KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur
kami panjatkan kepada
ALLAH SWT. Karena berkat limpahan rahmat,
taufik serta hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini Dalam rangka
memenuhi tugas kelompok
mata kuliah “SOSISOLOGI” yang di
berikan oleh dosen Bpk.
HAMDANI,SE,M.S.M.
Akhirnya Makalah ini
dapat kami selesaikan
berkat bimbingan dan arahan dari dosen
pengasuh yang memberikan
bahan-bahan materi, dan kami
mengucapkan terima kasih ke semua pihak yang telah membantu.
Apabila dalam makalah
ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisannya, untuk itu kami mengharapkan
kritik, saran dan bimbingan dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna buat kita semua, amien.
Matangglumpangdua, 28 November 2014
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam ilmu sosiologi, kepemimpinan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, dimana pemimpin
selalu ada dalam berbagai kelompok baik kelompok besar seperti pemerintahan
maupun kelompok kecil seperti kelompok RT sampai kelompok ibu-ibu arisan.
Dari sekelompok individu dipilih
salah satu yang mempunyai kelebihan di antara individu yang lain, dari hasil
kesepakatan bersama, maka munculah seorang yang memimpin dan di sebut sebagai
pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku seseorang individu ketika ia mengarahkan
aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama (hemphill dan Coons,
1957:7).
Dari kepemimpinan itu, maka munculah
kekuasaan. kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya
di dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan
untuk mengatur dan mengarahkan anggota-anggotanya. Selain itu, pemimpin juga
mempunyai wewenanga untuk memerintah anggotanya. Wewenang merupaka hak jabatan
yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa
pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau
tingkah laku perorangan dan grup.
Maka kepemimpinan tidak akan pernah
lepas dari kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur anggota-anggotanya. Dari
makalah ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana hakikat kepemimpinan,
kekeuasaan, dan kewenangan yang sebenarnya karena dilihat masih banyaknya orang
yang menjadi pemimpin namun menyalah gunakan kekuasaannya dan kewenangannya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Pengertian
dari kekuasaan, dan kewenangan?
2. Sumber
kekuasaan, dan cara mempertahankan kekuasaan?
3. Sumber
wewenang, dan bentuk-bentuk wewenang?
4. Unsur
– unsur saluran kekuasaan dan sumbernya
5. Bentuk
lapisan kekuasaan?
6. Cara
mempertahankan kekuasaan?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KEKUASAAN
Kekuasaan (authority) adalah
kemampuan untuk memerintah dan memberi keputusan yang baik secara langsung
maupun tidak mempengaruhi tindakan - tindakan pihak lainnya. Melihat sifat ilmu
sosial yang tidak etis - normatif maka kekuasaan memiliki pengertian yang
netral untuk melihat baik dan buruknya perlu di lihat penggunaannya bagi
keperluan masyarakat.
Definisi kekuasaan, manurut para
ahli sosiologi, yaitu :
Max weber, kekuasaan adalah kemungkinan
seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan social yang ada
termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan
kemungkinan itu.
Selo soemardjan dan soelainan
soemardi,
menjelaskan bahwa adanya kekuasaan tergantung dari yang berkuasa dan yang
dikuasai.
Ralf dahrendorf,
kekuasaan adalah milik kelompok, milik individu dari pada milik struktur
social.
Soerjono soekanto, kekuasaan diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut.
Kekuasaan mempunyai peranan yang
dapat menentukan nasib berjuta - juta manusia. Oleh karena itu, kekuasaan
(power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Adanya wewenang maupun kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang nyata atau
potensial. Mengenai pengaruh tersebut, lazimnya diadakan perbedaan
sebagai berikut:
1.Pengaruh bebas yang didasarkan
pada komunikasi dan bersifat persuasif.
2. Pengaruh tergantung atau
tidak bebas menjadi aktif yang terbagi menjadi dua hal, yaitu:
Pihak yang berpengaruh membantu
pihak yang dipengaruhi untuk mencapai tujuannya.
Pihak yang berpengaruh mempunyai
pengaruh di dalam kemampuan.
2.2 HAKIKAT KEKUASAAN DAN SUMBERNYA
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi orang - orang lain. Melalui pemahaman tersebut, di manapun juga
manusia berada dan bermasyarakat, fenomena kekuasaan, dalam bentuk yang
bermacam-macam, pasti dimiliki oleh masyarakat tersebut. Max Weber (1946, dalam
Soekanto, 2003:268) mengatakan, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan - kemauan sendiri,
dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan - tindakan perlawanan dari
orang-orang atau golongan - golongan tertentu.
Kekuasaan memiliki berbagai macam
bentuk dan sumber untuk mendapatkannya. Sumber - sumber kekuasaan diantaranya
adalah hak milik kebendaan dan kedudukan. Birokrasi pun merupakan salah satu
sumber kekuasaan, disamping kemampuan khusus di bidang-bidang ilmu pengetahuan
tertentu, serta atas dasar peraturan-peraturan hukum.
Kekuasaan sesungguhnya terjadi di
mana - mana. Pada umumnya kekuasaan tertinggi berada dalam sebuah organisasi
masyarakat yang sangat besar yang bernama negara. Secara formal negara memiliki
hak melaksanakan kekuasaan tertinggi, dan bilaman perlu, digunakan paksaan
dalam melaksanakan kekuasaan tersebut. Negara pun membagi - bagikan
kekuasaan yang lebih rendah derajatnya, hal demikian dinamakan dengan kedaulatan.
Kedaulatan dijalankan oleh sekelompok kecil masyarakat sebagai ruling
class dan setiap ruling class selalu ada pemimpinnya.
Pelaksanaan kekuasaan pada
kenyataannya seringkali tidak semulus yang diharapkan oleh kaum yang berkuasa.
Rasa ketidakpuasan dari yang dikuasai dapat saja muncul karena perbedaan -
perbedaan alam pikiran yang menguasai dengan yang dikuasai. Untuk menjalankan
kekuasaan secara lancar, pihak penguasa senantiasa berusaha untuk mendapatkan
dukungan dari yang dikuasai. Hal ini untuk menyatakan bahwa kekuasaan yang
diselenggarakan memiliki legitimasi atau legal dan baik bagi masyarakat
bersangkutan. Untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain, golongan yang
berkuasa harus berupaya menanamkan kekuasaannya melalui jalan menghubungkan
dengan kepercayaan dan perasaan-perasaan yang kuat di dalam
masyarakat. Cara ini pada dasarnya terwujud dalam nilai dan norma (Mosca, 1939,
dalam Soekanto, 2003:269).
2.3 Sumber-sumber
Kekuasaan
Sumber-sumber kekuasaan yang
dimiliki para penguasa atau pemimpin, dalam masyarakat informal maupun formal
adalah :
Seseorang yang mempunyai harta
benda (kekayaan) yang lebih banyak, sehingga mempunyai keleluasan untuk
bergerak dan mempengaruhi pihak lain.
Dengan status tertentu, seseorang
dapat memberikan pengaruhnya atau memaksa pihak lain supaya melakukan sesuatu
sesuai kehendaknya.
Wewenang legal atas dasar
peraturan-peraturan formal (hukum) yang dimiliki seseorang, dapat memberikan
kekuasaan pada seseorang untuk mempengaruhi pihak lain sesuai dengan hak dan
kewajibannya sesuai dengan ketetapan dalam peraturan.
Kekuasaan dalam pula tumbuh dari
adanya kepercayaan khalayak, seperti tradisi, kesucian, dan adat istiadat.
·
Kekuasaan
yang tumbuh dari khrisma atau wibawa seseorang.
·
Kekuasaan
yang didasarkan pada pedelegasian wewenang.
·
Kekuasaan
yang tumbuh dari pendidikan, keahlian, serta kemampuan.
2.4 UNSUR-UNSUR
SALURAN KEKUASAAN DAN DIMENSINYA
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada
interaksi sosial antara manusia maupun antara kelompok mempunyai beberapa unsur
pokok, yaitu:
1) Rasa takut, perasan takut kepada
penguasa membuat pihak lain memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan
tindakan penguasa yang ditakuti.
2) Rasa cinta, kecintaan akan menghasilkan
perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan
terhadap penguasa akan menimbulkan kepatuhan karena rasa menyenangkan semua
pihak.
3) Kepercayaan, kepercayaan merupakan hasil
dari hubungan simetris yang asosiatif. Dasar kepecayaan didapatkan karena
masing-masing pihak telah mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan,
segala keinginan suatu pihak akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain,
meski dalam tataran tertentu pihak ynag melaksanakan keinginan tidak mengetahui
secara pasti maksud dari pihak yang memiliki keinginan.
4) Pemujaan, memberi arti bahwa penguasa
adalah pihak yang dipuja. Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang
dipuja selalu benar, atau setidaknya dianggap sebagai kebenaran.
Apabila dilihat dalam masyarakat,
maka kekuasaan di dalam pelaksanaannya melalui saluran-saluran, sebagai
berikut:
1. Saluran Militer, penguasa lebih
cenderung menggunakan paksaan dengan maksud menimbulkan rasa takut
masyarakatnya, sehingga tunduk pada kemauan penguasa.
2. Saluran Ekonomi, penguasa
cenderung menguasai sendi-sendi kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Penguasaan atas sendi pemenuhan kebutuhan hidup tersebut membuat
rakyat tidak memiliki pilihan lain dan penguasa dapat melaksanakan
perintah-perintahnya melalui peraturan-peraturan yang disertai atribut sanksi.
3. Saluran Politik, penguasa membuat
peraturan melalui badan-badan yang bewenang dan sah menurut masyarakat. Hal ini
dibuat untuk meyakinkan dan memaksa masyarakat mentaati peraturan yang
dikeluarkan penguasa.
4. Saluran Tradisional, terjadi
menyesuaian antara tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang ada dalam
masyarakat. Kesesuaian tersebut membuat pelaksaan kekuasaan dapat berjalan
lancar.
5. Saluran Ideologi, doktrin-doktrin
atau ajaran dikeluarkan penguasa yang bertujuan menerangkan sekaligus menjadi
pembenaran pelaksanaan kekuasaannya. Doktrin dan ajaran yang dikeluarkan
disampaikan secara berulang dan masuk ke dalam ranah bawah sadar masyarakat,
sehingga doktrin tersebut terinternalisasi dalam jiwa masyrakatnya.
2.5 Bentuk lapisan kekuasaan
Bentuk dan system kekuasaan selalu
menyesuaikan diri pada masyarakat dengan adat-istiadat dan pola-pola
perilakunya. Pada umumnya garis tegas antara yang berkuasa dengan yang dikuasai
selalu ada sehingga menimbulkan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan.
Karena integrasi masyarakat dipertahankan oleh tata tertib social yang
dijalankan oleh penguasa, maka masyarakat mengakui adanya lapisan kekuasaan
tersebut. Adanya paktor pengikat antara warga-warga masyarakat adalah atas dasar
gejala, bahwa ada yang memerintah ada yang diperintah.
Menurut maclever ada tiga pola umum
system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu :
1.Tipe
kata
Tipe kata adalah system lapisan
kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya
dijumpai pada masyarakat berkasta. Garis pemisah antara masing-masing lapisan
hampir tak mungkin ditembus.
Pada puncak piramida paling atas,
duduk penguasa tertinggi (misalnya maharaja dan raja) dengan likungannya, yang
didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para pendeta. Lapisan kedua terdiri
dari para petani dan buruh tani yang kemudian diikuti dengan lapisan terendah
dalam masyarakat yang terdiri dari para budak.
2.Tipe
oligarkis
Tipe oligarkis adalah tipe yang
dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat,
terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh
kekuasaan-kekuasaan tertentu. Kedudukan para warga pada tipe oligarkis masih
didasarkan pada kelahiran ascribed status tetapi individu
masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
Kaum industry, pedagangan dan
keuangan memegang peran penting. Ada bermacam-macam cara di mana warga dari
lapisan bawah naik tingkat lapisan dan ada juga ada kesempatan bagi warga
lapisan menengah untuk menjadi penguasa.
Variasi tipe oligarkis dijumpai pada
Negara-negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan juga pada Negara-negara
totaliter (misalnya soviet dan rusia). Bedanya adalah bahwa kekuasaan yang
sebenarnya, berada di tangan partai politik yang mempunyai kekuasaan
menentukan.
3. Tipe
demokratis
Tipe demokratis menunjukan kenyataan
akan adanya garis pemisah antara lapisan yang yang sifatnya mobile. Kelahiran
tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan
kadang-kadang juga factor keberuntungan.
Gambaran pola piramida kekuasaan
merupakan tipe-tipe ideal atau tipe-tipe idaman. Di dalam kenyataan dan
perwujudannya tidak jarang mengalami penyimpangan, disebabkan karena masyarakat
yang mengalami perubahan social dan kebudayaan.
2.6 CARA
MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN
Setiap penguasa memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaannya. Manusia menurut hakikatnya
selalu memiliki hasrat untuk berkuasa, baik berkuasa untuk dirinya maupun
berkuasa untuk pihak lain. Karenanya mempertahankan kekuasaan menjadi hal yang
penting dalam konteks penguasa, diperlukan suatu cara untuk mempertahankannya,
yaitu:
·
Menghilangkan
segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik
·
Mengadakan
sistem-sistem kepercayaan (belief-systems) yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa atau golongannya.
·
Melaksanakan
adminitrasi dan birokrasi yang baik.
·
Mengadakan
konsolidasi horizontal dan vertikal.
2.7 WEWENANG
A. Pengertian
Wewenang
Wewenang merupakan dasar untuk
bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan.
B. Definisi
Wewenang Menurut Para Ahli
1.
Menurut
Louis A. Allen dalam bukunya, Management and
Organization :
Wewenang adalah jumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights)
yang didelegasikan pada suatu jabatan.
2.
Menurut
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam
bukunya, The Principles of Management Authority adalah suatu hak untuk
memerintah / bertindak.
3.
Menurut G.
R. Terry :
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk
menyuruh pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki
wewenang itu.
4.
Menurut R.
C. Davis dalam bukunya, Fundamentals of
Management :
Authority adalah hak yang cukup, yang memungkinkan seseorang
dapat menyelesaikan suatu tugas/kewajiban tertentu. Jadi, wewenang adalah dasar
untuk bertindak, berbuat dan melakukan kegiatan/aktivitas perusahaan. Tanpa
wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa.
C. Jenis-Jenis
Wewenang
a. Wewenang
garis (Line
authority)
Wewenang garis adalah kekuasaan, hak
dan tanggung jawab langsung berada pada seseorang atas tercapainya tujuan. Ia
berwewenang mengambil keputusan dan berkuasa, berhak serta bertanggung jawab
langsung untuk merealisasi keputusan tersebut. Disimbolkan dengan garis
(_______).
b. Wewenang
staff (Staff
authority),
Wewenang staff adalah kekuasaan dan
hak, hanya untuk memeberikan data, informasi dan saran-saran saja untuk
membantu lini, supaya bekerja efektif dalam mencapai tujuan. Seseorang yang
mempunyai wewenang staf, tidak berhak mengambil keputusan dan merealisasikan
keputusan serta tidak bertanggung jawab langsung atas tercapainya tujuan.
Tegasnya pemegang wewenang staf hanya merupakan pembantu lini untuk menyediakan
data, informasi, dan saran-saran dipakai tidaknya tergantung manajer lini.
Disimbolkan dengan garis terputus-putus (---------).
c. Wewenang
Fungsional (Functional authority)
Wewenang Fungsional kekuasaan
seorang manajer adalah karena proses-proses, praktek-praktek,
kebijakan-kebijakan tertentu atau soal-soal lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan oleh pegawai-pegawai lain dalam bagian-bagian
lain pula. Disimbolkan dengan garis terputus-putus dan titik-titik
(-●-●-●-●-●-●-).
d. Wewenang
wibawa, kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan, perilaku, ketangkasan,
dan kemampuan, sehingga ia disegani.
D. Sumber
Sumber Wewenang
a. Teori
wewenang formal (Formal Authority Theory)
Wewenang yang dimiliki seseorang
bersumber dari barang-barang yang dimilikinya, sebagaimana yang diatur oleh
undang-undang, hokum, dan hukum adat dari lembaga tersebut.
Contoh : pemilik saham mempunyai wewenang karena saham yang
dimilikinya.
b. Teori
penerimaan wewenang (Acceptance Authority Theory)
Wewenang bersumber dari penerimaan, kepatuhan,
dan pengakuan para bawahan terhadap perintah, dan kebijakan-kebijakan atas
kuasa yang dipegangnya.
Contoh : Rakyat memilih presiden, sehingga presiden memiliki
wewenang
untuk
memerintah. Presiden memiliki wewenang selama rakyat
mentaati
dan mematuhi perintah-perintahnya. Jika rakyat tidak
lagi
mematuhi perintah-perintahnya maka wewenang akan
hilang.
c. Wewenang
dari situasi (Authority of the Situation)
Wewenang bersumber dari situasi
darurat atau kejadian-kejadian luar biasa. Pemimpin yang wewenangnya bersumber
dari situasi sering disebut pemimpin sejati dan tanpa pamrih, begitu situasi
normal kembali maka wewenangnya akan hilang.
Contoh : sebuah kapal laut terbakar, kemudian seorang penumpang
memerintahkan agar
sekoci diturunkan dan perinyahnya ini
ditaati serta
dilaksanakan penumpang lainnya. Orang tersebut
mempunyai wewenang
hanya karena situasi, serta mengambil
alih wewenang kapten
kapalnya.
d. Wewenang
dari jabatan (Position Authority)
Wewenang bersumber dari posisi yang
dijabatnya di dalam organisasi yang bersangkutan.
Contoh : Seorang dosen mempunyai wewenang untuk meluluskan seorang
mahasiswa, karena ia mempunyai wewenang (kedudukan=posisi)
untuk itu.
e. Wewenang
dari faktor teknis (Technical Authority)
Wewenang bersumber dari computer
yang dipakainya untuk memproses data. Operator berwenang menginformasikan dan
menjelaskan hasil proses data itu, menjadi suatu keputusan yang diterima oleh
orang lain.
f. Wewenang
dari hukum (Yuridis Authority)
Wewenang
bersumber dari hukum atau undang-undang yang berlaku.
Contoh : Polisi mengatur lalu lintas karena ada hokum yang
mengaturnya.
E. Batasan
Batasan Wewenang
© Kemampuan
jasmaniah (fisik)
© Alamiah
© Teknologi
© Pembatasan
Ekonomi
© Partnership
agreement
© Lembaga
© Hukum-hukum
F. Tanggung
Jawab
Tanggung jawab adalah keharusan
untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai
akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya.
Tanggung
jawab tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Wewenang diterima maka
tanggung jawab harus juga diterima dengan sebaik-baiknya. Inilah sebabnya top
manager yang menjadi penangung jawab terakhir mengenai maju/mundurnya suatu perusahaan.
Tanggung Jawab (Responsibility), tanggung jawab tercipta karena penerimaan wewenang
Manajer (Top
Management) harus bertanggung jawab kepada: Pemilik perusahaan, Kar
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan dan wewenang merupakan hal
yang tidak dapat dipisahkan dan sangat penting dalam kehidupan kelompok sosial
di masyarakat.
Kekuasaan adalah kemungkinan seorang
pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk
dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan
kemungkinan itu.
wewenang merupakan hak jabatan yang
sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya.
Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku
perorangan dan grup.
Sumber kekuasaan terdiri dari harta
benda, status, wewenang legal, kharisma, dan pendidikan. Selain itu unsure
kekuasaan juga berpengaruh yaitu meliputi: rasa takut, rasa cinta, kepercayaan,
dan pemujaan. Lapisan kekuasaan yaitu tipe kata, tipe oligarkis, dan tipe
demokratis.
Bentuk wewenang terdiri dari:
1. Wewenang
karena charisma, tradisional, dan rasional.
2. Wewenang
resmi dan tidak resmi.
3. Wewenang
pribadi dan teritorial.
4. Wewenang
terbatas dan menyeluruh.
3.2.Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga kalian dapat memahami dan
mengerti tentang KEKUASAAN dan WEWENANG dalam study Pengantar Sosiologi selain
dari itu saya juga mengharapkan kritikan dari kalian semua, agar dapat
membangun atau untuk menyempurnakan pembuatan makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://yuraannisa.blogspot.sg/2013/10/makalah-wewenang-dan-tanggung-jawab.html
No comments:
Post a Comment