana adanya. Para filosof pra Sokrates, yaitu filosof
pertama di dalam tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat
ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan
kemungkinan perubahannya, sehingga mereka kerap dijuluki filosof alam.
Mereka mengandaikan begitu saja
bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa diantara
mereka menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih
dimunculkan dari sumber-sumber tertentu
ketimbang sumber-sumber lainnya. Herakleitus, misalnya, menekankan penggunaan
indera, sementara Permanides menekankan penggunaan akal. Meskipun demikian,tak
seorang pun di antara mereka yang meragukan kemungkinan adanya pengetahuan
mengenai kenyataan (realitas).
Baru pada abad ke-5 SM, muncul
keraguan terhadap adanya kemungkinan itu, mereka yang meragukan akan kemampuan
manusia mengetahui realitas adalah kaum sophis.
Para sophis bertanya,seberapa jauh pengetahuan kita mengenai kodrat
benar-benar merupakan kenyataan objektif, seberapa jauh pula merupakan
sumbangan subjektif manusia? Apakah kita mempunyai pengetahuan mengenai kodrat
bagaimana adanya? Sikap skeptic inilah yang mengawali munculnya epistemologi.
Metode empiris yang telah di buka
oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada zaman Renaisans dengan tokoh
utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua diantara karya-karyanya yang menonjol
adalah The Advancement of Learning (1606)
dan Novum Organum (organum baru).
Filsafat Bacon mempunyai peran penting
dalam metode induksi dan sistematisasi prosedur ilmiah menurut Russel,
dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat
praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan
pada manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon mengkritik filsafat
Yunani yang menurutnya lebih menekankan perenungan dan akibatnya tidak
mempunyai praktis bagi kehidupan manusia. Ia menyatakan, “The great mistake of
Greek philosophers was that they spent so much time in theory, so little in observation”.
Karena itu, usaha yang ia lakukan
pertama kali adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan
tidak mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai
kekuatan yang dapat membantu manusia meraih kehidupan yang lebih baik, “Knowledge is power, it is not opinion to be
held, but a work to be done, I am laboring to lay the fondation not of any sector of doctrine, but of utility
and power”.
Sikap khas Bacon mengenai cirri dan
tugas filsafat tampak paling mencolok dalam Novum
Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia di dekatkannya satu sama lain,
menurutnya, alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya,agar
dapat taat pada alam, diperlukan observasi, pengukuran, penjelasan dan
pembuktian.
Sementara bagi Descartes (1596-1650
M), persoalan dasar filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa
kita dapat membuat kekeliruan? Salah satu cara untuk menentukan sesuatu yang
pasti dan tidak dapat di ragukan ialah dengan melihat seberapa jauh hal itu bias
di ragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan sebanyak mungkin
pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik yang tak bisa diragukan
sehingga pengetahuan kita dapat di bangun di atas kepastian absolut.
Prosedur yang disarankan Descartes
untuk mencapai kepastian ialah keraguan metodis universal, keraguan ini
bersifat universal karena direntang tanpa batas, atau sampai keraguan ini
membatasi diri. Artinya usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang
tidak dapat diragukan lagi. Usaha meragukan ini disebut metodik karena keraguan
yang ditetapkan di sini merupakan cara yang di gunakan oleh penalaran reflektif filosofis untuk mencapai
kebenaran. Bagi dia,kekeliruan tidak terletak pada kegagalan melihat sesuatu,
melainkan di dalam mengira tahu apa yang tidak diketahuinya atau mengira tidak
tahu yang diketahuinya.
Pengetahuan yang di peroleh oleh
manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam
teori pengetahuan, diantaranya adalah:
1. Metode
Induktif
Induksi
yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Dan menurut suatu pandangan
yang luas diterima, ilmu-ilmu empiris ditandai oleh metode induktif, suatu
inferensi bisa disebut induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan
tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai
pada pernyataan-pernyataan universal.
David
Hume (1711-1716), telah membangkitkan pertanyaan mengenai induksi yang membingungkan
para filosof dari zamannya sampai sekarang. Menurut Hume, pernyataan yang
berdasarkan observasi tunggal betapapun besar jumlahnya, secara logis tak dapat
menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.
Dalam
induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal-hal lain,
seperti ilmu mengajarkan kita bahwa
kalau logam dipanasi, ia mengembang, bertolak dari teori ini kita akan
tahu bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh di
atas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang
disebut juga dengan pengetahuan sintetik.
2. Metode
Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang
menyimpulkan bahwa data-data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem
pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah
adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
Poper tidak pernah menganggap bahwa
kita dapat membuktikan kebenaran-kebenaran teori dari kebenaran
pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Tidak pernah ia menganggap bahwa
berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan, teori-teori dapat
dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar, contoh: jika
penawaran besar, harga akan turun. Karena penawaran beras besar, maka harga
beras akan turun.
3. Metode
Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh
August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui, yang
faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang
ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak metafisika. Apa yang diketahui
secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian
metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang
gejala-gejala.
Menurut Comte, perkembangan
pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: teologis, metafisika, dan
positif. Pada tahap teologis,orang berkeyakinan bahwa dibalik segala sesuatu
tersirat pernyataan kehendak khusus.
Pada tahap metafisik, kekuatan
adikodrati itu diubah menjadi kekuatan yang abstrak, yang kemudian dipersatukan
dalam pengertian yang bersifat umum yang disebut alam dan dipandangnya sebagai
asal dari segala gejala.
Pada tahap ini, usaha mencapai
pengenalan yang mutlak, baik pengetahuan teologis ataupun metafisis dipandang
tak berguna,menurutnya, tidaklah berguna melacak asal dan tujuan akhir seluruh
alam; melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu. Yang penting adalah
menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta dengan
pengamatan dan penggunaan akal.
4. Metode
Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya
keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga
objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harus dikembangkan suatu kemampuan
akal yang disebut dengan instuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat instuisi
ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh
Al-Ghazali.
Instuisi dalam tasawuf disebut
dengan ma’rifah yaitu pengetahuan
yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Al-Ghazali
menerangkan bahwa pengetahuan instuisi atau ma’rifah
yang disinarkan oleh Allah secara langsung merupakan pengetahuan yang paling benar.
Pengetahuan yang diperoleh lewat instuisi ini hanya bersifat individual dan
tidak bisa dipergunakan untuk mencari keuntungan seperti ilmu pengetahuan yang
dewasa ini bisa dikomersilkan.
5. Metode
Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula
berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini
diajarkan oleh Socrates. Namun plato mengartikannya diskusi logika. Kini
dialetika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan , juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk
mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari
dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran
tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan,bertolak paling kurang dua kutub.
Hegel menggunakan metode dialektis
untuk menjelaskan filsafatnya, lebih dari itu, menurut Hegel dalam realitas ini
berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini berarti mengompromikan hal-hal
yang berlawanan seperti:
·
Diktator. Di sini manusia diatur dengan
baik, tapi tidak punya kebebasan (tesis).
·
Keadaan diatas menampilkan lawannya,
yaitu Negara anarki (anti tesis) dan warga Negara mempunyai kebebasan tanpa
batas, tetapi hidup dalam kekacauan.
·
Tesis dan anti tesis ini disintesis,
yaitu Negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga Negara dibatasi oleh
undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.
2,Perkembangan Ilmu Pada Masa
Modern dan Kontemporer secara Epistimologi
Sebagian cirri yang patut mendapat
perhatian dalam epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah
munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.Pandangan itu merupakan
kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna
tak boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan
pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung,artinya dipakai
untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini.
Pada abad-abad berikutnya,di dunia
Barat dan mau tak mau juga di dunia luar Barat, dijumpai keyakinan dan
kepercayaan bahwa kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia khususnya
ilmu-ilmu alam, akan membawa
perkembangan manusia pada masa depan
yang semakin gemilang dan makmur. Sebagai akibatnya lmu pengetahuan selama masa
modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya. Terjadila
Revolusi Industri I (mulai sekitar tahun 1800 dengan pemakaian mesin-mesin
mekanis), lalu Revolusi Industri II (mulai sekitar tahun 1900 dengan pemakaian
listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar),dan kemudian Revolusi III yang
ditandai dengan penggunaan computer yang sedang kita saksikan dewasa ini.
Dengan demikian adanya perubahan
pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam
kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para
ilmuan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecenderungan yang lebih ialah
adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang di hasilkan ilmu pengetahuan,
baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa
semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa,
merajalela, dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya
menjadi tidak manusiawi lagi,bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang
telah merencanakan dan menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang
lebih mengerikan dari kecenderungan yang pertama.
Kedua kecenderungan ini secara nyata
paling menampakkan diri dan paling
mengancam keamanan dan kehidupan manusia dewasa ini dalam bidang lomba
persenjataan, kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas
paling pribadi dalam hidup manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya
jurang kaya dan miskin.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak, dengan struktur social
dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang
kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam kesimpangan yang justru menjadi
pandangan yang menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menghapus penderitaan manusia.
Kedua kecenderungan di atas yang
ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri
sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul
dalam banyak lingkungan ilmuan yang prihatin akan perkembangan teknik, industry,
dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi
kita.
Gregory Bateson misalnya, melihat
secara mendasar permasalahan yang ditimbulkan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Menurutnya, sebab-sebab utama yang
menimbulkan krisis-krisis di atas ialah kesalahan epistemology yang mendasari
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.Dalam hubungan ini ia menegaskan: ‘’Jelas
kini bagi banyak orang,bahwa telah muncul berbagai bencana sebagai akibat
kesalahan epistemology barat.Ini semua berkisar dari insektisida sampai polusi,
jarahan radioaktif dan kemungkinan mencairnya es antartika. Di atas itu semua,
desakan kuat kita untuk menyelamatkan kehidupan individual telah mendatang.
Adanya, kita cukup beruntung andai saja dapat melampaui 20 tahun yang akan
dating tanpa bencana yang lebih dahsyat ketimbang kehancuran besar yang
dihadapi manusia adalah hasil yang ditimbulkan akibat kekeliruan dalam
kebiasaan pemikiran kita pada tingkat yang paling dalam tanpa sepenuhnya kita
sadari.
Dengan demikian ilmu pengetahuan
harus bernilai praktis bagi manusia, di antaranya dalam bentuk teknologi. Akibatnya,
menaklukkan alam dan mengeksploitasinya habis-habisan tidalah dapat dianggap
sebagai kesalahan. Kedua metode yang digunakan ialah deduksi-induksi sebagai
pengaruh pemikiran positivism.
Metode ini amat dominan dalam
epistemology modern, khususnya dalam metode keilmuan, ketiga objek yang dikaji
adalah realitas empiris, inderawi, dan dapat dipikirkan dengan rasio. Dalam
kaitan ini, Herman Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan dari
epistemology diatas adalah budaya
inderawi yaitu budaya yang bersifat empiris, duniawi, secular,humanistic, utiliter, dan hedonistik.
Tentang tujuan ilmu pengetahuan
modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam, alam
dipandangnya sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dimanfaati semaksimal
mungkin,. Dalam hubungan ini Nars mengemukakan bahwa akibat yang akan terjadi dari
pandangan demikian ,alam diperluakukan oleh manusia modern seperti pelacur,
mengambil manfaat dan kepuasan darinya tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab
apa pun.
Lebih lanjut,Nasr
mengritik ilmu pengetahuan modern
barat, bahwa ilmu modern mereduksi
seluruh esensi dalam pengertian
metafisik,kepada material dan subtansial.Dengan demikian ,pandangan dunia
metafisik nyaris sirna dalam ilmu pengaahuan modern.Kalaupun ada meafisik
mereduksi menjadi filsafat rasional yang
selanjutnyar sekedar pelengkap
ilmu pengetahuan alam dan
matematika.Bahkan kosmologi dituunkan
derajatnya dengan memandangnya
hanya semacam supertsisi.Dengan pandangan itu,ilmu pengetahuan itu,ilmu pengeahuan modern menyikirkan p engeahuan. Kosmologi dari
rencananya.Padahal menurut Nasr,kosmologi adalah ilmu sakral ,yang menjelaskan kaitan
materi dengan wahyu dan dokrin metafisis.
Dalam
bidang filsafat,Descaretes
mewaiskan suatu mewariskan
suatu metode berpikir yang menjadi
landasan berpikir dalam
ilmu pengeahuan modern.Langkah –Langakah terserbut
adalah :
1. Tidak
menerima apa pun sebagai hal
yang benar,kecuali kalau diyakini
sendiri bahwa itu memang
benar,
2. Memilah-milah
masalah menjadi bagian-bagian terkecil
unuk mempermudah penyelesaian .
3. Berfikir
runtut dengan mulai dari hak yang sederhana sedikit demi sedikit untuk mencapai
ke hal yang paling rumit.
Sedangkan perkembanagan ilmu pengetahuan
di zaman kontemporer ditandai dengan berbagai teknologi canggih. Teknologi dan
informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan yang pesat. Mulai dari
penemuan computer, satelit, komunikasi, internet, dan lain-lain. Manusia dewasa
ini memiliki mobilitas yang begitu
tinggi, karena pengaruh teknologi komunikasi dan informasi.
Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin
tajam. Ilmuan kontemporer mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam.
Ilmu kedokteran pun semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis. Demikian
bidang-bidang ilmu lain di samping kecenderungan lain adalah sintesis antara
bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru
seperti bioteknologi dan psikolinguistik.
3.Sejarah pengetahuan manusia.
Ilmu adalah bagian
dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat
dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun
fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena
memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada
pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.
Comte
menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap
teologi (tahap metafisika), tahap
filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau
tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan
kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat
tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Secara
garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat
periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan
modern, dan pada zaman kontemporer. Periodeisasi ini mengandung dua
kemungkinan. Pertama, menafikan adanya pengetahuan yang tersistem sebelum zaman
Yunani kuno. Kedua, tidak adanya data historis tentang adanya ilmu sebelum
zaman Yunani kuno yang sampai pada kita.
Menurut George J.
Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia. Tak
diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang
bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Masa manusia
purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah. Menurut Soetriono dan SDRm Rita
Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum
Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang lebih maju.
Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan
berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu,
yaitu Mesir di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya
dan Inca di Amerika Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka.
Meski agak berbeda dengan pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal (1888-1956)
berpendapat lebih spesifik bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu
tahun yang lalu (berarti sekitar 4000 SM) adalah Mesir. Zaman sebelum itu
dimasukkan orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali
akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah.
Terlepas dari
perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka
bumi hanya saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan
terhadap kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya.
Teori ini berlaku secara umum terhadap beberapa – untuk tidak dikatakan semua–
disiplin ilmu dari generasi ke generasi. Berbekal otak, pengalaman, dan
pengamatan terhadap gejala-gejala alam, manusia purba sudah barang tentu
memiliki seperangkat pengetahuan yang dapat membantu mereka mengarungi
kehidupan. Seperangkat pengetahuan tersebut semakin lama akan semakin tersusun
rapi karena inilah karakteristik dasar ilmu. Jika kita menafikan adanya ilmu
tertentu yang mereka miliki, maka kita akan sulit menjawab pertanyaan:
mungkinkah mereka bisa bertahan hidup bertahun-tahun tanpa bekal apapun?
BAB
111
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengetahuan
dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu:
1.
Pengetahuan diperoleh dari akal, yakni
pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir yang logis sehingga dapat
diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran rasionalisme.
2.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman,
yakni pengetahuan baru muncul ketika indera manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan
mengamati berbagai kejadian dalam kehidupan, jadi ketika manusia lahir
benar-benar dalam keadaan yang bersih dan suci dari apapun. Aliran yang
mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
3.
Pengetahuan diperoleh dari intuisi,
yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkan pengetahuan ini.
B.Saran
Manusia dalam berbuat tentunya
terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap daru yang telah ditetapkan atau
seharusnya. Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis
harapkan dan pembaca, mohon kritik dan sarannya guna perbaikan penyusunan
selajutnya.
Daftar
Pustaka
Amsal Bakhtiar, 2010. Filsafat Ilmu. Rajawali Pers: Jakarta
(16-17)
Betrand Russell, 2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang, Pustaka Pelajar: Yogyakarta (567)
Betrand Russell, 2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang, Pustaka Pelajar: Yogyakarta (567)
George J. Mouly, 1991. “Perkembangan Ilmu”, dalam Ilmu dalam
Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Gramedia: Jakarta
(87)
No comments:
Post a Comment